From Wikipedia, the free encyclopedia
Meriam (bahasa Inggeris: cannon) ialah apa-apa bahagian bedil yang menggunakan serbuk letupan atau bahan dorong berasaskan letupan biasa untuk melancarkan projektil. Meriam mempunyai pelbagai jenis kaliber, jarak, kemudahalihan, kadar tembakan, sudut tembakan, dan kuasa tembakan; bentuk berlainan meriam digabungkan dan menyeimbangkan ciri-ciri dalam pelbagai darjah, bergantung pada tujuan dalam medan peperangan.
Meriam pertama kali digunakan di Tiongkok, sebagai artileri mesiu paling tua yang menggantikan persenjataan seperti mesin kepung. Meriam genggam pertama kali muncul pada pertempuran Ain Jalut, antara Mesir dengan Mongol di Timur Tengah. Penggunaan pertama meriam di Eropah diperkirakan terjadi di Iberia saat bertempurnya antara pihak Kristian dengan Islam merebut kembali kekuasaan pada abad ke-13. Di England pula, meriam pertama kali digunakan dalam Perang Seratus Tahun, pada pertempuran Crecy tahun 1346. Pada Abad Pertengahan inilah meriam menjadi senjata standar perang, yang efektif terhadap infanteri dan bangunan. Setelah masa Abad Pertengahan, meriam-meriam berukuran besar mulai ditinggalkan, digantikan dengan meriam ringan yang lebih banyak dan mudah digerakkan. Selain itu, teknologi dan taktik-taktik baru juga dikembangkan, dan membuat benteng-benteng pertahanan menjadi tidak berguna. Akibatnya, dikembangkan juga teknologi benteng bintang, yang khusus dibuat untuk menahan serangan dari meriam.
Teknologi meriam juga mengubah peperangan laut. Angkatan Laut British pada masa itu termasuk pihak yang mulai menggunakan kekuatan meriam. Dengan kembangkannya laras melingkar, tingkat keakuratan meriam menjadi semakin tinggi, membuatnya semakin mematikan, khususnya terhadap infanteri. Pada Perang Dunia I, mayoritas kematian disebabkan oleh meriam. Meriam juga banyak digunakan pada Perang Dunia II. Pada zaman moden, fungsi meriam jarang digunakan terganti dengan "senapang" atau "bedil atau artileri", jika tidak istilah yang lebih spesifik, seperti "mortar" atau "howitzer".
[1][1] Meriam pertama diketahui dibuat oleh Ctesibius dari Alexandria pada abad ke-3 SM. Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai temuan primitif ini, dikarenakan sebagian besar karya Ctesibius hilang. Namun tercatat oleh Philo dari Bizantium bahawa meriam Ctesibius menembak menggunakan tekanan udara.[2] Salah satu meriam pertama yang digunakan dalam pertempuran adalah tombak api, tabung yang diisi dengan serbuk mesiu, dipasang pada ujung tombak, dan digunakan seperti pelontar api.[3] Serpihan juga kadang-kadang dimasukkan ke dalam tabung tersebut, agar terlempar bersama api.[4] Pada akhirnya, kertas dan bambu yang membentuk laras tombak api mulai diganti dengan logam.[5] Gambaran senjata api paling tua yang diketahui adalah sebuah patung di sebuah goa di Sichuan, yang diperkirakan dibuat pada abad ke-12. Patung ini menggambarkan seseorang membawa meriam berbentuk vas yang menembakkan api dan bola meriam.[5][6] Senjata api tertua, yang diperkirakan dibuat pada 1288, memiliki diameter laras sebesar 2,5 cm; senjata api kedua tertua, tahun 1332, memiliki diameter 10,5 cm.[3]
Pertempuran menggunakan artileri mesiu yang pertama kali didokumentasikan terjadi pada 28 Januari 1132, ketika Jenderal Dinasti Song, Han Shizhong, menggunakan huochong untuk merebut sebuah kota di Fujian. Ilustrasi meriam pertama diperkirakan dibuat pada 1326.[7] Pada 1341, dalam puisi yang ditulis oleh Xian Zhang berjudul Masalah Meriam Besi, tertulis bahawa bola meriam yang ditembakkan dapat "menembus jantung atau perut manusia atau kuda, bahkan dapat menembus lebih dari satu orang sekaligus."[8]
