Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Petrus Martir Vermigli[b] (8 September 1499 – 12 November 1562 ) adalah seorang teolog Kalvinis asal Republik Firenze di Semenanjung Italia. Kiprah perdananya selaku pegiat reformasi Gereja di wilayah Italia yang beragama Katolik dan keputusannya untuk hengkang ke kawasan Protestan Eropa Utara mampu memengaruhi banyak warga Italia untuk berpindah agama dan hijrah ke luar negeri. Di Inggris, pandangan-pandangannya memengaruhi usaha reformasi gereja rezim Edward VI, termasuk perubahan tata kebaktian Perjamuan Kudus di dalam Buku Doa Umum tahun 1552. Ia disegani sebagai pakar Ekaristi di gereja-gereja Kalvinis, dan menceburkan diri ke dalam kontroversi Ekaristi melalui makalah-makalah yang ditulisnya. Loci Communes, kumpulan petikan dari ulasan-ulasan Alkitabnya yang ditata mengikuti kerangka topik teologi sistematis, menjadi buku ajar standar di bidang studi teologi Kalvinis.
Petrus Martir Vermigli | |
---|---|
Nama asal | Pietro Martire Vermigli |
Lahir | Piero Mariano Vermigli 8 September 1499 Firenze, Republik Firenze |
Meninggal | 12 November 1562 (pada usia 63 tahun) Zürich, Kanton Zürich, Konfederasi Swiss |
Kebangsaan | Italia |
Almamater | Universitas Padova |
Ditahbiskan | 1525 |
Kiprah di bidang teologi | |
Era | Reformasi Protestan |
Tradisi atau gerakan | Tradisi Kalvinis |
Gagasan terkenal | Pembelaan doktrin Ekaristi Kalvinis |
Tokoh kelahiran Firenze ini pernah menjadi anggota kongregasi religius Katolik, bahkan pernah diangkat menjadi prior maupun abas. Kemudian hari ia berkenalan dengan para pemimpin Spirituali (kaum rohani), pegiat reformasi Gereja Katolik di Italia, serta membaca karya-karya tulis para teolog Protestan seperti Martinus Bucer dan Hulderikus Zwingli. Sesudah mengkaji karya-karya tulis tersebut dan menelaah Alkitab maupun tulisan para Bapa Gereja, ia menerima ajaran Protestan mengenai keselamatan dan Ekaristi. Demi memenuhi panggilan hati sekaligus menghindari persekusi Inkuisisi Roma, ia pindah ke Eropa Utara, kemudian menetap di Strasbourg dan menjadi pengajar kajian Alkitab Perjanjian Lama di bawah bimbingan Martinus Bucer. Atas undangan Thomas Cranmer, ia pindah ke Inggris untuk mengisi sebuah jabatan penting di Universitas Oxford, tempat ia terus berkiprah selaku pengajar kajian Alkitab. Dalam sebuah acara disputasi (debat resmi) yang digelar secara terbuka di Oxford, ia mampu mempertahankan pandangan-pandangannya mengenai Ekaristi dari sanggahan para sarjana Katolik penganjur doktrin transubstansiasi. Sesudah Mary Tudor yang beragama Katolik naik takhta, ia terpaksa angkat kaki dari Inggris. Ia pulang ke Strasbourg dan kembali menekuni profesi lamanya. Karena pandangan-pandangannya mengenai Ekaristi dan predestinasi berbenturan dengan pandangan-pandangan para sarjana Lutheran di Strasbourg, ia dipindahtugaskan ke Zürich, tempat ia mengajar sampai tutup usia pada tahun 1562.
Kontribusi teologisnya yang paling terkenal adalah pembelaan doktrin Ekaristi Kalvinis dari sanggahan sarjana-sarjana Katolik maupun Lutheran. Ia tidak percaya bahwa roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus sebagaimana yang diajarkan doktrin transubstansiasi Katolik. Ia juga tidak menerima pandangan Lutheran bahwa tubuh Kristus bersifat mahahadir, dan oleh karena itu hadir secara jasmani di dalam Ekaristi. Sebaliknya ia mengajarkan bahwa Kristus tetap berada di Surga meskipun disajikan kepada para peserta Perjamuan Kudus dan disambut oleh orang-orang yang percaya.
Vermigli merumuskan sendiri doktrin predestinasi ganda yang kuat, di luar dari doktrin predestinasi ganda yang dirumuskan Yohanes Kalvin. Menurut penafsirannya, kehendak Allah adalah penentu laknat maupun keselamatan. Pandangannya memang mirip tetapi tidak persis sama dengan pandangan Kalvin. Teologi politiknya dijadikan acuan dalam penyusunan Regulasi Agama rezim Elizabeth I karena menyediakan pembenaran teologis bagi doktrin Supremasi Raja yang mengajarkan bahwa raja adalah kepala gereja di wilayah kekuasaannya, bukan petinggi gereja.
