Loading AI tools
komik asal Jepang Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Manga (Jepang: 漫画 ) adalah komik atau novel grafik yang dibuat di Jepang atau menggunakan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan di sana pada akhir abad ke-19.[1] Manga memiliki sejarah awal yang panjang dan kompleks dalam seni Jepang terdahulu.[2]
Manga | |
---|---|
Penerbit | |
Terbitan |
|
Seri |
|
Bahasa | Jepang |
Artikel terkait | |
Komik |
---|
Studi komik |
|
Metode |
|
Format Media |
|
Komik menurut Negara dan Budaya |
|
Komunitas |
Istilah manga (kanji: 漫画; hiragana: まんが; katakana: マンガ; ⓘ; bahasa Inggris: /ˈmæŋɡə/ atau /ˈmɑːŋɡə/) di Jepang adalah kata yang digunakan untuk merujuk kepada komik dan kartun. Di luar Jepang, kata "manga" digunakan untuk merujuk pada komik yang aslinya diterbitkan di Jepang.[3]
Di Jepang, orang-orang dari segala kelompok usia membaca manga. Manga mencakup karya-karya dalam berbagai genre: diantaranya laga, petualangan, bisnis dan perdagangan, komedi, detektif, drama, sejarah, horor, misteri, romantis, fiksi ilmiah dan fantasi, erotika, olahraga dan permainan, dan cerita seru.[4][5] Sudah banyak manga yang diterjemahkan ke bahasa lainnya.[6] Sejak tahun 1950-an, manga telah menjadi bagian utama dari industri penerbitan Jepang.[7] Pada tahun 1995, pasar manga di Jepang bernilai ¥586,4 miliar (US$6–7 miliar),[8] dengan penjualan tahunan sekitar 1,9 miliar untuk manga dan majalah manga di Jepang (setara dengan 15 edisi per orang).[9] Manga juga memiliki khalayak penikmat yang cukup signifikan di seluruh dunia.[10] Pada tahun 2008, pasar manga bernilai $175 juta di AS dan Kanada. Manga mencapai angka 38% dalam pasar komik Prancis, yang setara dengan sekitar sepuluh kali lipat dari angka untuk Amerika Serikat.[11] Di Prancis, pasar manga dihargai sekitar €460 juta ($569 juta) pada tahun 2005.[12] Di Eropa dan Timur Tengah, pasar manga bernilai sekitar $250 juta pada tahun 2012.[13]
Cerita dalam sebuah manga biasanya dicetak dalam warna hitam dan putih,[14] meskipun ada beberapa manga yang sepenuhnya berwarna (seperti Colorful). Di Jepang, manga biasanya dimuat berseri dalam majalah manga populer—sering kali berisi banyak cerita, dan masing-masing manga dimuat dalam satu bab dan bersambung ke edisi berikutnya. Bab-bab yang dibundel biasanya diterbitkan ulang dalam bentuk volume tankōbon, dan terkadang dalam bentuk buku bersampul tipis.[15] Seorang ilustrator manga (mangaka dalam bahasa Jepang) biasanya bekerja dibantu beberapa asisten di sebuah studio kecil dan berhubungan dengan editor kreatif dari perusahaan penerbit komersial.[16] Jika sebuah seri manga cukup populer, manga itu bisa dijadikan anime setelah ceritanya tamat atau selama masih berlanjut.[17] Terkadang, sebuah manga dibuat berdasarkan dari film laga hidup (live–action) atau film animasi lain.[18]
Komik yang dipengaruhi oleh manga juga ada di negara lainnya, termasuk di Aljazair ("manga DZ"), Tiongkok, Hong Kong, Taiwan ("manhua"), dan Korea Selatan ("manhwa").[19][20]
Kata "manga" berasal dari kata bahasa Jepang 漫画,[21] yang terdiri dari dua huruf kanji. Huruf pertama adalah 漫 (man) yang berarti "aneh atau dadakan" dan 画 (ga) yang berarti "gambar".[22] Kata ini juga menjadi akar untuk kata bahasa Korea (manhwa) dan kata bahasa Mandarin (manhua) untuk komik.[23]
Kata ini pertama kali digunakan secara umum pada akhir abad ke-18[24] dengan diterbitkannya karya terkait seperti buku gambar Shiji no yukikai (1798) karya Santō Kyōden,[25][26] dan pada abad ke-19 dengan munculnya Manga hyakujo (1814) karya Aikawa Minwa dan kumpulan buku terkenal bertajuk Hokusai Manga (1814–1834)[27] yang berisi berbagai macam gambar dari buku sketsa milik Hokusai—seniman ukiyo-e terkenal.[28] Rakuten Kitazawa (1876–1955) adalah orang pertama yang menggunakan kata "manga" dalam arti modern.[29]
Dalam bahasa Jepang, "manga" mengacu pada semua jenis kartun, komik, dan animasi. Bagi para penutur bahasa Inggris, "manga" memiliki arti yang lebih sempit yaitu "komik Jepang", sejalan dengan penggunaan "anime" di dalam dan di luar Jepang. Istilah "ani-manga" digunakan untuk mendeskripsikan komik yang dihasilkan dari animasi.[30]