Meriam genggam (bahasa Arab "midfa") pertama kali digunakan oleh Mesir untuk menangkal serang Mongol pada pertempuran Ain Jalut tahun 1260, lagi pada 1304.[9][10] Komposisi serbuk mesiu yang dipakai pada pertempuran ini tercatat dalam beberapa tulisan sejarah, yang ditulis pada awal abad ke-14. Ada empat jenis campuran serbuk. Bubuk yang daya ledaknya paling tinggi memiliki komposisi (74% potasium nitrat, 11% sulfur, 15% karbon) yang hampir serupa dengan serbuk mesiu modern (75% potasium nitrat, 10% sulfur, 15% karbon). Campuran ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada serbuk mesiu yang di Tiongkok dan Eropah pada masa itu.[9][10] Pertempuran Ain Jalut juga menjadi pertama kali dipakainya peluru serbuk mesiu, yang digunakan Mesir pada tombak api dan meriam genggam.[9]
Senjata lain yang pertama kali dikembangkan oleh Dunia Muslim adalah meriam automatik yang khusus dibuat untuk membunuh infantri. Senjata ini ditemukan pada abad ke-16 oleh Fathullah Shirazi, seorang cendekiawan dan jurutera mesin Parsi-India, yang berkhidmat untuk Maharaja Akbar Agung di Empayar Mughal. Berbeda dengan polybolos Yunani Kuno dan chu-ko-nu Tiongkok, meriam automatik Shirazi memiliki banyak laras.[11]
Di Eropah, tulisan tertua mengenai komposisi mesiu muncul pada "De nullitate magiæ" karya Roger Bacon di Oxford, yang diterbitkan pada 1216.[12] Penggunaan serbuk mesiu pertama di Eropah adalah meriam Moor yang digunakan oleh Andalusia di Iberia pada pengepungan Seville tahun 1248, dan pengepungan Niebla pada 1262.[9][13] Diperkirakan pada masa ini meriam genggam sudah digunakan, kerana scopettieri, atau "pembawa senjata api", dituliskan tergabung bersama pembawa busur silang pada tahun 1281. Pada masa yang sama, tertulis bahawa para "master artileri pertama tanjung Iberia" mulai dipekerjakan.[14]
Meriam logam pertama Eropah adalah pot-de-fer. Meriam ini diisi dengan semacam panah yang dibungkus dengan kulit, dan dinyalakan dengan kawat panas. Senjata jenis ini digunakan oleh Perancis dan Inggris pada Perang Seratus Tahun, pada saat inilah meriam mulai digunakan di medan perang Eropah.[13] Pada masa peperangan ini meriam semakin banyak dipakai. "Ribaldis", yang menembakkan panah besar dan peluru anggur pertama kali disebutkan dipakai pada pertempuran Crécy, antara tahun 1345 sampai 1346.[15] Florentine Giovanni Villani menuliskan tentang daya hancur senjata ini, dengan menyebutkan bahawa pada akhir pertempuran, "seluruh lapangan dipenuhi tentara yang mati terkena panah dan bola meriam."[15] Meriam-meriam serupa juga digunakan pada pengepungan Calais pada tahun yang sama, dan pada tahun 1380-an meriam "ribaudekin" mulai diberi roda.[15]
Senjata serbuk mesiu diperkirakan masuk ke Nusantara pada saat menyerangnya kerajaan Mongol Yuan tahun 1293. Pada saat itu askar-askar Mongol membawa meriam-meriam yang kemudian ditiru oleh orang-orang Majapahit menjadi cetbang. Senjata ini merupakan meriam yang diisi dari belakang (breech-loaded) dan memiliki panjang antara 1-3 meter. Cetbang inilah yang digunakkan Majapahit dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Setelah runtuhnya Majapahit pada 1527, meriam pengisian belakang seperti cetbang ini mulai pudar, digantikan oleh meriam pengisian depan (muzzle loader) yang bernama lela dan rentaka. Meriam lela biasanya berukuran lebih kecil dari meriam Eropah abad ke-16, tetapi memiliki motif yang menarik. Sedangkan rentaka adalah meriam pusing, ukurannya lebih kecil lagi dari lela. Kebolehan rentaka ini mudah dipusing menjadi ia penangkal berkesan melawan lanun laut yang biasanya menggunakan kapal-kapal kecil.