Vermigli lahir pada tanggal 8 September 1499 di Firenze, ibu kota negara Republik Firenze, sebagai anak sulung pasangan Stefano di Antonio Vermigli, seorang pengrajin sepatu yang kaya, dan Maria Fumantina.[3] Sehari sesudah dilahirkan, ia dibaptis dengan nama Piero Mariano.[5] Ia diajari bahasa Latin oleh ibunya sebelum menjalani pendidikan formal di sekolah anak-anak bangsawan Firenze.[c] Ibunya wafat pada tahun 1511, saat Vermigli berumur 12 tahun.[6] Demi mewujudkan cita-citanya sedari kecil untuk menjadi seorang imam Katolik,[7] Vermigli menjadi novis (anggota pemula) di Badia Fiesolana, biara Kongregasi Kanunik Regulir Lateran, pada tahun 1514.[8] Kongregasi religius yang lahir dari gerakan reformasi kerohanian pada abad ke-15 ini sangat mementingkan kedisiplinan, hidup berpindah-pindah rumah alih-alih menetap di satu tempat, dan berusaha menghadirkan kepemimpinan di kawasan-kawasan perkotaan.[9] Adik perempuan Vermigli, Felicita Antonia, mengikuti jejaknya dan menjadi biarawati pada tahun yang sama.[10]
Sesudah menuntaskan masa novisiatnya pada tahun 1518, Vermigli mengambil nama Petrus Martir, yang berasal dari nama Santo Petrus dari Verona, orang kudus asal tarekat Dominikan yang hidup pada abad ke-13.[3] Karena kongregasinya baru saja mengesahkan kebijakan memberangkatkan para calon imam yang muda-muda ke Biara San Giovanni di Verdara di Padova untuk menimba ilmu filsafat Aristoteles, Vermigli pun dikirim ke sana.[11] Universitas Padova, yang memiliki hubungan afiliasi longgar dengan Biara San Giovanni di Verdara, adalah lembaga pendidikan tinggi yang sangat bergengsi pada masa itu.[12] Di Padova, Vermigli mendalami ilmu filfasat skolastika Tomas Aquinas secara menyeluruh, dan mulai mengapresiasi pandangan-pandangan Santo Agustinus maupun gagasan-gagasan humanisme Kristen.[13] Vermigli berikhtiar membaca karya-karya tulis Aristoteles dalam bahasa aslinya. Karena tidak ada guru bahasa Yunani, ia berusaha sendiri.[14] Di kota inilah ia berkenalan dengan Pietro Bembo, Reginald Pole, dan Marcantonio Flaminio, teolog-teolog terkemuka yang mencita-citakan pembaharuan Gereja Katolik.[3]
Vermigli ditahbiskan pada tahun 1525, dan mungkin sekali meraih gelar Doctor Divinitatis (doktor ilmu agama) sekitar waktu yang sama.[3] Kapitel umum (rapat umum) Kongregasi Kanunik Regulir Lateran tahun 1526 memilih Vermigli menjadi penceramah publik.[15] Setahun kemudian, Vermigli mulai menyampaikan ceramah-ceramah perdananya di kota Brescia. Selama tiga tahun berikutnya, ia bersafari ceramah di kawasan utara dan tengah Italia.[3] Tidak seperti para penceramah dari tarekat lain yang hanya berceramah pada masa Prapaskah dan masa Adven, padri-padri Agustinian berceramah sepanjang tahun.[16] Ia juga memberikan kuliah kajian Alkitab dan susastra pujangga Homeros di rumah-rumah religius Kanunik Reguler Lateran.[3]
Pada tahun 1530, Vermigli diangkat menjadi vikaris (deputi pemimpin umum) untuk biara San Giovanni in Monte di Bologna.[3] Ia belajar bahasa Ibrani dari seorang dokter Yahudi di kota itu, sehingga mampu membaca kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya.[17] Pada masa itu, belajar bahasa Ibrani bukanlah kegiatan yang lumrah bagi kaum rohaniwan, bahkan bagi para rohaniwan yang mendalami kajian Alkitab.[18] Kapitel umum tahun 1533 memilih Vermigli menjadi abas dua biara Kongregasi Kanunik Regulir Lateran di Spoleto,[d] sekaligus membawahi dua rumah religius.[e] Taraf kedisiplinan di rumah-rumah religius yang dibawahi Vermigli sudah menurun sebelum masa jabatannya, bahkan menjadi sumber skandal di Spoleto. Ada pula cerita tentang sengketa kewenangan antara Uskup Spoleto, Francesco Eroli, dan Abas Spoleto, sampai-sampai sang uskup mengekskomunikasi abas sebelum Vermigli, meskipun akhirnya dibatalkan Roma. Vermigli menertibkan rumah-rumah religius yang dibawahinya dan membina hubungan baik dengan Uskup Spoleto.[21]
Kapitel umum memilih kembali Vermigli menjadi Abas Spoleto pada tahun 1534, dan sekali lagi pada tahun 1535, tetapi ia tidak dipilih untuk memimpin satu rumah religius pun pada tahun berikutnya. Mungkin ia sudah dinilai sebagai orang yang berpotensi menjadi tokoh pembaharu, sehingga perlu diberdayakan untuk membantu usaha-usaha reformasi Gereja pada tataran yang lebih tinggi.[22] Vermigli berhubungan baik dengan para pemuka Katolik yang menyusun Consilium de emendanda ecclesia (Rencana Pembaharuan Gereja), laporan internal mengenai usaha-usaha reformasi potensial yang diminta Paus Paulus III. Ia bahkan mungkin berangkat ke Roma untuk membantu penyusunannya.[23]