Sejarah manga dikatakan bermula dari gulungan yang berasal dari abad ke-12, dan gulungan tersebut diyakini mewakili dasar untuk gaya membaca dari kanan ke kiri. Selama zaman Edo (1603-1867), Toba Ehon menanamkan konsep dasar manga.[31] Kata "manga" sendiri pertama kali mulai digunakan pada tahun 1798,[24] dengan dipublikasikannya karya-karya seperti buku bergambar Shiji no yukikai karya Santō Kyōden (1798),[25][26] dan pada awal abad ke-19 dengan buku-buku seperti Manga hyakujo (1814) dan Hokusai Manga (1814–1834) karya Aikawa Minwa.[28][32] Adam L. Kern telah berpendapat bahwa kibyoshi—buku bergambar dari akhir abad ke-18, kemungkinan merupakan buku komik pertama di dunia. Narasi grafis ini memiliki kemiripan dengan gaya manga modern yang memuat tema lucu, sindiran, dan romantis.[33] Beberapa karya kemudian diproduksi secara massal sebagai seri melalui proses pencetakan menggunakan balok kayu.[9]
Para pengarang yang menulis tentang sejarah manga telah mendeskripsikan dua proses bercakupan luas dan saling melengkapi yang membentuk manga modern. Pandangan pertama yang diwakili oleh para pengarang seperti Frederik L. Schodt, Kinko Ito, dan Adam L. Kern, menekankan kesinambungan tradisi budaya dan estetika Jepang, termasuk zaman pra-perang, Meiji, dan budaya dan seni pra-Meiji.[34] Pandangan lain menekankan peristiwa yang terjadi selama dan setelah pendudukan Sekutu di Jepang (1945–1952), dan menekankan pengaruh budaya AS, termasuk komik-komik AS (dibawa ke Jepang oleh para GI) serta gambar dan tema dari televisi, film, dan kartun AS (terutama Disney).[35]
Terlepas dari sumbernya, ledakan kreativitas artistik terjadi pada periode pasca-perang,[36] dan melibatkan para mangaka seperti Osamu Tezuka (Astro Boy) dan Machiko Hasegawa (Sazae-san). Astro Boy dengan cepat menjadi (dan masih) sangat populer di Jepang dan di wilayah lain,[37] dan adaptasi anime dari Sazae-san menarik lebih banyak penonton daripada anime lain di televisi Jepang pada tahun 2011.[31] Tezuka dan Hasegawa sama-sama membuat inovasi gaya. Dalam teknik "sinematografi" ala Tezuka, panel-panelnya digambar seperti film yang mengungkapkan detail peristiwa yang dibuat dengan gerakan lambat, begitu pula zoom cepat dari jarak jauh ke bidikan dekat. Dinamisme visual semacam ini diadopsi secara luas oleh para mangaka di kemudian hari.[38] Fokus Hasegawa pada kehidupan sehari-hari dan pada pengalaman wanita juga menjadi ciri khas manga shōjo nantinya.[39] Antara tahun 1950 dan 1969, jumlah pembaca manga yang semakin besar muncul di Jepang dengan pemantapan dua genre pemasaran utamanya, manga shōnen yang ditujukan pada anak laki-laki dan manga shōjo yang ditujukan untuk anak perempuan.[40]
Pada tahun 1969, sekelompok mangaka perempuan (yang kemudian dikenal sebagai Kelompok 24 Tahun, juga dikenal sebagai Magnificent 24s) melakukan debut manga shōjo mereka ("24 tahun" berasal dari nama bahasa Jepang untuk tahun 1949, yang menjadi tahun kelahiran sebagian besar mangaka tersebut).[41] Mereka yang masuk kelompok tersebut termasuk Moto Hagio, Riyoko Ikeda, Yumiko Ōshima, Keiko Takemiya, dan Ryoko Yamagishi.[15] Kemudian, para mangaka perempuan umumnya akan menggambar manga shōjo untuk pembaca perempuan dan wanita muda.[42] Pada dekade berikutnya (1975–sekarang), manga shōjo terus berkembang dalam aspek gaya sementara secara bersamaan turut mengembangkan subgenre yang berbeda tetapi tumpang tindih.[43] Beberapa subgenre utama termasuk romantis, pahlawan super wanita, dan "Komik Wanita" (dalam bahasa Jepang, redisu レディース, redikomi レディコミ, dan josei 女性).[44]
Manga shōjo modern bergenre romantis menonjolkan cinta sebagai tema utama yang diatur dalam narasi realisasi diri yang intens secara emosional.[45] Beberapa manga shōjo dengan tema pahlawan super wanita termasuk Mermaid Melody Pichi Pichi Pitch karya Pink Hanamori, Tokyo Mew Mew karya Reiko Yoshida, dan Pretty Soldier Sailor Moon karya Naoko Takeuchi, yang menjadi populer secara internasional dalam format manga dan anime.[46] Kelompok (atau sentai) perempuan yang bekerja bersama dalam genre ini juga ikut populer. Contohnya seperti Lucia, Hanon, dan Rina yang bernyanyi bersama, dan Sailor Moon, Sailor Mercury, Sailor Mars, Sailor Jupiter, dan Sailor Venus yang bekerja bersama.[47]
Manga untuk pembaca pria dibagi lagi menurut usia pembaca yang dituju: anak laki-laki hingga 18 tahun (manga shōnen) dan remaja putra berusia 18 hingga 30 tahun (manga seinen);[48] serta menurut kontennya, termasuk manga laga-petualangan yang sering melibatkan pahlawan pria, humor dagelan, tema kehormatan, dan terkadang menampilkan adegan seks secara eksplisit.[49] Orang Jepang menggunakan kanji yang berbeda untuk dua makna yang terkait erat, yaitu "seinen" 青年 untuk "pemuda, anak muda" dan 成年 untuk "orang dewasa, mayoritas". Kanji yang kedua mengacu pada manga pornografi yang ditujukan untuk pria dewasa dan juga disebut manga seijin ("dewasa" 成人).[50] Manga shōnen, seinen, dan seijin memiliki sejumlah fitur yang sama.
