Top Qs
Timeline
Obrolan
Perspektif

Salahuddin Ayyubi

sultan Mesir dan pendiri Dinasti Ayyubiyah (1137–1193) Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Salahuddin Ayyubi
Remove ads

Salahuddin Yusuf Ibn Ayyub (bahasa Kurdi: سەلاحەدینی ئەییووبی, translit. Selahedînê Eyûbî; bahasa Arab: الناصر صلاح الدين يوسف بن أيوب, translit. an-Nāṣir Ṣalāḥ ad-Dīn Yūsuf ibn Ayyūb; (c. 1138 - 4 Maret 1199) adalah seorang panglima perang dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah-Medinah Hejaz dan Diyar Bakr Oman Palestina

Fakta Singkat Shalahuddin al-Ayyubi, Sultan Mesir dan Suriah ...

Dia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, 'Salah Aladin al-Ayyubi / Saladin / Salah ad-Din' (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdistan: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Islam karena ahli strategi militer, dan sifatnya yang ksatria dan adil pada saat ia berperang melawan Ksatria Salib. Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Ia memberikan catatan kaki dan penjelasan kitab sunan hadits Abu Dawud.

Remove ads

Latar belakang

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Potret Sultan Salahuddin Ayyubi

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[1] Najmuddin Ayyub adalah ayahnya. Pamannya Asaduddin Syirkuh pergi meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Van dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di Tikrit tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk untuk kota Mosul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Baalbek dan menjadi pembantu dekat penguasa Suriah Nuruddin Zanki. Selama di Baalbek inilah Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan belajar strategi militer dan juga politik. Setelah itu Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir Mesir.

Di sana dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amaury I dari Yerusalem. Tidak ada yang menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang Khalifah Fatimiyah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Syiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tetapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apa pun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.

Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia mendirikan Dinasti Ayyubiyah dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia meluaskan wilayahnya ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fathimiyah lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut Waliullah yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.

Tahun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak Syirkuh yang adalah pamannya diangkat menjadi Wazir meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.

Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mosul, Irak bagian utara.

Remove ads

Naik ke kekuasaan

Di kemudian hari Salahudin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid. Berakhirnya kekuasaan yang dipimpin khalifah al-Adid maka Salahudin pun menguasai mesir dengan sebutan Dinasti Ayyubiyah.[2]

Remove ads

Membebaskan Palestina

Shalahuddin dikenal luas karena pembebasan Palestina dari Pasukan Salib pada tahun 1187 M setelah Pertempuran Hattin mengalahkan Guy Lusignan di wilayah padang luas berumput antara Palestina dan Damaskus pada 24 Rabiul Awal 583 H.[3] Upaya Shalahuddin untuk membebaskan Palestina dipersiapkan selama 15 tahun sejak menjadi Perdana Menteri di Mesir, kemudian memimpin Damaskus dan membuat rekonsiliasi dengan berbagai penguasa muslim di sekitarnya. Tepat pada hari Jumat 27 Rajab 583 H Shalahuddin memasuki Baitul Maqdis membangun kembali kedamaian dengan mengijinkan peziarah Kristiani aman memasuki Palestina.

Thumb
Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah); Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna merah muda). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin

Shalahuddin dikenal dengan kemurahan hatinya dalam pembebasan Palestina dengan damai tanpa ada pertumpahan darah di mana pasukan salib beserta penduduk Krisitani lainnya dipersilahkan dengan aman pindah ke wilayah pesisir (sekarang Lebanon) dipimpin Balian.[3]

Perang Salib ke 3

Thumb
Dokumentasi catatan Inggris saat pertempuran Richard melawan Shalahuddin pada Perang Salib ke 3.

Jatuhnya Palestina kembali ke tangan muslimin, melahirkan Perang Salib ke 3 pada tahun 1189-1192 di mana Raja Inggris Richard si Hati Singa datang ke pesisir melalui jalur laut. Peristiwa ini juga dikenal di Inggris karena penguasa setempat menaikkan pajak tinggi untuk rakyatnya dengan nama Pajak Shalahuddin (Saladin Tithe).

Selama 2 tahun terjadi pertempuran kecil di Arsuf dan Jaffa pada tahun 1191-1992 di mana dikenal dalam sejarah Richard sempat terluka dan mendapatkan tawaran pengobatan oleh Shalahuddin dengan mengirimkan tabib (dokter) ke kemah lawan secara rahasia. Akhirnya kedua pihak berdamai melalui proses negosiasi selama 1 tahun lebih dan Richard kembali ke Eropa.[3]

Remove ads

Kematian

Thumb
Makam Shalahuddin di Masjid Umayyah, Damaskus

Pada pertengahan bulan Safar 589 H, Salahuddin Ayyubi mengadakan perjalanan kembali dari Baitul Maqdis di Suriah menuju ke Mesir. Namun ia sakit selama 10 hari dalam perjalanannya dan pulang kembali ke Damaskus, Suriah. Setelah menyambut kedatangan jamaah haji, diiringi Qadhi al-Fadhil dan Syekh Abu Jafar, akhirnya Salahuddin Ayyubi akhirnya meninggal pada subuh hari Kamis tanggal 28 Safar 589 H atau 4 Maret 1193 M dalam usia 57 tahun.[3] Ia dimakamkan di lingkungan Masjid Umayyah Damaskus.[4]

Remove ads

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Remove ads