Remove ads
sekolah di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pondok Modern Darussalam Gontor[a 1], atau sering dikenal sebagai Pondok Modern Gontor, adalah sebuah Pondok Pesantren (PonPes) yang terletak di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Menurut laman resminya, pondok pesantren ini mengklaim sebagai lembaga pendidikan murni yang tidak berafiliasi kepada partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan apa pun
Pondok Modern Darussalam Gontor | |
---|---|
Alamat | |
, | |
Situs web | www.gontor.ac.id |
Informasi | |
Jenis | Pondok pesantren |
Afiliasi | Islam |
Didirikan | 19 September 1926 12 Rabiul Awwal 1345 |
Pendiri | Ahmad Sahal Zainudin Fananie Imam Zarkasyi |
Pimpinan | Hasan Abdullah Sahal Amal Fathullah Zarkasyi Akrim Mariyat |
Kalender akademis | Hijriyah |
Jumlah santri | ± 25.000[1] |
Lain-lain | |
Julukan | PMDG |
Warna almamater | Merah, Hijau, Putih |
Mars | "Oh Pondokku" Mars Darussalam |
Moto | |
Moto | Berbudi Tinggi Berbadan Sehat Berpengetahuan Luas Berpikiran Bebas |
.[2]
Berdasarkan informasi resmi dari Sekretaris Jenderal Pudda Puddy Family Muhammad Habiburrahman Al Asad,"Ketua kami pernah ingin menjalin hubungan dengan Ponpes Darussalam Gontor dengan mendirikan cabang di sana,akan tetapi keinginan itu agaknya tidak mudah terlaksana demi menjaga kemurnian netral Pondok Pesantren Gontor."
Cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada tahun 1680, saat Kyai Ageng Muhammad Hasan Besari mendirikan Pondok Tegalsari di Desa Jetis Ponorogo (10 KM arah selatan Kota Ponorogo). Pondok Tegalsari sangat termasyhur pada masanya, sehingga didatangi ribuan santri dari berbagai daerah di pelosok nusantara. Kepemimpinan Pondok Tegalsari berlangsung selama enam generasi.[3][4]
Pondok Tegalsari | ||
---|---|---|
Periode | Nama | Keterangan |
Generasi 1 | Kyai Ageng Hasan Besari | w.1760 |
Generasi 2 | Kyai Ilyas | |
Generasi 3 | Kyai Hasan Yahya | |
Generasi 4 | Kyai Hasan Besari II | w. 1862 |
Generasi 5 | Kyai Hasan Anom | w. 1873 |
Generasi 6 | Kyai Hasan Khalifah | w. 1883 |
Pada pertengahan abad ke-19 yaitu pada masa Kyai Hasan Khalifah, Pondok Tegalsari mulai mengalami kemunduran. Pada saat itu, dia mempunyai seorang santri kesayangan bernama R.M. Sulaiman Djamaluddin, seorang keturunan Keraton Kasepuhan Cirebon. Kyai Hasan Khalifah kemudian menikahkan putri bungsunya Oemijatin (dikenal dengan Nyai Sulaiman) dengan R.M. Sulaiman Djamaluddin dan mereka diberi tugas mendirikan pesantren baru untuk meneruskan Pondok Tegalsari, yang di kemudian hari pesantren baru ini dikenal dengan Pondok Gontor Lama.[5]
Berbekal 40 santri yang dibawa dari Pondok Tegalsari, Kyai R.M. Sulaiman Djamaluddin bersama istrinya mendirikan Pondok Gontor Lama di sebuah tempat yang terletak ± 3 kilometer sebelah timur Tegalsari dan 11 kilometer ke arah tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu, Gontor masih merupakan hutan dan kerap kali dijadikan persembunyian perampok, penjahat, dan penyamun. Kepemimpinan Pondok Gontor Lama berlangsung selama tiga generasi:
Kyai Santoso Anom Besari menikah dengan Rr. Sudarmi, keturunan R.M. Sosrodiningrat (Bupati Madiun). Kyai Santoso Anom wafat pada tahun 1918 di usia muda dan meninggalkan 7 anak yang masih kecil. Kepemimpinan Pondok Gontor Lama pun akhirnya berakhir, Di kemudian hari, tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menghidupkan kembali Pondok Gontor Lama dengan memperbarui dan meningkatkan sistem serta kurikulumnya.[6]
Setelah menuntut ilmu di berbagai pesantren tradisional dan lembaga modern, tiga orang putra Kyai Santoso Anom akhirnya kembali ke Gontor dan pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi SAW, mereka mengikrarkan berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Ketiganya dikenal dengan sebutan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu:
Pada tanggal 12 Oktober 1958 bertepatan dengan 28 Rabi’ul Awwal 1378, Trimurti mewakafkan PMDG kepada Umat Islam. Sebuah pengorbanan kepemilikan pribadi demi kemaslahatan umat. Pihak penerima amanat diwakili oleh 15 anggota alumni Gontor (IKPM) yang kemudian menjadi Badan Wakaf PMDG.[7]
Lembaga tertinggi dalam organisasi Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor ialah Badan Wakaf. Badan Wakaf adalah badan legislatif beranggotakan 15 orang, bertanggung jawab atas segala pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan pengajaran di PMDG. Anggota Badan Wakaf terdiri dari alumni KMI PMDG yang dipilih setiap 5 tahun sekali.[8]
Berikut adalah susunan anggota Badan Wakaf PMDG circa 2020:[9] Ketua: Hidayat Nur Wahid. Wakil ketua: Aflatun Muchtar, . Sekretaris: Abdullah Said Baharmus Anggota: Rusydi Bey Fannani, Hasan Abdullah Sahal, Akrim Mariyat, Amal Fathullah Zarkasyi, Muhammad Dawam Saleh, Din Syamsuddin, Masyhudi Subari, Mohammad Masruh bin Ahmad, Hamid Fahmy Zarkasyi, Muhammad Danial, dan Heikal Yanuarshah Ibadillah.