Anak laki-laki dan remaja putra menjadi pembaca manga paling awal setelah Perang Dunia II. Sejak tahun 1950-an, manga shōnen memfokuskan pada topik yang dianggap menarik bagi anak lelaki, termasuk subjek seperti robot, perjalanan ruang angkasa, dan cerita laga-petualangan yang heroik.[51] Tema populer lain termasuk cerita berlatar fiksi ilmiah, teknologi, olahraga, dan supernatural. Manga dengan pahlawan super soliter yang mirip Superman, Batman, dan Spider-Man pada umumnya tidak menjadi sepopuler itu.[52]
Peran gadis dan wanita dalam manga yang dibuat untuk pembaca pria telah berkembang dari waktu ke waktu, seperti menampilkan gadis cantik lajang (bishōjo)[53] layaknya Belldandy dari Oh My Goddess!. Kemudian ada cerita yang membuat para gadis dan wanita semacam itu mengelilingi sang pahlawan, seperti dalam Negima dan Hanaukyo Maid Team, atau kelompok prajurit wanita yang bersenjata lengkap (sentō bishōjo).[54]
Dengan berkurangnya penyensoran di Jepang pada tahun 1990-an, bermacam-macam materi seksual eksplisit muncul dalam manga yang ditujukan untuk pembaca pria, dan dengan demikian berlanjut ke terjemahan bahasa Inggrisnya.[55] Namun pada tahun 2010, Pemerintah Metropolitan Tokyo mengeluarkan undang-undang untuk membatasi konten seperti itu.[56]
Gaya penceritaan gekiga—yang muram secara tematis, berorientasi pada orang dewasa, dan kadang-kadang sangat kejam—berfokus pada realitas kehidupan sehari-hari yang suram, sering kali digambar dengan cara kasar dan tanpa sentuhan bagus.[57][58] Cerita Gekiga seperti Kronik Pencapaian Militer Ninja atau Ninja Bugeichō (1959–1962) karya Sampei Shirato muncul pada akhir tahun 1950-an dan 1960-an, sebagian berasal dari mahasiswa sayap kiri dan aktivisme politik kelas pekerja[59] dan sebagian lainnya berasal dari ketidakpuasan estetika para mangaka muda seperti Yoshihiro Tatsumi dengan manga yang ada.[60]
Di Jepang, manga menyumbang 40,6 miliar yen (sekitar 395 juta dolar AS) per tahun untuk industri penerbitan pada tahun 2007.[62] Pada tahun 2006, penjualan manga mencapai sekitar 27% dari total penjualan buku, dan penjualan majalah manga, sebesar 20% dari total penjualan majalah.[63] Industri manga telah berkembang di seluruh dunia, dan sejumlah perusahaan penerbit dari berbagai negara melisensi dan mencetak ulang manga ke dalam bahasa asli mereka.
Para pelaku pasar umumnya mengelompokkan manga menurut usia dan jenis kelamin khalayak pembaca yang menjadi target.[64] Secara khusus, buku dan majalah yang dijual kepada anak laki-laki (shōnen) dan anak perempuan (shōjo) memiliki gambar sampul yang khas, dan sebagian besar toko buku meletakkannya di rak yang berbeda. Karena adanya fenomena cross–readership (pembaca lintas), respons konsumen tidak dibatasi oleh demografi. Misalnya, pembaca pria mungkin saja membaca seri yang ditujukan untuk pembaca wanita, dan seterusnya. Jepang memiliki kafe manga, atau manga kissa (kissa adalah singkatan dari kissaten). Di manga kissa, seseorang dapat meminum kopi, membaca manga, dan terkadang menginap.