Kongregasi Kanunik Regulir Lateran memilih Vermigli menjadi abas biara San Pietro ad Aram di Napoli pada tahun 1537.[23] Di kota Napoli, ia berkenalan dengan Juan de Valdés, salah seorang pemimpin Spirituali.[24] Dari Valdéslah Vermigli mengenal karya-karya tulis para pegiat Reformasi Protestan.[3] Menjelang akhir masa jabatannya di Napoli, ia membaca ulasan kitab-kitab Injil dan Mazmur yang ditulis Martinus Bucer, serta De vera et falsa religione (Ihwal Agama yang Benar dan yang Palsu) karya Hulderikus Zwingli.[25] Membaca karya-karya tulis tersebut merupakan tindakan pembangkangan terhadap Gereja Katolik, tetapi umum dilakukan para pegiat reformasi. Vermigli tampaknya menerima ajaran Protestan secara perlahan-lahan melalui penelaahan Alkitab dan tulisan-tulisan para Bapa Gereja, teristimewa Agustinus. Mungkin sekali Vermigli membaca karya-karya tulis Protestan secara kritis, sebagaimana yang lazim dilakukan orang-orang yang mencita-citakan pembaharuan Gereja tanpa harus meninggalkan Gereja Katolik.[26] Ketika itulah Vermigli menerima ajaran Protestan tentang pembenaran oleh iman semata-mata dan mungkin sekali menolak pandangan tradisional Katolik tentang sakramen-sakramen.[27] Tampaknya pemikiran Vermigli juga memengaruhi pandangan-pandangan Juan de Valdés. Para sarjana yakin bahwa doktrin predestinasi ganda Valdés, yang mengatakan bahwa sejak semula Allah sudah menentukan siapa saja yang akan selamat dan siapa saja yang akan dilaknat, sebenarnya ia dapatkan dari Vermigli, sementara Vermigli sendiri mendapatkannya lewat kajian mendalam atas karya-karya tulis Gregorius de Arimino atau Tomas Aquinas di Padova.[28]
Peralihan Vermigli dari ajaran Kristen Katolik yang ortodoks mulai terlihat pada tahun 1539, ketika ia berceramah tentang 1 Korintus 3:9–17, yakni ayat-ayat yang umum digunakan sebagai dalil bagi doktrin purgatorium.[29] Vermigli tidak menggunakan cara pandang semacam itu di dalam isi ceramahnya, kendati tidak menafikan keberadaan purgatorium secara terang-terangan.[30] Gaetano da Thiene, salah seorang penentang Spirituali, melaporkan kecurigaannya terhadap Vermigli kepada Raja Muda Spanyol di Napoli, Don Pedro de Toledo. Akibatnya, Vermigli dilarang berceramah oleh Raja Muda.[31] Larangan ini akhirnya dibatalkan sesudah Vermigli naik banding ke Roma dengan bantuan beberapa petinggi Gereja yang ia kenal baik sejak masih berkuliah di Padova, misalnya Kardinal Pole dan Kardinal Bembo.[32] Meskipun tersangkut kasus, nama Vermigli justru semakin tenar di dalam kongregasinya. Kapitel umum tahun 1540 mengangkat Vermigli menjadi salah seorang dari empat penilik[3] yang bertugas membantu rektor jenderal (pemimpin umum) menginspeksi rumah-rumah religius milik kongregasi.[33]
Pada tahun 1541, Kongregasi Kanunik Regulir Lateran memilih Vermigli menjadi Prior Basilika San Frediano di Lucca.[32][f] Selain membawahi rumah-rumah religius milik Kongregasi Kanunik Regulir Lateran, Prior Basilika San Frediano juga menjalankan sejumlah kewenangan uskup atas separuh wilayah kota Lucca.[34] Sama seperti para rahib di tempat tugasnya yang lama, rahib-rahib biara San Frediano maupun kaum rohaniwan di Lucca diketahui tidak ketat dalam hal moral, sehingga membuka diri bagi ajaran Lutheran yang belum lama masuk ke kota itu.[35] Bagi Vermigli, sudah menjadi kewajibannya selaku prior untuk mendidik maupun memperbaiki akhlak bawahannya.[36] Ia mendirikan sebuah kolese berlandaskan prinsip-prinsip pendidikan yang humanistis, meniru Kolese Santo Yohanes di Cambridge dan Kolese Corpus Christi di Oxford yang belum lama berdiri. Bahasa pengantar perkuliahan adalah bahasa Yunani, bahasa Latin, dan bahasa Ibrani.[24] Para pengajar di kolese ini adalah Immanuel Tremellius, Paolo Lacizi, Celio Secondo Curione,[3] dan Girolamo Zanchi, para humanis yang kemudian hari memeluk agama Kristen Protestan.[37] Sebagai tanda penghargaan atas segala jerih payahnya, Kongregasi Kanunik Regulir Lateran mengangkat Vermigli menjadi salah seorang dari tujuh padri yang duduk dalam komisi penegakan disiplin pada bulan Mei 1542.[3]
Meskipun disegani banyak orang, Vermigli sangat berhati-hati. Ia dapat melanjutkan usaha-usaha reformasi di Lucca tanpa dicurigai para penganut ajaran Kristen yang ortodoks, bahkan ketika temu wicara antara Sri Paus dan Kaisar Karel V digelar di kota itu pada tahun 1541.[38] Kiprahnya selaku pegiat reformasi justru ketahuan akibat ulah dua orang pengikutnya. Yang satu secara terang-terangan mempertanyakan kewenangan Sri Paus, sementara yang satu lagi menggelar kebaktian Perjamuan Kudus ala Protestan.[3] Pembentukan kembali Inkuisisi Roma pada tahun 1542 mungkin turut dipicu oleh kekhawatiran bahwa Lucca dan kota-kota lain akan berpaling dari Gereja Katolik.[39] Pemerintah Republik Lucca mulai khawatir kemerdekaan politik mereka dari Kekaisaran Romawi Suci akan hilang jika kota Lucca masih dipandang sebagai suaka bagi umat Protestan. Pemerintah pun bergegas memberangus peredaran buku-buku Protestan yang sebelumnya tidak mereka hiraukan, menyelenggarakan kembali perayaan hari-hari besar keagamaan yang sudah ditinggalkan, dan menyusun jadwal penyelenggaraan pawai-pawai keagamaan untuk menunjukkan kesetiaan Lucca kepada Roma.[40]
Vermigli dipanggil untuk menjalani pemeriksaan dalam sidang kapitel luar biasa Kongregasi Kanunik Regulir Lateran. Sahabat-sahabatnya mewanti-wanti bahwa lawan-lawannya adalah orang-orang yang sangat berkuasa. Kejadian demi kejadian yang kian mengkhawatirkan ini memang turut andil mendorong Vermigli untuk mengabaikan panggilan pemeriksaan kapitel luar biasa dan hengkang dari Italia, tetapi faktor utama yang mendorongnya mengambil langkah tersebut adalah pertentangan hati nuraninya dengan kewajibannya selaku seorang imam Katolik untuk merayakan Misa.[41] Vermigli hengkang dari Lucca ke Pisa dengan menunggang kuda pada tanggal 12 Agustus 1542 bersama-sama tiga orang padri Kongregasi Kanunik Regulir Lateran.[g] Di Pisa, ia melangsungkan kebaktian Perjamuan Kudus ala Protestan untuk pertama kalinya.[43] Saat singgah di Firenze dan menginap di Badia Fiesolana, tempat ia dulu menjalani masa novisiat, Vermigli mendengar kabar bahwa Bernardino Ochino, penceramah populer dengan pendirian yang condong ke arah Protestan, sudah tiba di biara itu.[44] Vermigli meyakinkan Ochino untuk ikut hengkang meninggalkan Italia.[45] Pada tanggal 25 Agustus, Vermigli berangkat ke Zürich lewat Ferrara dan Verona.[46]