Untuk tugas dan kewajiban keseharian amanat ini dijalankan oleh Pimpinan Pondok. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor adalah badan eksekutif (setelah wafatnya para pendiri Pondok) yang dipilih oleh Badan Wakaf setiap 5 tahun sekali. Pimpinan Pondok adalah mandataris Badan Wakaf yang mendapatkan amanah untuk menjalankan keputusan-keputusan Badan Wakaf dan bertanggung jawab kepada Badan Wakaf PMDG. Pimpinan PMDG, di samping memimpin lembaga-lembaga dan bagian-bagian di Balai Pendidikan PMDG, juga berkewajiban mengasuh para santri sesuai dengan sunnah Balai Pendidikan PMDG.
Dalam sidang pertamanya di 1985, sepeninggal Trimurti, Badan Wakaf menetapkan tiga Pimpinan Pondok untuk memimpin Gontor pasca-Trimurti. Ketiganya adalah Shoiman Luqmanul Hakim, Abdullah Syukri Zarkasyi, dan Hasan Abdullah Sahal. Pada tahun 1999, Shoiman Luqmanul Hakim wafat, maka Badan Wakaf menunjuk Imam Badri sebagai penggantinya. Pada tahun 2006, Imam Badri wafat dan kemudian digantikan oleh Syamsul Hadi Abdan.[10] Pada tahun 2020, Syamsul Hadi Abdan dan Abdullah Syukri Zarkasyi wafat dan digantikan oleh Amal Fathullah Zarkasyi. dan Akrim Mariyat.[11]
Saat ini pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor dijabat oleh:
Adapun lembaga-lembaga dan atau bagian-bagian yang dibawahi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor adalah:
Di samping kelima lembaga di atas, ada bagian-bagian tertentu yang dibentuk untuk memperlancar proses pendidikan dan pengajaran di Pondok, yaitu:
Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) adalah Perguruan Tinggi yang bersifat Pesantren di mana seluruh mahasiswa berada di dalam asrama kampus di bawah bimbingan rektor (sebagai kiai). UNIDA didirikan pada pada 1 Rajab 1383 / 17 November 1963 oleh Trimurti PMDG dan di bawah pengelolaan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor. Saat ini Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. menjabat sebagai Rektor dan mengelola berbagai fakultas dalam berbagai strata pendidikan, yaitu:
Mengingat tingginya minat masyarakat untuk memasukkan anaknya di Gontor dan keterbatasan fasilitas yang tersedia di Kampus Pondok Modern Darussalam Gontor serta untuk memberikan bekal yang lebih baik kepada para calon santri yang ingin masuk di Pondok Modern Darussalam Gontor, akhirnya dibuka cabang-cabang Gontor di beberapa tempat:[3]
Pesantren alumni Gontor tersebar di seluruh nusantara dan tergabung dalam Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor. Menurut Hasan Abdullah Sahal, saat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres pada 10 Maret 2016, Pesantren Alumni Gontor yang sudah terdata berjumlah 380 pesantren dan masih banyak lagi yang belum terdata.[12] Saat ini FPA Gontor diketuai oleh Zulkifli Muhadli.
Pada September 2022, mencuat kasus penganiayaan di dalam lingkungan pesantren ini yang menewaskan salah satu santri-nya. Pihak pesantren, dengan disertai surat keterangan dari RS Yasyfin Darussalam Gontor, awalnya menyatakan bahwa sang korban meninggal karena sakit akibat kelelahan.[13] Namun ketika melakukan pengecekan, ibu korban menemukan sejumlah luka lebam pada jenazah anaknya.[14] Tidak terima, ibu korban langsung mendatangi pihak pesantren yang kemudian menjanjikan penyelesaian masalah. Akan tetapi, setelah 2 minggu berselang,[15] merasa tidak ada itikad baik dari pihak pesantren, ibu korban pun mendatangi pengacara Hotman Paris, untuk meminta bantuan hukum.[16] Sehari setelah viral, pihak pondok pun akhirnya melaporkan kasus ini ke Polres Ponorogo.[15] Pihak ponpes berdalih bahwa mereka sebelumnya tidak melaporkan kasus ini karena saat masuk pondok, orang tua telah menandatangani kesanggupan untuk tidak membawa ke ranah hukum.[17]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.