Museum Manga Internasional Kyoto memiliki situs web besar yang mencantumkan manga yang telah diterbitkan dalam bahasa Jepang.[65]
Berbagai majalah manga biasanya berisi banyak seri yang dimuat bersamaan, dan setiap seri umumnya terdiri dari sekitar 20–40 halaman per edisi. Majalah lain seperti Newtype—majalah khusus yang mengulas anime dan komunitas penggemarnya, memuat bab tunggal setiap bulannya. Majalah seperti Nakayoshi menampilkan banyak cerita yang ditulis oleh beragam mangaka. Majalah-majalah seperti ini—atau "majalah antologi" sebagaimana mereka dikenal—biasanya dicetak pada kertas koran berkualitas rendah dan jumlah halamannya bisa mencapai sekitar 200 sampai lebih dari 850 lembar. Majalah manga juga memuat komik one-shot (komik tunggal) dan beragam yonkoma (serupa dengan komik strip). Suatu seri manga bisa dimuat berseri untuk waktu yang lama apabila manga tersebut sukses. Para mangaka terkadang memulai sesuatu dengan merilis proyek manga "one-shot" untuk mencoba peruntungan mereka. Jika proyek tersebut sukses dan menerima tanggapan yang baik, proyek tersebut biasanya dilanjutkan. Di sisi lain, kelangsungan majalah manga sering kali tidak berumur panjang.[66]
Setelah suatu seri dimuat untuk waktu yang cukup lama, para penerbit sering kali menyatukan beberapa bab dan mencetaknya dalam bentuk volume seukuran buku khusus, yang disebut tankōbon. Tankōbon bisa bersampul tebal, namun biasanya bersampul tipis, dan setara dengan trade paperback atau novel grafik keluaran AS. Volume ini sering kali menggunakan kertas dengan kualitas yang lebih tinggi, dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin "mengejar ketertinggalan" mereka terhadap suatu seri sehingga mereka dapat mengikutinya di majalah atau jika mereka merasa biaya mingguan atau bulanan menjadi penghalang. Versi "Deluxe" juga telah dicetak ketika para pembaca bertambah tua dan kebutuhan akan sesuatu yang istimewa tumbuh. Manga lama juga telah dicetak ulang menggunakan kertas berkualitas agak lebih rendah dan masing-masing dijual seharga 100 yen (sekitar $1 dolar AS) untuk bersaing dengan buku bekas di pasaran.
Kanagaki Robun dan Kawanabe Kyōsai menerbitkan majalah manga pertama pada tahun 1874: Eshinbun Nipponchi. Majalah ini sangat dipengaruhi oleh Japan Punch, yang dirilis perdana pada tahun 1862 oleh Charles Wirgman, seorang kartunis Inggris. Eshinbun Nipponchi memiliki gaya gambar yang sangat sederhana, tetapi tidak cukup populer di kalangan banyak orang. Majalah tersebut berhenti terbit setelah menerbitkan edisi ketiganya. Majalah Kisho Shimbun yang berdiri pada tahun 1875 terinspirasi oleh Eshinbun Nipponchi, diikuti oleh Marumaru Chinbun pada tahun 1877, dan kemudian Garakuta Chinpo pada tahun 1879.[67] Pada tahun 1895, Shōnen Sekai menjadi majalah shōnen pertama yang didirikan oleh Iwaya Sazanami, seorang penulis sastra anak Jepang yang terkenal kala itu. Shōnen Sekai sangat berfokus pada Perang Sino-Jepang Pertama.[68]
Pada tahun 1905, Perang Rusia-Jepang meledakkan industri penerbitan majalah manga.[69] Tokyo Pakku dirilis dan meraih sukses besar.[70] Setelah kesuksesan Tokyo Pakku pada tahun 1905, versi khusus perempuan dari majalah Shōnen Sekai dibuat dan diberi nama Shōjo Sekai, yang dianggap sebagai majalah shōjo pertama.[71] Shōnen Pakku kemudian dirilis dan dianggap sebagai majalah manga anak-anak pertama. Zaman Meiji merupakan era ketika khalayak pembaca anak-anak berada pada tahap awal pengembangan. Karyawan Jitsugyō no Nihon (penerbit majalah Shōnen Pakku) melihat majalah anak-anak asing seperti Puck dan memutuskan untuk menirunya. Pada tahun 1924, Kodomo Pakku dirilis sebagai majalah manga anak lainnya setelah Shōnen Pakku.[70] Selama periode ini, Poten (berasal dari kata Perancis "potin") diterbitkan pada tahun 1908. Semua halamannya dibuat berwarna penuh dengan pengaruh dari Tokyo Pakku dan Osaka Puck. Tidak diketahui apakah ada edisi lain selain yang pertama.[69] Kodomo Pakku diluncurkan pada bulan Mei 1924 oleh Tokyosha dan menampilkan gambar berkualitas tinggi karya beragam anggota kesenian manga seperti Takei Takeo, Takehisa Yumeji dan Aso Yutaka. Beberapa manga menampilkan balon ucapan, yang mana manga lain dari era sebelumnya tidak menggunakan balon ucapan dan hanya diam.[70]