Sesampainya di Zürich, Vermigli langsung diberondong dengan berbagai pertanyaan seputar pandangan-pandangan teologinya oleh sejumlah pemuka Protestan, antara lain Henrikus Bullinger, Konradus Pellikan, dan Rudolfus Gualther. Mereka akhirnya sepakat bahwa Vermigli dapat diizinkan mengajar teologi Protestan,[47] hanya saja tidak ada lowongan kerja bagi pengajar teologi di Zürich. Kenyataan yang sama ia dapati di Basel, kota yang ia datangi sesudah Zürich. Dalam sepucuk surat kepada paguyuban Kanunik Regulir Lateran di Lucca, ia membeberkan alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusannya untuk hengkang, dan mengungkapkan kegundahannya karena belum juga mendapatkan pekerjaan.[48] Humanis Basler, Bonifasius Amerbach, membantunya dengan sokongan dana, sementara Oswaldus Myconius, salah seorang pegiat Reformasi Protestan di kota itu, merekomendasikannya kepada Martinus Bucer, pegiat Reformasi Protestan di Strasbourg yang karya-karya tulisnya sudah tidak asing lagi bagi Vermigli.[49] Ia pindah ke Strasbourg dan menjadi sahabat karib sekaligus rekan seperjuangan Martinus Bucer.[50] Dari Martinus Bucer pula ia mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar kajian Alkitab Perjanjian Lama di Perguruan Strasbourg, menggantikan Wolfgangus Capito.[51] Bahan kuliahnya ia awali dengan kajian kitab-kitab para nabi kecil, disusul kajian Kitab Ratapan, Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, dan Kitab Imamat.[52][h] Vermigli gembira mendapatkan kesempatan untuk mengajar dengan menggunakan teks Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya, karena kebanyakan siswanya mampu membaca aksara Ibrani.[54] Ia disukai para siswa maupun rekan-rekannya sesama pengajar.[55] Vermigli dikenal sebagai pengajar yang menggunakan kata-kata secara cermat, sederhana, dan jelas, berbeda dengan gaya mengajar Bucer yang suka melantur ke berbagai topik lain sehingga kadang-kadang membuat para siswanya bingung.[56]
Lacizi dan Tremellius, kedua mantan rekan sejawat Vermigli di Lucca, kelak bergabung dengannya di Strasbourg.[57] Pada tahun 1544, ia terpilih menjadi kanunik gereja Santo Tomas di Strasbourg.[58] Pada tahun 1545, Vermigli mempersunting istri pertamanya, Katerina Dammartin, mantan biarawati asal Metz.[3] Katerina tidak menguasai bahasa Italia, sementara Petrus hanya bisa sedikit-sedikit berbahasa Jerman, sehingga diduga kuat pasangan ini sehari-hari berkomunikasi dalam bahasa Latin.[59]
Ketika Raja Edward VI naik takhta pada tahun 1547, para pegiat Reformasi Protestan di Inggris berharap dapat memanfaatkan masa pemerintahannya sebagai kesempatan untuk mereformasi Gereja Inggris secara lebih menyeluruh. Uskup Agung Thomas Cranmer mengundang Vermigli dan Ochino untuk berperan serta mewujudkan maksud tersebut.[60] Selain itu, kemenangan Kaisar Karel V yang beragama Katolik dalam Perang Schmalkalden dan Interim Augsburg yang menyusul kemudian telah mengubah negeri Jerman menjadi lingkungan yang tidak bersahabat bagi umat Protestan.[61] Vermigli menerima undangan Cranmer pada bulan November dan berangkat bersama-sama Ochino ke Inggris.[60] Pada tahun 1548, ia menggantikan Richard Smyth sebagai guru besar ilmu agama kerajaan yang kedua di Universitas Oxford.[61] Di sebuah universitas yang lamban menerima perubahan, jabatan ini sangat berpengaruh.[62]
Setibanya di Oxford, Vermigli mulai memberikan kuliah mengenai kajian surat 1 Korintus,[62] dengan memungkiri doktrin Katolik mengenai purgatorium, kewajiban selibat bagi rohaniwan, dan amalan puasa prapaskah. Ia selanjutnya memungkiri pula doktrin Katolik mengenai Ekaristi, pokok perbantahan paling sensitif di antara umat Protestan dan umat Katolik di Inggris ketika itu.[63] Sarjana-sarjana konservatif, di bawah pimpinan Smyth, menantang Vermigli untuk mempertahankan pandangan-pandangannya di dalam sebuah disputasi. Sebelum disputasi dapat terlaksana, Smyth keburu hengkang ke St Andrews dan akhirnya ke Leuven,[3] sehingga tiga sarjana ilmu agama Katolik, yakni William Tresham, William Chedsey, dan Morgan Phillips, maju mengantikannya.[64] Disputasi digelar pada tahun 1549 di hadapan Richard Cox, Kanselir Universitas Oxford, seorang Protestan tulen.[65] Pokok disputasi adalah doktrin transubstansiasi, dengan lawan-lawan Vermigli selaku pihak yang mendukung dan Vermigli selaku pihak yang menentang.[66] Kanselir Cox terang-terangan mengungkapkan pandangannya bahwa argumen Vermigli lebih unggul, tetapi tidak secara resmi menyatakan salah satu pihak sebagai pemenang.[66] Disputasi ini menempatkan Vermigli pada barisan terdepan di ranah perdebatan hakikat Ekaristi.[64]