Dalam era Kesultanan Melayu Nusantara abad-abad ke-16, 17, dan 18 yang kerap berdagang dan berperang, meriam pusing berekaan unik disebut "lela" dan juga "rentaka" mula digunakan kerana lebih kecil dan lebih mudah dipindahkan. Lela yang digunakan oleh kesultanan-kesultanan Melayu dikenal dengan rekaan yang tidak mengikuti unsur Eropah langsung dari segi pola ukiran, muncung yang mengembang atau membentuk seakan "mulut naga", dan bahagian belakangnya yang "berekor" Meriam-meriam pusing ini digunakan di atas kapal-kapal dagang ataupun kapal perang kerajaan untuk menghalau lanun laut dan juga dalam perang maritim.[16]
Pada tahun 1500-an, meriam mulai dibuat dengan panjang dan diameter yang sangat bervariasi, dengan aturan utama bahawa semakin panjang laras, semakin jauh jangkauan meriam. Beberapa meriam yang dibuat pada masa ini memiliki panjang lebih dari 3 meter dan berat sampai 9.100 kg. Akibatnya, mesiu dalam jumlah yang besar diperlukan untuk menembakkannya.[17] Pada pertengahan abad, kerajaan-kerajaan di Eropah mulai mengklasifikasikan jenis-jenis meriam agar tidak membingungkan. Henri II dari Perancis menggunakan enam jenis ukuran meriam,[18] tetapi kerajaan lain memiliki lebih banyak jenis: Sepanyol menggunakan 12 jenis ukuran, dan Inggris 16.[19][20] Bubuk mesiu yang lebih baik juga telah dikembangkan pada masa ini. Sebelumnya, serbuk mesiu dihaluskan menjadi butiran kecil, namun ini digantikan dengan butiran besar seukuran biji jagung. Bubuk yang lebih kasar ini memiliki udara di antara butiran-butirannya, yang membuat api bisa lebih cepat menyebar.[21]
[22][22]
Pada akhir abad ke-15, beberapa teknologi baru dikembangkan untuk membuat meriam menjadi lebih mudah digerakkan. Kereta meriam beroda dan trunnion menjadi banyak digunakan, dan ditemukannya limber semakin memudahkan pengangkutan artileri.[23] Akibatnya muncul adanya artileri medan, yang mulai digunakan bersama dengan meriam besar yang biasa digunakan dalam pengepungan.[23][24] Perkembangan serbuk mesiu, peluru meriam, dan adanya standardisasi kaliber membuat meriam ringan pun jadi sangat mematikan.[23] Dell'arte della guerra karyaNiccolò Machiavelli mengamati bahawa "benar kalau arquebus dan artileri kecil lebih berbahaya dari artileri berat."[25] Pengamatan ini terealisasikan pada pertempuran Flodden Field pada 1513, saat meriam medan Inggris mengalahkan artileri pengepungan Skotlandia, dengan menembak dua sampai tiga kali lebih cepat.[26] Walaupun meriam menjadi lebih mudah bergerak, meriam tetap jauh lebih lambat dari tentara: meriam Inggris yang besar membutuhkan 23 kuda untuk menariknya, dan sebuah culverin membutuhkan sembilan. Dengan ditarik kuda, meriam tetap hanya bergerak secepat kecepatan berjalan kaki manusia.
Inovasi meriam terus berlanjut, salah satu inovasi penting adalah mortir yang dikembangkan oleh Jerman. Mortar merupakan meriam yang pendek dan tebal yang menembak ke atas dengan sudut yang tinggi. Mortar menjadi berguna dalam pengepungan kerana dapat ditembakkan melepasi tembok dan pertahanan lain.[27] Mortar dikembangkan lebih lanjut oleh pihak Belanda yang menemukan cara untuk menembakkan peluru meriam berisi bahan letupan yang menggunakan sumbu.