Manga no Kuni diterbitkan sejak bulan Mei 1935 hingga Januari 1941, bersamaan dengan periode Perang Sino-Jepang Kedua (1937–1945). Manga no Kuni menampilkan informasi mengenai bagaimana cara menjadi seorang mangaka, dan juga memuat kabar tentang industri komik lainnya di seluruh dunia. Manga no Kuni mengubah namanya menjadi Sashie Manga Kenkyū pada bulan Agustus 1940.[72]
Dōjinshi, yang diproduksi oleh beragam penerbit kecil di luar pasar komersial utama, mirip dengan penerbitan buku komik kecil-kecilan yang diterbitkan secara independen di Amerika Serikat. Comiket, konvensi buku komik terbesar di dunia yang dikunjungi sekitar 500.000 orang selama tiga hari, dikhususkan untuk dōjinshi. Meskipun kebanyakan dōjinshi memuat cerita orisinal, ada juga dōjinshi bertema parodi karakter dari seri manga dan anime yang populer. Beberapa dōjinshi dilanjutkan dengan cerita berseri atau menjadi cerita yang sama sekali baru menggunakan karakternya, mirip seperti fiksi karya penggemar. Pada tahun 2007, industri dōjinshi bernilai 27,73 miliar yen (245 juta dolar AS).[62] Pada tahun 2006, dōjinshi mewakili sekitar sepersepuluh dari penjualan buku manga dan majalah.[63]
Berkat munculnya internet, ada cara-cara baru bagi calon mangaka untuk mengunggah dan menjual manga mereka secara daring. Sebelumnya, ada dua cara utama untuk menerbitkan karya mangaka: membawa manga mereka sendiri di atas kertas ke penerbit, atau mengirimkan karya mereka ke kompetisi yang dikelola oleh majalah.[73]
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah manga yang dirilis secara digital mengalami peningkatan. Manga web—sebagaimana mereka dikenal di Jepang, telah mengalami peningkatan berkat kemunculan situs web hosting gambar tempat siapa saja dapat mengunggah bagian dari karya mereka secara gratis. Meskipun dirilis secara digital, hampir semua manga web tetap menggunakan format hitam putih konvensional, meskipun beberapa di antaranya tidak pernah diterbitkan dalam bentuk fisik. Pixiv adalah situs paling populer yang berisi sejumlah karya amatir dan profesional. Situs ini telah berkembang menjadi situs yang paling banyak dikunjungi untuk karya seni di Jepang.[74] Twitter juga menjadi tempat yang populer untuk manga web, ditandai dengan banyaknya seniman yang merilis komik strip setiap minggu di akun pribadi mereka dengan harapan karya tersebut diambil atau diterbitkan secara profesional. Salah satu contoh terbaik dari karya amatir yang beralih menjadi profesional adalah One-Punch Man yang dirilis secara daring dan kemudian mendapat remake profesional yang dirilis secara digital, diikuti oleh adaptasi anime tak lama setelahnya.[75]
Kebanyakan penerbit besar juga telah merilis majalah khusus digital dan situs web tempat manga web diterbitkan bersama dengan serialisasinya dalam majalah. Misalnya, Shogakukan yang memiliki dua situs web, Sunday Webry dan Ura Sunday, merilis bab-bab terbaru setiap minggu untuk manga web dan bahkan menawarkan kontes bagi mangaka untuk mengirimkan karya mereka.[76][77] Baik Sunday Webry dan Ura Sunday telah menjadi salah satu situs web manga top di Jepang. Beberapa di antaranya bahkan telah merilis aplikasi yang mengajarkan cara menggambar manga secara profesional dan belajar bagaimana cara membuatnya. Weekly Shōnen Jump merilis Jump Paint, sebuah aplikasi yang memandu penggunanya tentang cara membuat manga mereka sendiri dari membuat storyboard hingga penintaan garis secara digital. Aplikasi tersebut juga menawarkan lebih dari 120 jenis tip pena dan lebih dari 1.000 warna bagi para pengguna untuk belajar.[73] Kodansha juga menggunakan popularitas manga web untuk meluncurkan lebih banyak seri dan juga menawarkan distribusi yang lebih baik dari karya-karya terjemahan resmi mereka di bawah Kodansha Comics, sebagian berkat judul-judul yang dirilis secara digital terlebih dahulu sebelum diterbitkan dalam bentuk fisik.[78]
Meningkatnya jumlah manga web juga diyakini merupakan hasil penggunaan ponsel cerdas dan komputer karena semakin banyak pembaca yang membaca manga di ponsel mereka daripada melalui media cetak. Ketika penjualan manga kertas mengalami penurunan dari waktu ke waktu, penjualan manga digital meningkat setiap tahunnya. Lembaga Penelitian untuk Publikasi melaporkan bahwa penjualan manga digital (tidak termasuk majalah) melonjak 27,1 persen menjadi ¥146 miliar pada tahun 2016 dari tahun sebelumnya sementara penjualan manga kertas mencatat rekor penurunan tahun ke tahun senilai 7,4 persen sejumlah ¥194,7 miliar. Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa jika manga digital dan kertas mempertahankan tingkat pertumbuhan dan penurunan yang sama, maka manga web akan melampaui jumlah manga kertas.[79]