Pada tahun 1549, serangkaian kerusuhan yang disebut Pemberontakan Buku Doa membuat Vermigli terpaksa meninggalkan Oxford dan menumpang di Istana Lambeth, kediaman Thomas Cranmer. Pemberontakan ini dilatarbelakangi penolakan terhadap liturgi dalam bahasa sehari-hari, yang diwajibkan pemerintah dengan memberlakukan pemakaian Buku Doa Umum pada hari raya Pentakosta tahun 1549.[67] Para perusuh berkeliaran di jalan-jalan kota Oxford sambil berteriak hendak mencabut nyawa Vermigli.[68] Di Lambeth, Vermigli membantu Cranmer menyusun khotbah-khotbah menentang pemberontakan.[69] Beberapa lama kemudian, ia kembali ke Oxford dan diangkat menjadi kanunik pertama Gereja Katedral Jemaat Kristus pada bulan Januari 1551.[70] Selaku rohaniwan beristri yang pertama di Oxford, Vermigli menyulut kontroversi dengan memboyong istri ke tempat tinggalnya yang menghadap ke Jalan Ikan di Pelataran Besar.[71] Jendela-jendela tempat tinggalnya berulang kali rusak dilempar orang, sehingga Vermigli akhirnya pindah ke dalam lingkungan Pelataran Besar, tempat ia membangun sebuah ruang kerja berdinding batu yang aman dari gangguan.[72]
Vermigli semakin jauh terlibat dalam politik Gereja Inggris. Pada tahun 1550, ia dan Martinus Bucer menyampaikan saran-saran perubahan tambahan atas tata ibadat Perjamuan Kudus di dalam Buku Doa Umum kepada Cranmer.[3] Vermigli mendukung kebijakan Gereja Inggris dalam kontroversi vestimentum, yakni kontroversi mengenai perlu tidaknya Uskup John Hooper dipaksa mengenakan superpli. Vermigli setuju dengan keinginan Hooper untuk menyingkirkan aneka ragam vestimentum dengan segala macam aturan pakainya yang rumit dari gereja, tetapi bukan berarti pakaian ibadat harus dilarang. Ia menasihati Hooper untuk menghormati kewenangan para atasannya.[73] Mungkin sekali Vermiglilah yang berjasa meyakinkan Hooper untuk menghentikan penolakannya terhadap pemakaian vestimentum pada bulan Februari 1551. Pada bulan Oktober 1551, ia berpartisipasi dalam sebuah komisi yang dibentuk untuk menyusun ulang hukum kanon Gereja Inggris. Pada musim dingin tahun itu, ia membantu penyusunan sebuah rancangan perangkat hukum kanon, yang diterbitkan John Foxe dengan judul Reformatio legum ecclesiasticarum (Pembaharuan Hukum-Hukum Gereja) pada tahun 1552.[3]
Raja Edward IV mangkat pada tahun 1553. Penggantinya adalah Ratu Mary I, yang tidak sehaluan dengan para pegiat Reformasi Protestan. Vermigli dijadikan tahanan rumah selama enam bulan,[3] dan agaknya para musuh Vermigli dari kubu Katolik di Oxford ingin agar ia dijatuhi hukuman mati, seperti yang akhirnya menimpa Cranmer pada tahun 1556. Meskipun dibayang-bayangi kemungkinan dihukum mati, ia menerima tantangan debat bersama Cranmer dalam sebuah disputasi terbuka melawan sarjana-sarjana rezim Katolik yang baru saja terbentuk. Disputasi ini tidak kunjung terlaksana karena Cranmer dipenjarakan.[74] Vermigli berhasil mendapatkan izin dari Dewan Penasihat Kerajaan Inggris untuk meninggalkan Inggris. Thomas Cranmer juga menasihatinya untuk berbuat demikian.[3]
Sementara itu, Katerina, istri Vermigli, sudah dikenal luas di Oxford, baik sebagai seorang wanita yang saleh maupun karena karya pelayanannya bagi ibu-ibu hamil. Ia juga gemar mengukir wajah manusia pada biji buah prem.[75] Katerina wafat tanpa anak pada bulan Februari, sebelum Vermigli berangkat meninggalkan Inggris. Segera sesudah keberangkatan Vermigli, Kardinal Pole menyuruh orang menggali kubur Katerina dan membuang jenazahnya ke tempat penimbunan pupuk kandang. Sesudah Ratu Elizabeth I yang beragama Protestan naik takhta pada tahun 1558, jenazah Katerina dikebumikan kembali bersama relikui Santa Fridesvida di Gereja Katedral Jemaat Kristus.[68]
Vermigli tiba di Strasbourg pada bulan Oktober 1553. Ia kembali mengajar di Perguruan Strasbourg seperti sediakala, dan mengawali kuliahnya dengan kajian Kitab Hakim-Hakim dan kitab Etika Nikomakia karangan Aristoteles.[76] Vermigli kerap mengadakan kegiatan kumpul-kumpul di rumahnya bagi rekan-rekannya sesama orang buangan rezim Mary untuk belajar dan berdoa bersama.[77] Kuliah-kuliahnya mengenai Kitab Hakim-Hakim sering kali menyinggung isu-isu politik yang relevan bagi orang-orang buangan, misalnya hak untuk membangkang penguasa lalim.[3] Sesudah Vermigli berangkat ke Inggris dan Martinus Bucer wafat pada tahun 1551, golongan Lutheran tampil mengemuka di Strasbourg di bawah pimpinan Johann Marbach. Vermigli sempat diminta menandatangani Pengakuan Iman Augsburg dan Konkordat Wittenberg sebagai syarat pengangkatan kembali menjadi pengajar.[78] Ia bersedia menandatangani Pengakuan Iman Augsburg, tetapi menolak melakukan hal yang sama untuk Konkordat Wittenberg yang berisi penegasan bahwa Kristus hadir secara jasmani di dalam Ekaristi.[3] Meskipun demikian, ia tetap saja diangkat kembali menjadi pengajar, tetapi kontroversi dengan golongan Lutheran seputar Ekaristi maupun doktrin predestinasinya terus berlanjut. Girolamo Zanchi, pengajar lain di Perguruan Strasbourg yang memeluk agama Protestan saat masih dipimpin Vermigli di Lucca, sehaluan dengan Vermigli dalam pemahaman tentang Ekaristi dan predestinasi. Zanchi dan Vermigli bersahabat karib dan bekerja sama bahu-membahu.[79] Kesenjangan yang kian melebar dengan golongan Lutheran mendorongnya untuk menerima tawaran Henrikus Bullinger pada tahun 1556 untuk mengajar di Perguruan Carolinum di Zürich. John Jewel, salah seorang rekan sesama orang buangan rezim Mary, berangkat bersama-sama dengannya ke Zürich.[79]