Pada abad ke-17, kapal kelas rendah Inggris, kapal garis, umumnya dipersenjatai dengan meriam-demi, yaitu meriam seberat 1,500 kg yang menembakkan peluru padat seberat 15 kg.[28] Meriam-demi dapat menembakkan peluru logam ini dengan kekuatan yang luar biasa, sampai dapat menembus kayu setebal satu meter dari jarak 90 m (300 ka), dan dari jarak dekat dapat menghancurkan tiang layar kapal-kapal terbesarpun.[29] Meriam asli menembakkan peluru seberat 19 kg, namun meriam jenis ini sudah tidak dipakai pada abad ke-18, kerana ukurannya yang menyulitkan. Pada akhir abad ke-18, Angkatan Laut Britania Raya mengadopsi meriam berdasarkan prinsip-prinsip dan pengalaman yang sudah dikembangkan di daratan Eropah. Di Amerika, Angkatan Laut Amerika Serikat menguji meriam dengan menembakkannya dua sampai tiga kali, kemudian melihat apakah penembakan mengakibatkan kebocoran di kapal.[30]
Meriam carronade mulai dipakai Angkatan Laut Britania Raya pada 1779. Meriam ini menembak peluru meriam dengan kecepan yang lebih rendah, dengan tujuan menghasilkan serpihan kayu lebih banyak ketika terkena kapal, serpihan ini juga dipercaya dapat mematikan.[31] Meriam carronade jauh lebih pendek dan beratnya hanya sepertiga atau seperempat dari meriam panjang. Kerana itulah meriam carronade lebih mudah dioperasikan dan membutuhkan serbuk mesiu yang lebih sedikit, serta dapat dijalankan oleh lebih sedikit kru.[32] Meriam carronade dibuat dalam kaliber angkatan laut umum,[33] tetapi tidak dihitung dalam daftar meriam kapal garis. Akibatnya, klasifikasi kapal Angkatan Laut Britania Raya masa itu sedikit tidak akurat, kerana kapal membawa lebih banyak meriam dari yang terdaftarkan.
Pada tahun 1810-an dan 1820-an, keakuratan dan jarak jangkau meriam lebih diutamakan dari faktor berat. Meriam carronade akhirnya berhenti dipakai oleh Angkatan Laut Britania Raya pada tahun 1850-an, setelah dikembangkannya meriam baja berjaket oleh William George Armstrong dan Joseph Whitworth. Namun, carronade tetap dipakai pada Perang Saudara Amerika Serikat.[31][34]
Pada awal abad ke-20, senjata infanteri sudah semakin kuat dan akurat, membuat artileri harus dijauhkan dari garis depan medan perang. Perubahan kepada tembakan tidak langsung ini ternyata tetap efektif pada Perang Dunia I, menyebabkan 75% dari jumlah semua kematian.[35] Kerana adanya peperangan parit pada awal Perang Dunia I, howitzer semakin banyak dipakai, kerana howitzer menembak dengan sudut yang tinggi, cocok untuk mengenai target di dalam parit. Selain itu, pelurunya juga dapat berisi bahan peledak dengan jumlah lebih banyak. Jerman menyadari hal ini dan memulai perang dengan howitzer yang lebih banyak dari Perancis.[36] Perang Dunia I juga ditandai dengan adanya Meriam Paris, meriam terjauh yang pernah ditembakkan. Meriam berkaliber 200 mm ini digunakan Jerman untuk menembak ke Paris, dan mampu menembak ke target yang jauhnya 122 km.[37]
Perang Dunia II mencetuskan perkembangan baru dalam teknologi meriam, antara lain peluru sabot, proyektil bahan peledak hampa, dan sumbu berjarak, semuanya cukup penting.[38] Sumbu berjarak mulai dipakai di medan perang Eropah pada akhir Desember 1944.[39] Teknologi ini kemudian dikenal sebagai "hadiah Natal" untuk tentara Jerman, dan banyak dipakai di Pertempuran Bulge. Sumbu berjarak efektif dipakai melawan infanteri Jerman di ruang terbuka, dan digunakan untuk menghentikan serangan. Teknologi ini juga dipakai pada proyektil anti pesawat, dan digunakan di medan perang Eropah dan Pasifik untuk menghadapi peluru kendali V-1 dan pesawat kamikaze.[40] Meriam jenis kereta kebal dan meriam anti kereta kebal juga sangat berkembang pada perang ini. Misalnya, Panzer III yang awalnya dirancang untuk menggunakan meriam 37 mm, diproduksi dengan meriam 50 mm.[41] Pada tahun 1944, KwK 43 8,8 cm—dan berbagai variasinya—mulai dipakai oleh Wehrmacht, dan digunakan sebagai meriam kereta kebal dan meriam anti kereta kebal PaK 43.[42][43] Meriam ini menjadi salah satu meriam paling kuat pada Perang Dunia II, yang mampu menghancurkan kereta kebal Sekutu apapun dari jarak jauh.[44][45]
jmpl|240px|Meriam Mark 45 pada kapal jelajah. Perkembangan ke arah meriam yang lebih besar berubah pada masa kini. Misalnya pada Angkatan Darat Amerika Syarikat, yang menggantikan meriam-meriam lamanya dengan meriam yang lebih ringan dan mudah bergerak. Howitzer M198 dipilih untuk menggantikan meriam-meriam era Perang Dunia II mereka pada tahun 1979.[46] Walau sampai sekarang masih dipakai, M198 mulai secara bertahap digantikan oleh howitzer M777 Ultralightweight, yang beratnya hanya setengahnya M198, dan bisa ditransportasikan menggunakan helikopter. Sedangkan M198, membutuhkan pesawat C-5 atau C-17 untuk pengangkutan udara.[46][47] Selain artileri darat seperti M198, artileri laut juga menjadi semakin ringan, dan ada yang digantikan oleh peluru kendali jelajah.[48] Walaupun begitu, meriam tetap menjadi bahagian penting dari persenjataan Angkatan Laut Amerika Serikat, dikarenakan penggunaanya jauh lebih murah dari pemakaian peluru kendali.[48]
Meriam automatik adalah meriam yang memiliki kemampuan untuk menembak secara automatik, seperti sebuah senapan mesin. Meriam ini memiliki mekanisme yang secara automatik mengisi amunisi, sehingga dapat menembak jauh dan lebih cepat daripada artileri, hampir secepat—bahkan pada senapang Gatling lebih cepat—dari sebuah senapan mesin.[49] Umumnya kaliber meriam automatik lebih besar dari senapan mesin, dan sejak Perang Dunia II, umumnya berkaliber di atas 20 mm.