Walaupun webtoon telah menjadi populer sebagai media baru untuk komik di Asia, Jepang termasuk lambat untuk mengadopsi format webtoon karena format tradisional dan publikasi cetak masih mendominasi cara manga dibuat dan dikonsumsi. Meskipun demikian, salah satu penerbit webtoon terbesar di dunia, Comico, menuai sukses di pasar manga tradisional Jepang. Comico diluncurkan oleh NHN Japan, anak perusahaan Jepang dari perusahaan Korea, NHN Entertainment. Sampai sekarang, hanya ada dua penerbit webtoon yang mempublikasikan webtoon Jepang: Comico dan Naver Webtoon (dengan nama XOY di Jepang). Kakao juga sukses dengan menawarkan manga berlisensi dan menerjemahkan webtoon Korea dengan layanan mereka, Piccoma. Ketiga perusahaan ini mengatakan bahwa keberhasilan mereka terletak pada model pembayaran webtoon, yang memungkinkan pengguna untuk membeli setiap bab secara individu alih-alih harus membeli seluruh buku. Selain itu, mereka juga menawarkan beberapa bab secara gratis untuk periode waktu tertentu yang memungkinkan siapa pun untuk membaca seluruh seri secara gratis jika mereka menunggu cukup lama.[80] Manfaat tambahan ketika semua judul webtoon memiliki warna—beberapa bahkan memiliki animasi dan efek khusus—juga menentukan keberhasilan kartunis webtoon. Beberapa webtoon Jepang populer juga mendapatkan adaptasi anime dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Yang paling terkenal adalah ReLIFE dan Recovery of an MMO Junkie.[81][82]
Pada tahun 2007, pengaruh manga pada komik internasional telah meningkat pesat selama dua dekade terakhir.[83] Kata "pengaruh" digunakan di sini untuk merujuk pada efek pada pasar komik di luar Jepang dan efek estetika pada seniman komik internasional.
Secara umum, manga tradisional dibaca dari atas ke bawah dan dari kanan ke kiri. Beberapa penerbit manga terjemahan tetap menggunakan format asli ini. Penerbit lain mengubah halaman secara horizontal sebelum mencetak terjemahan versi mereka, mengubah arah bacaan menjadi dari kiri ke kanan dan lebih "kebaratan", agar tidak membingungkan pembaca asing atau konsumen komik tradisional. Praktik ini dikenal sebagai "membalik" (flipping).[84] Sebagian besar kritik mengatakan bahwa praktik tersebut bertentangan dengan tujuan asli pencipta (misalnya jika seseorang mengenakan kemeja yang bertuliskan "MAY", dan kemudian dibalik, maka kata tersebut akan menjadi "YAM"), yang mungkin tidak tahu seberapa canggung membaca komik ketika mata harus melihat melalui halaman dan teks dalam arah yang berlawanan, menghasilkan pengalaman yang sangat berbeda dari membaca sesuatu secara tradisional. Jika terjemahannya tidak disesuaikan dengan gambar yang dibalik dengan cukup hati-hati, teksnya juga mungkin bertentangan dengan gambar. Contohnya seperti seseorang yang menunjuk sesuatu di sebelah kiri mereka dalam teks sementara tangan mereka menunjuk ke kanan pada gambar. Karakter yang diperlihatkan menulis dengan tangan kanan mereka, akan menjadi kidal ketika dibalik. Praktik tersebut juga dapat menyebabkan keanehan pada benda atau tata letak asimetris yang sudah dikenal, seperti mobil yang digambarkan dengan pedal gas di sebelah kiri dan rem di sebelah kanan, atau kemeja dengan kancing pada sisi yang salah, tetapi ini tergolong masalah kecil jika dibandingkan dengan cara membaca yang tidak wajar, dan beberapa di antaranya dapat diselesaikan dengan karya adaptasi yang melampaui sekadar penerjemahan dan pembalikan semata.[85]