Di Zürich, Vermigli menggantikan Konradus Pellikan sebagai pengajar bahasa Ibrani. Jabatan ini ia sandang sampai akhir hayatnya.[80] Pada tahun 1559, ia mempersunting istri keduanya, Katerina Merenda asal Brescia, Italia.[81] Vermigli dapat membagi tugas-tugas mengajar bahasa Ibrani dengan rekannya sesama pakar bahasa Ibrani, Teodorus Bibliander, sehingga ia dapat meluangkan waktu untuk menelaah dan menyiapkan catatan-catatan bahan kuliah yang pernah disampaikannya agar dapat diterbitkan. Ia mulai memberikan kuliah kajian Kitab Samuel dan Kitab Raja-Raja.[82] Sesudah menetap di Zürich, Vermigli menolak berbagai tawaran jabatan yang menggiurkan di Jenewa, Heidelberg, dan Inggris.[81]
Pandangan-pandangan Vermigli tentang Ekaristi disambut baik di Zürich, tetapi doktrin predestinasi gandanya menimbulkan kontroversi. Sama seperti Yohanes Kalvin, Vermigli percaya bahwa sampai taraf tertentu Allah menghendaki terlaknatnya orang-orang yang tidak terpilih untuk diselamatkan. Vermigli berusaha menghindari konfrontasi terkait isu ini, tetapi Bibliander mulai menyerangnya secara terbuka pada tahun 1557, konon sampai-sampai menantang Vermigli untuk berduel dengan kapak ganda.[83][i] Bibliander menganut pandangan Erasmus yang mengatakan bahwa Allah hanya mempratakdirkan agar orang-orang yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan, bukan mempratakdirkan keselamatan semua orang.[85] Para teolog Kalvinis ketika itu menganut beragam keyakinan predestinasi, dan pendirian Bullinger sesungguhnya ambigu, tetapi mereka sepakat bahwa Allah berdaulat penuh dan tanpa syarat memilih orang yang hendak diselamatkan-Nya. Mereka percaya bahwa keselamatan tidak didasarkan atas sifat apapun yang dimiliki seseorang, termasuk iman mereka.[86] Bullinger dan jemaat Zürich tidak menerima pandangan predestinasi ganda Vermigli, tetapi pandangan Bibliander sendiri dinilai tidak dapat dibenarkan. Ia dipecat pada tahun 1560. Salah satu maksud pemecatannya adalah untuk menjaga kemurnian ajaran yang dianut jemaat-jemaat Kalvinis lainnya di Zürich.[87] Vermigli sekali lagi terlibat dalam kontroversi predestinasi ketika Zanchi, yang bertahan tinggal di Strasbourg pada waktu Vermigli pindah ke Zürich, didakwa menyebarluaskan ajaran sesat mengenai Ekaristi dan predestinasi oleh Johann Marbach dari kubu Lutheran. Vermigli dipilih untuk menulis keputusan resmi jemaat Zürich atas perkara tersebut dalam selembar surat pernyataan yang ditandatangani Bullinger dan para pemimpin jemaat Zürich lainnya pada bulan Desember 1561. Ketegasannya membenarkan doktrin predestinasi mencerminkan opini segenap jemaat Zürich.[88]
Bersama Teodorus Beza, Vermigli menghadiri kolokium yang diselenggarakan di kota Poissy pada musim panas 1561. Kolokium ini adalah konferensi yang digelar di Prancis dengan maksud merukunkan kembali umat Katolik dan umat Protestan. Ia berkesempatan bertatap muka dengan Katerina de'Medici, Ibu Suri Kerajaan Prancis, dan berbincang-bincang dengannya dalam bahasa Italia, bahasa negeri asal mereka.[81] Ia turut menyumbangkan pendapatnya dengan berpidato mengenai Ekaristi. Ia menegaskan bahwa kalimat "inilah tubuhku" yang diucapkan Yesus dalam Perjamuan Terakhir lebih bersifat kias ketimbang harfiah.[89]
Sejak terjangkit wabah demam pada tahun 1562, kesehatan Vermigli sudah tidak lagi prima. Vermigli tutup usia pada tanggal 12 November 1562 di rumahnya di Zürich, disaksikan tabib Konradus Gesner. Jenazahnya dikebumikan di dalam Gereja Katedral Grossmünster. Penggantinya, Yosias Simler, menyampaikan pidato duka yang kemudian hari diterbitkan dan menjadi sumber rujukan penting bagi penulisan buku-buku biografi Vermigli. Perkawinan Vermigli dengan Katerina Merenda dikaruniai dua orang anak yang wafat selagi bayi ketika ia masih hidup. Empat bulan sesudah Vermigli meninggal, Katerina melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Maria.[90][j]
Sumber ketenaran Vermigli adalah Loci Communes (Titik Tolak Umum), kumpulan diskusi mengenai berbagai topik yang tersebar di dalam sekian banyak ulasan Alkitab yang ia tulis.[91] Loci Communes dikumpulkan pendeta Huguenot, Robert Masson, dan diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1576, empat belas tahun sesudah Vermigli wafat.[92] Loci Communes disusun karena Vermigli agaknya pernah mengungkapkan keinginannya untuk menerbitkan buku semacam itu,[93] dan juga atas desakan Teodorus Beza.[94] Robert Masson menyusun Loci Communes mengikuti kerangka penulisan Institutio Christianae Religionis (Petunjuk Agama Kristen) yang ditulis Yohanes Kalvin.[93] Lima belas edisi Loci Communes yang diterbitkan dari tahun 1576 sampai 1656 telah meluaskan pengaruh Vermigli di kalangan umat Protestan Kalvinis.[95] Anthony Marten menerjemahkan Loci Communes ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1583. Hasil terjemahannya ia tambahi dengan beberapa petikan dari karya-karya tulis Vermigli yang lain.[96]