Banyak negara yang menggunakan meriam automatik ini pada kendaraan lapis baja ringan, menggantikan meriam yang lebih berat dan kuat tetapi lambat, yaitu meriam kereta kebal. Contoh meriam automatik yang sering digunakan adalah meriam rantai "Bushmaster" 25 mm yang dipakai pada kenderaan tempur infanteri LAV-25 dan M2 Bradley.[50]
Meriam automatik juga sering ditemukan pada pesawat udara, untuk mendukung atau bahkan menggantikan senapan mesin tradisional, sekaligus memberikan daya tembak yang lebih besar.[51] Meriam udara pertama kali dipakai pada Perang Dunia II, namun satu pesawat hanya bisa membawa satu atau dua, kerana beratnya yang lebih besar dari senapan mesin. Dikarenakan sedikitnya jumlah meriam per pesawat, pesawat pada Perang Dunia II tetap dipersenjatai dengan senapan mesin.[51] Kini, hampur semua pesawat tempur modern dipersenjatai dengan meriam automatik yang dikembangkan dari Perang Dunia II.[51] Meriam automatik udara paling besar, berat, dan kuat yang digunakan oleh militer Amerika Serikat adalah meriam tipe Gatling GAU-8/A Avenger,[52] yang besarnya hanya dikalahkan oleh meriam artileri udara khusus yang dipakai pada pesawat AC-130.[53]
240px|thumb|1812 Overture dimainkan lengkap dengan meriam dan kembang api pada 2005 Classical Spectacular, Melbourne. Meriam kadang-kadang digunakan dalam muzik klasik yang bertema militer. Giuseppe Sarti dikenal sebagai komposer pertama yang menggunakan meriam dalam karya musik. Lagu Te Deum Sarti merayakan kemenangan Rusia pada Pengepungan Ochakov (1789) dengan ditembakkannya meriam dan digunakannya kembang api, untuk menambah efek musik.
Salah satu contoh paling terkenal lainnya adalah karya Pyotr Ilyich Tchaikovsky, juga dari Rusia, yang bernama 1812 Overture.[54] Overture ini ditampilkan dengan sebuah seksi artileri bersama dengan orkestra, yang membuat pada musisi harus menggunakan penutup telinga.[55] Tembakkan meriam pada lagu ini mensimulasikan meriam Rusia pada Pertempuran Borodino, sebuah pertempuran penting pada invasi Napoleon ke Rusia, yang kegagalannya dirayakan oleh lagu ini.[55] Ketika overture ini pertama kali ditampilkan, meriam ditembakkan menggunakan arus elektrik yang dinyalakan oleh dirigen.[56] Tembakan meriam juga sering digunakan ketika 1812 ditampilkan setiap tahun pada Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, sebuah tradisi yang dimulai oleh Arthur Fiedler dari Boston Pops pada 1974.[55][57]
Grup musik AC/DC juga menggunakan meriam pada lagu "For Those About to Rock (We Salute You)" mereka.[58] Album For Those About to Rock We Salute You juga menampilkan meriam pada sampulnya.[59] Pada pertunjukan, mereka juga menggunakan meriam asli.[58]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.