Manga telah memengaruhi pembuatan kartun Eropa dengan cara yang agak berbeda dengan di Amerika Serikat. Selama tahun 1970-an, penyiaran anime di Prancis dan Italia turut membuka pasar manga di Eropa.[86] Seni Prancis telah mengambil inspirasi dari Jepang sejak abad ke-19 (Japonism)[87] dan memiliki tradisi pembuatan kartun bande dessinée yang sangat berkembang.[88] Di Prancis, dimulai pada pertengahan 1990-an,[89] manga terbukti sangat populer di kalangan pembaca luas, dan termasuk sepertiga dari total penjualan komik di Prancis sejak tahun 2004.[90] Menurut Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang, penjualan manga hanya untuk wilayah Prancis dan Jerman pada tahun 2006 saja sudah mencapai $212,6 juta.[86] Prancis mewakili sekitar 50% dari pasar Eropa dan merupakan pasar manga terbesar kedua di dunia, tepat di belakang Jepang.[13] Pada tahun 2013, ada 41 penerbit manga di Perancis. Bersama dengan komik Asia lainnya, sekitar 40% dari perilisan komik baru di negara ini adalah manga,[91] melampaui komik Franco-Belgia untuk pertama kalinya.[92] Perusahaan penerbit manga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis antara lain meliputi Asuka, Casterman, Glénat, Kana, dan Pika Édition.[butuh rujukan] Perusahaan penerbit di Eropa juga menerjemahkan manga ke bahasa Belanda, Jerman, Italia, dan lainnya. Pada tahun 2007, sekitar 70% dari semua komik yang terjual di Jerman adalah manga.[93]
Perusahaan penerbit manga yang berpusat di Britania Raya termasuk Gollancz dan Titan Books.[butuh rujukan] Beberapa penerbit manga asal Amerika Serikat memiliki kehadiran pasar yang kuat di Britania Raya: misalnya, lini penerbitan manga bertajuk Tanoshimi dari Random House.[butuh rujukan]
Manga masuk secara bertahap ke pasar AS, awalnya karena memiliki hubungan dengan anime dan kemudian secara mandiri.[94] Beberapa penggemar di AS baru mengetahui tentang manga pada tahun 1970-an dan awal 1980-an.[95] Bagi penggemar di AS, anime pada awalnya lebih mudah diakses daripada manga.[96] Kebanyakan di antara mereka adalah para anak muda usia kuliah yang merasa lebih mudah mendapatkan, subtitle, dan memamerkan kaset video anime alih-alih menerjemahkan, mereproduksi, dan mendistribusikan manga bergaya tankōbon.[97] Salah satu manga pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipasarkan di AS adalah Barefoot Gen karya Keiji Nakazawa, sebuah cerita otobiografi tentang bom atom di Hiroshima yang dirilis oleh Leonard Rifas dan Educomics (1980–1982).[98] Pada pertengahan tahun 1980-an dan 1990-an, ada lebih banyak manga yang diterjemahkan. Beberapa di antaranya termasuk Golgo 13 pada tahun 1986, Lone Wolf and Cub terjemahan First Comics pada tahun 1987, kemudian ada Kamui, Area 88, dan Mai the Psychic Girl yang semuanya diterbitkan pada tahun 1987 oleh Viz Media-Eclipse Comics.[99] Yang lain segera menyusul, termasuk Akira terjemahan Epic Comics (imprint dari Marvel Comics), Nausicaä of the Valley of the Wind terjemahan Viz Media, Appleseed dari Eclipse Comics pada tahun 1988, dan kemudian Iczer-1 (Antarctic Press, 1994) serta F-111 Bandit karya Ippongi Bang (Antarctic Press, 1995).
Pada periode tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an, animasi Jepang seperti Akira, Dragon Ball, Neon Genesis Evangelion, and Pokémon, membuat dampak yang lebih besar pada penggemar dan di pasar daripada manga.[100] Semua berubah ketika seorang penerjemah merangkap pengusaha bernama Toren Smith mendirikan Studio Proteus pada tahun 1986. Smith dan Studio Proteus berperan sebagai agen dan penerjemah dari banyak manga Jepang, termasuk Appleseed karya Masamune Shirow dan Oh My Goddess! karya Kōsuke Fujishima, untuk Dark Horse dan Eros Comix, menghilangkan kebutuhan bagi para penerbit tersebut untuk mencari kontak mereka sendiri di Jepang.[101] Bersamaan dengan itu, Shogakukan—penerbit asal Jepang—membuka inisiatif pasar AS dengan anak perusahaan mereka di AS, yaitu Viz. Langkah ini memungkinkan Viz untuk mengambil langsung katalog dan keterampilan penerjemahan milik Shogakukan.[84]
Beberapa penerbit Jepang mulai menargetkan pasar AS pada pertengahan tahun 1990-an karena pasar domestik untuk manga sedang stagnan.[102] Pada pertengahan tahun 1990-an, pasar manga AS mengalami peningkatan dengan munculnya versi anime dan manga dari Ghost in the Shell karya Masamune Shirow (diterjemahkan oleh Frederik L. Schodt and Toren Smith) yang sangat populer di kalangan penggemar.[103] Salah satu manga dan anime yang sangat sukses yang kemudian diterjemahkan dan disulih suarakan dalam bahasa Inggris pada pertengahan 1990-an adalah Sailor Moon.[104] Pada periode tahun 1995 hingga 1998, manga Sailor Moon telah diekspor ke lebih dari 23 negara, termasuk Tiongkok, Brasil, Meksiko, Australia, Amerika Utara, dan sebagian besar negara Eropa.[105] Pada tahun 1997, Mixx Entertainment mulai menerbitkan Sailor Moon bersama dengan Magic Knight Rayearth karya CLAMP, Parasyte karya Hitoshi Iwaaki, dan Ice Blade karya Tsutomu Takahashi dalam majalah manga bulanan bertajuk MixxZine. Dua tahun kemudian, MixxZine berganti nama menjadi Tokyopop sebelum tidak dilanjutkan lagi pada tahun 2011. Mixx Entertainment yang kemudian berganti nama menjadi Tokyopop, juga menerbitkan manga dengan format trade paperback. Tokyopop—sama seperti Viz, memulai strategi pemasaran manga secara agresif untuk demografi anak laki-laki dan anak perempuan.[106]