Semasa hidupnya, Vermigli menerbitkan ulasan-ulasannya atas Kitab 1 Korintus (terbit tahun 1551), Roma (terbit tahun 1558), dan Hakim-Hakim (terbit tahun 1561).[97] Ia dikritik rekan-rekan sejawatnya di Strasbourg karena menyimpan bahan-bahan kuliah kajian Alkitabnya selama bertahun-tahun alih-alih mengirimkannya untuk diterbitkan. Dengan menyebut bahan-bahan kuliahnya mengenai Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, dan nabi-nabi kecil sebagai "catatan-catatan yang ringkas dan dibuat secara terburu-buru", Vermigli berdalih sulit meluangkan waktu demi menyiapkan tulisan-tulisan tersebut untuk diterbitkan. Rekan-rekan sejawatnya menyunting dan menerbitkan beberapa karya tulisnya yang tersisa mengenai Alkitab sesudah ia wafat, yakni doa-doa berasas Kitab Mazmur (1564) serta ulasan Kitab Raja-Raja (1566), Kejadian (1569), dan Ratapan (1629).[98] Vermigli menganut pendirian humanis yang menitikberatkan pencarian makna asli ayat-ayat Kitab Suci, kebalikan dari pemaknaan kias sesuka hati yang acap kali terkesan mengada-ada terhadap ayat-ayat Kitab Suci di dalam tradisi eksegesis Abad Pertengahan.[99] Adakalanya ia mengadopsi pemaknaan kias untuk menafsirkan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai ayat-ayat yang berkaitan dengan Kristus secara tipologis,[100] tetapi ia tidak memakai metode quadriga ala tafsir Alkitab Abad Pertengahan, yang meyakini bahwa tiap-tiap ayat Alkitab mengandung empat tingkatan makna. Taraf penguasaan bahasa Ibrani maupun pengetahuannya akan kesusastraan Yahudi Rabani lebih tinggi daripada kebanyakan rekan sezamannya, termasuk Yohanes Kalvin, Martin Luther, dan Hulderikus Zwingli.[101]
Vermigli menerbitkan catatan mengenai disputasinya dengan para sarjana Katolik Oxford mengenai Ekaristi pada tahun 1549, bersama-sama dengan sebuah makalah yang memuat penjelasan lebih lanjut tentang pendiriannya.[102] Disputasi tersebut lebih banyak berkutat dengan doktrin transubstansiasi yang sangat ditentang Vermigli, tetapi makalahnya mampu mengedepankan teologi Ekaristi Vermigli sendiri.[103] Pandangan Vermigli mengenai Ekaristi, sebagaimana yang ia ungkapkan di dalam catatan disputasi maupun makalahnya, memengaruhi perubahan Buku Doa Umum tahun 1552.[104] Pandangan Vermigli kembali memengaruhi kontroversi Ekaristi di Inggris pada tahun 1559. Sanggahan terhadap Stefanus Gardinerus ia tulis untuk membalas Confutatio Cavillationum tahun 1552 dan 1554 yang ditulis Stephen Gardiner sebagai sanggahan terhadap karya tulis mendiang Thomas Cranmer. Dengan 821 halaman folio, Sanggahan terhadap Stefanus Gardinerus menjadi karya tulis terpanjang mengenai Ekaristi yang diterbitkan pada zaman Reformasi Protestan.[105]
Mulanya Vermigli menghasilkan tulisan polemik Ekaristi untuk menyanggah kubu Katolik, tetapi sejak tahun 1557 ia mulai menceburkan diri ke dalam debat dengan kubu Lutheran. Banyak sarjana Lutheran ketika itu berpandangan bahwa tubuh dan darah Kristus hadir secara jasmani di dalam Ekaristi karena bersifat mahahadir. Yohanes Brenz menerbitkan sebuah karya tulis untuk mempertahankan pandangan semacam ini pada tahun 1561, sehingga rekan-rekan Vermigli mendesaknya untuk menulis sebuah sanggahan.[106] Vermigli akhirnya menulis Dialog tentang Dua Kodrat di dalam Kristus dalam bentuk dialog antara Orotetes (Penentu Batas) selaku pihak yang mempertahankan doktrin Kalvinis bahwa tubuh Kristus secara jasmani berada di surga, dan Pantakus (Di Mana-Mana) selaku corong Lutheran yang banyak kata-katanya merupakan petikan langsung dari karya tulis Brenz.[107] Brenz menerbitkan sanggahannya terhadap Dialog tentang Dua Kodrat di dalam Kristus pada tahun 1562. Vermigli pun menyiapkan sanggahan baliknya, tetapi sudah wafat sebelum merampungkannya.[108]
Vermigli lebih tepat disebut seorang pengajar kajian Kitab Suci ketimbang seorang ahli teologi sistematis, tetapi pengaruhnya yang tak kunjung lekang lebih sering dihubung-hubungkan dengan doktrin Ekaristinya. Kenyataan ini kiranya dapat dimaklumi, mengingat Vermigli sendiri berpandangan bahwa eksegesis Kitab Suci berkaitan erat dengan perenungan teologis.[109] Metode Vermigli dalam mengulas ayat-ayat Alkitab, yang mirip dengan metode Martinus Bucer, mencakup pembahasan panjang lebar topik-topik doktrinal berdalilkan ayat-ayat Kitab Suci.[110] Sama seperti tokoh-tokoh Protestan lainnya, ia yakin bahwa hanya Kitab Suci yang memiliki kewenangan tertinggi selaku penentu kebenaran.[111] Meskipun demikian, pengetahuannya akan karya-karya tulis para Bapa Gereja jauh lebih mendalam dibanding banyak rekan sezamannya, dan karya-karya tulis tersebut secara tetap ia jadikan rujukan.[112] Ia menghargai para Bapa Gereja karena dianggap sudah menemukan kedalaman makna ayat-ayat Kitab Suci yang boleh jadi belum ia temukan,[113] dan karena banyak dari lawan-lawan Katoliknya menjunjung tinggi argumen-argumen yang bersumber dari para Bapa Gereja.[114] Meskipun demikian, ia kerap menggunakan karya-karya tulis para Bapa Gereja untuk menyokong tafsir-tafsir hasil penalarannya sendiri dan tidak peduli jika tafsirnya tidak memiliki preseden di bidang studi patristika.[115]
