Sinar Sumatra

Surat kabar Hinda Belanda Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Sinar Sumatra

Sinar Sumatra adalah surat kabar mingguan berbahasa Melayu yang terbit pada masa Hindia Belanda di Kota Padang, Sumatera Barat sekarang sejak 1905 hingga 1941. Surat kabar ini terbit setiap hari, kecuali hari Minggu dan "hari yang dimuliakan". Redaksinya beralamat di Kampung Pondok, sebuah kawasan pecinan di Kota Padang. Percetakannya dilakukan oleh perusahaan bernama De Volharding di alamat yang sama.[1]

Thumb
Sinar Sumatra

Didirikan oleh Lim Soen Hien, surat kabar ini cukup populer di kalangan peranakan Tionghoa.[2] Ia sekaligus bertindak sebagai pemimpin redaksi.

Redaksi

Ringkasan
Perspektif

Nomor contoh Sinar Sumatra muncul pada 6 September 1905, sedangkan nomor regulernya muncul pada 4 Oktober 1905. Awalnya, surat kabar ini terbit dua kali seminggu, yakni setiap Rabu dan Sabtu, sebanyak empat halaman. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Lim Soen Hien, seorang peranakan Tionghoa dari Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan. Sebelumnya, ia pernah menjadi redaktur Bintang Sumatra dan Tjahaja Sumatra.[2]

Lim Soen Hien mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi pada 1912 dan digantikan oleh Tan Soei Beng (1912–1914). Sejak 1914, Sinar Sumatra terbit setiap hari, kecuali hari Minggu dan "hari yang dimuliakan".

Setelah itu, berturut-turut pemimpin redaksi Sinar Sumatra dijabat oleh Oeij Siauw Tjong (1914–1915), Phoa Tjhoen Hoay (1915), dan Phoa Tjoen Hoat (1916-1918).[3][4][5] Sejumlah editor yang bekerja selama periode ini, termasuk H. Soetan Ibraham, yang mungkin merupakan editor Indonesia pertama pada 1915 dan The Giok Lan Nio, editor perempuan pertama pada 1917.

Dari 1918 hingga 1921, surat kabar ini dipimpin oleh Liem Koen Hian. Dalam editorialnya, ia mempropagandakan sikap nasionalisme Tionghoa dan menentang aturan pemerintah Hindia Belanda yang menyatakan warga Tionghoa di Indonesia sebagai pendukung Belanda. Setelah melepas jabatannya di Sinar Sumatra, ia pindah ke Surabaya sebagai pemimpin redaksi Pewarta Soerabaia milik The Sian King.[6][7]

Pengganti Liem Koen Hian adalah Jap Gim Sek (1925–1930).[7][8] Catatan Parada Harahap ketika berkunjung ke Padang pada 1926 menyebutkan, Sinar Sumatra memiliki rekdatur dari berbagai latar belakang etnis, antara lain A. van Tijn, P.H. Bok, dan Abisin Abbas.[9][10][11][12]

Dari 1937 sampai 1938, pemimpin redaksi Sinar Sumatra dijabat oleh Boerhanoeddin. Sekitar tahun 1940, surat kabar ini dipimpin oleh A.M. Dt. Sinaro.[13]

Tata letak

Halaman sampul surat kabar ini menampilkan tanggal edisi menurut kalender Masehi, Hijriyah, dan Jawa.

Isi

Sinar Sumatra bukannya dapat subsidi dari siapa juga, tapi ada jadi suara merdeka yang tiada mau tahu siapa yang berbuat keliru dan salah

Sinar Sumatra, 7 Mei 1924

Edisi surat kabar ini terbit sebanyak 8 halaman. Secara umum, isinya terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama berupa berita, editorial, artikel kiriman pembaca, hikayat Melayu, dan cerita Tiongkok. Bagian kedua didominasi oleh iklan.

Sinar Sumatra menyediakan rubrik khusus untuk perempuan dan menjadi salah satu surat kabar yang banyak mengulas tentang berbagai aktivitas perempuan. Di antara yang disorot adalah penangkapan Rasimah Ismail dan Rasuna Said, keduanya pengurus Partai Persatuan Muslim Indonesia (Permi), oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka merupakan penentang kebijakan Ordonansi Sekolah Liar dan dengan tegas menyuarakan kemerdekaan Indonesia. Keberanian mereka, ditulis Sinar Sumatra, telah memperkuat semangat nasionalisme dan perjuangan masyarakat Minangkabau untuk merdeka dari kolonialisme Belanda.[14]

Berhenti terbit

Nomor terakhir Sinar Suatra yang tercatat bertanggal 30 September 1941.

Lihat pula

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.