Manga menjadi semakin populer pada tahun-tahun berikutnya, dan sejumlah penerbit baru memasuki pasar penerbitan manga sementara penerbit yang sudah mapan semakin meningkatkan katalog mereka.[107] Edisi pertama manga Pokémon Electric Tale of Pikachu terjual lebih dari 1 juta kopi di Amerika Serikat, menjadikannya buku komik tunggal terlaris di Amerika Serikat sejak tahun 1993.[108] Pada tahun 2008, pasar manga AS dan Kanada menghasilkan $175 juta pada penjualan tahunan.[109] Bersamaan dengan itu, media arus utama AS mulai membahas manga, dengan munculnya berbagai artikel di The New York Times, majalah Time, The Wall Street Journal, dan majalah Wired.[110] Pada tahun 2017, distributor manga Viz Media adalah penerbit novel grafik dan buku komik terbesar di Amerika Serikat, dengan pangsa pasar mencapai 23%.[111]
Sejumlah seniman di Amerika Serikat telah menggambar komik dan kartun yang dipengaruhi oleh manga. Salah satu contoh awalnya adalah Vernon Grant yang menggambar komik yang dipengaruhi manga saat tinggal di Jepang pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an.[112] Contoh lainnya termasuk Ronin karya Frank Miller pada pertengahan tahun 1980-an, The Dirty Pair karya Adam Warren dan Toren Smith pada tahun 1988,[113] Ninja High School karya Ben Dunn pada tahun 1987 dan Manga Shi 2000 dari Crusade Comics (1997).
Pada abad ke-21, beberapa penerbit manga AS mulai memproduksi karya para seniman AS di bawah label pemasaran manga yang lebih luas.[114] Pada tahun 2002, I.C. Entertainment—sebelumnya bernama Studio Ironcat dan sekarang sudah gulung tikar—meluncurkan serangkaian manga karya para seniman AS yang disebut Amerimanga.[115] Pada tahun 2004 eigoMANGA meluncurkan seri antologi Rumble Pak dan Sakura Pakk. Seven Seas Entertainment mengikutinya dengan memperkenalkan World Manga.[116] Secara bersamaan, TokyoPop memperkenalkan manga orisinal berbahasa Inggris (manga OEL) sebelum kemudian berganti nama menjadi Global Manga.[117]
Para seniman dari wilayah penutur bahasa Prancis juga telah mengembangkan gaya manga versi mereka sendiri (manfra), seperti la nouvelle manga karya Frédéric Boilet. Boilet telah bekerja di Prancis dan di Jepang, dan terkadang berkolaborasi dengan para seniman Jepang.[118]
Industri manga Jepang memberikan sejumlah besar penghargaan, yang sebagian besar disponsori oleh penerbit. Umumnya, hadiahnya adalah penerbitan cerita-cerita yang menjadi pemenang di majalah-majalah yang dirilis oleh penerbit yang menjadi sponsor. Contoh penghargaan ini meliputi:
Kementerian Luar Negeri Jepang memberikan Penghargaan Manga Internasional setiap tahun sejak bulan Mei 2007.[119]
Universitas Kyoto Seika di Jepang memiliki jurusan manga yang sangat kompetitif sejak tahun 2000.[120][121] Kemudian, beberapa universitas dan sekolah kejuruan (Semmon gakkou (Jepang: 門 学校 )) menyusul dengan mendirikan suatu .
Shuho Sato, mangaka yang menulis Umizaru dan Say Hello to Black Jack, menimbulkan beberapa kontroversi di Twitter. Sato berkata, "Sekolah manga tidak ada artinya karena sekolah-sekolah tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah. Di sisi lain, saya bisa mengajarkan keterampilan yang diperlukan pemula di tempat kerja hanya dalam tiga bulan, sementara para siswa di sekolah itu menghabiskan beberapa juta yen dan empat tahun. Namun demikian, mereka sama sekali tidak punya kemampuan". Dia juga menambahkan: "Pernyataan dari Keiko Takemiya—yang saat itu menjadi profesor di Universitas Seika, di Dewan Pemerintahan bahwa 'Seseorang yang benar-benar pemula baru akan dapat memahami di mana lokasi "Tachikiri" (bagian margin) selama empat tahun.' Di sisi lain—menurut saya—butuh sekitar tiga puluh menit bagi seseorang untuk dapat sepenuhnya memahami hal itu di tempat kerja".[122]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.