From Wikipedia, the free encyclopedia
Harun Tohir bin Mandar (lahir di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 14 April 1943 – meninggal di Singapura, 17 Oktober 1968 pada umur 25 tahun) adalah salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando; kini disebut Korps Marinir) Indonesia.
Kopral Dua KKO (Anumerta) Harun Tohir bin Mandar | |
---|---|
Fail:Harun.KKO.jpg | |
Butiran peribadi | |
Lahir | Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Indonesia | 14 April 1943
Meninggal dunia | 17 Oktober 1968 25) Penjara Changi, Singapura | (umur
Anugerah | Pahlawan Nasional Indonesia |
Perkhidmatan ketenteraan | |
Kesetiaan | Indonesia |
Perkhidmatan/cawangan | TNI Angkatan Laut |
Tahun perkhidmatan | 1962–1968 |
Pangkat | Kopral Dua KKO |
Unit | KKO (Taifib) |
Beliau dan Usman Janatin terbabit dalam insiden terorisme yang berlaku di Pusat Bandar Singapura (saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia[1] di mana mereka mengebom sebuah bangunan bank jauh ke dalam Pusat Bandar Singapura pada 10 Mac 1965 lalu mengorbankan 6 orang awam dan 33 yang lain cedera. Kedua-dua marinir ini dihukum gantung oleh pemerintah Singapura pada Oktober 1968
Sebaik sahaja Usman lulus sekolah menengah atas, beliau segera mendaftarkan diri ke Tentara Nasional Indonesia untuk menjadi seorang marinir dalam Korps Komando Operasi. Impian Usman menjadi kenyataan pada tanggal 1 Juni 1962.
Sukarno selaku Presiden Republik Indonesia tidak senang dengan perkembangan berikutan penggabungan Persekutuan Tanah Melayu, Borneo Utara, Sarawak danSingapura membentuk persekutuan Malaysia baharu; gabungan tersebut dilihat Sukarno bentuk baru imperialisme yang berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia lagi-lagi dengan selisihnya kawasan tersebut mendekati wilayah Kalimantan di pulau Borneo, malah Sukarno berkeras menganggap persekutuan Tanah Melayu sebagai negara boneka United Kingdom.[2] Gerakan Ganyang Malaysia segera dilancarkan Sukarno di mana Usman nantinya bakal memainkan peran yang sangat penting.[3]
Pada 8 Mac 1965, dia, Usman Janatin dan Gani bin Arup ditugaskan untuk melakukan suatu sabotase jauh di Pusat Bandar Singapura di mana mereka diarahkan mengebom sebuah pencawang tenaga elektrik menggunakan 12.5 kilogram (atau 28 oz) bahan peledak.
Ketiga-tiga mereka sebaliknya menyasarkan sebuah bangunan komersial milik Hong Kong and Shanghai Bank, yang sekarang dikenal sebagai MacDonald House. Letupan yang berlaku pada 10 Mac 1965 menewaskan enam orang dan melukai sedikitnya 33 lainnya, yang semuanya warga awam tak berdosa.
Ketika ketiga-tiga merekA melarikan diri; Usman dan Harun pergi ke pantai sementara Gani memilih laluan yang berbeda. Janatin dan Thahir merampas perahu bermotor untuk cuba melarikan diri, namun perahu motor rosak. Mereka ditangkap oleh pasukan patroli Singapura pada 13 Mac 1965 dan dihukum karena pembunuhan, karena mereka telah mengenakan pakaian sipil pada saat itu dan telah menargetkan bangunan sipil, dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Singapura.[4]
Atas jasa-jasanya kepada negara, Kopral KKO TNI Anumerta Harun bin Said alias Thohir bin Mandar Anggota Korps Komando AL-RI Harun bin Said dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta, dan kini nama ia diabadikan menjadi nama Jalan di depan Markas Korps Marinir (Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun), Kwitang, Jakarta Pusat,[5] Kapal Republik Indonesia, KRI Usmman-Harun (359) dan Bandar Udara Harun Thohir di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.[6][7]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.