Vermigli lebih dikenal karena tulisan-tulisan yang menyanggah doktrin transubstansiasi Katolik dan membela doktrin "kehadiran sakramental" Kalvinis.[116] Menurut Vermigli, transubstansiasi, yakni keyakinan bahwa substansi roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, tidak didasarkan atas dalil apa pun dari Kitab Suci. Bertolak dari Kristologi Kalsedon, Vermigli berpandangan bahwa lantaran kodrat ilahi Kristus tidak berubah saat menjadi manusia (kodrat ilahi ditambahkan kepada kodrat insani, alih-alih kodrat insani diilahikan), substansi roti dan anggur juga tetap seperti sediakala, bukannya berubah menjadi substansi tubuh dan darah Kristus.[117] Vermigli akhirnya memakai analogi kemanunggalan umat beriman dengan Kristus untuk melawan gagasan transubstansiasi. Karena kodrat insani umat beriman tidak berubah sekalipun sudah dimanunggalkan Allah dengan Kristus, unsur-unsur Ekaristi juga tidak perlu diubah menjadi tubuh Kristus.[118] Alih-alih substansi unsur-unsur Ekaristi berubah menjadi tubuh Kristus, Vermigli menggarisbawahi laku Sakramen Ekaristi sebagai suatu sarana yang melaluinya Kristus disajikan kepada para peserta Perjamuan Kudus.[119] Ia juga menolak keyakinan golongan Anabaptis bahwa Ekaristi hanya sekadar lambang atau kiasan, yakni pandangan yang disebut memorialisme atau tropisme.[120]
Vermigli tidak menganggap doktrin predestinasi sebagai inti pokok sistem teologinya, tetapi doktrin ini kelak erat dikaitkan dengannya karena berbagai kontroversi yang melibatkan dirinya.[121] Vermigli mengembangkan sendiri doktrin predestinasinya tanpa campur tangan Yohanes Kalvin, bahkan sebelum buku Institutio Christianae Religionis (Petunjuk Agama Kristen) yang berisi uraian tentang doktrin predestinasi Kalvin diterbitkan pada tahun 1559.[122] Vermigli berpandangan bahwa Allah berdaulat atas segala peristiwa. Ia percaya bahwa segala sesuatu, termasuk kejahatan, dipakai Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya.[123] Meskipun demikian, Vermigli tidak percaya bahwa manusia berbuat baik maupun berbuat jahat di luar kemauan sendiri.[124] Ia percaya bahwa Allah memilih beberapa orang untuk diselamatkan atas dasar kasih karunia semata-semata atau perkenanan yang bukan ganjaran amal kebajikan, tanpa memandang karakteristik baik maupun karakteristik jahat apa pun, yakni pandangan yang disebut sebagai "pemilihan tanpa syarat".[125] Vermigli juga percaya bahwa Allah melangkaui para reprobatus (yang tertolak), yakni orang-orang yang tidak terpilih untuk diselamatkan. Bagi Vermigli, keterlangkauan para reprobatus adalah bagian dari kehendak Allah, tetapi pada hakikatnya berbeda dari keputusan memilih para approbatus (yang terpilih) untuk diselamatkan. Karena semua manusia sudah berdosa, kehendak Allah untuk melangkau memperlakukan para reprobatus sebagai orang-orang yang "sudah dari sananya" berdosa dan patut dilaknat.[126] Pemahaman Vermigli bahwa reprobasi termasuk ketetapan Allah tetapi berbeda dari ketetapan memilih orang-orang untuk diselamatkan berbeda tipis dari pemahaman Kalvin. Menurut Kalvin, predestinasi untuk diselamatkan maupun direprobasi adalah dua sisi dari satu ketetapan tunggal. Doktrin Vermigli kelak terbukti lebih berpengaruh di lingkungan Kalvinis.[127]
Kajian-kajian Alkitab yang ditulis Vermigli kerap mengangkat masalah-masalah politik.[128] Vermigli menganut pandangan filsafat Aristoteles bahwasanya kekuasaan politik dilembagakan untuk memajukan kebajikan, dan bahwasanya hal ini mencakup agama sebagai kebajikan utama.[129] Vermigli membela Supremasi Raja, doktrin standar Protestan Inggris, bahwasanya raja, selama masih bertakwa, berhak memerintah Gereja di wilayah kekuasaannya, sementara Kristus adalah satu-satunya kepala Gereja universal.[130] Ia menafikan gagasan bahwa Sri Paus atau petinggi Gereja lainnya boleh menjalankan kewenangan selaku rohaniwan terhadap seorang penguasa sipil seperti raja, salah satu isu penting yang mengemuka pada zaman itu, mengingat konflik yang timbul antara Paus Klemens VII dan Raja Henry VIII pada awal Reformasi Inggris.[131] Meskipun Vermigli menempatkan magistrat sipil sebagai pihak yang bertanggung jawab menggencarkan penunaian kewajiban-kewajiban agama, ia menganut ajaran Agustinus di dalam buku Kota Allah yang membedakan ruang lingkup rohani (yang dibahasakan Vermigli dengan istilah "kiprah pikiran yang bersifat batiniah") dari "disiplin lahiriah" masyarakat. Kewenangan magistrat sipil hanya menyentuh perkara-perkara lahiriah, bukan devosi keagamaan yang bersifat rohaniah dan batiniah.[132] Pembenaran teologis Vermigli atas doktrin Supremasi Raja dipakai oleh tokoh-tokoh yang merancang Regulasi Agama Rezim Elizabeth tahun 1559, yakni pemberlakuan paksa tata ibadat Protestan berdasarkan Buku Doa Umum sebagai agama negara.[133]
Kiprah kepemimpinan Vermigli di Lucca menjadikan kota itu boleh dibilang kota paling Protestan di Italia. Inkuisisi membuat banyak warga Protestannya terpaksa mengungsi, sehingga memunculkan populasi pengungsi Protestan yang cukup menonjol di Jenewa. Sejumlah tokoh penting dalam gerakan Reformasi Protestan dapat ditelusuri kaitannya dengan kiprah Vermigli di Lucca, antara lain Girolamo Zanchi dan Bernardino Ochino.[134]
Para sarjana kian mengakui arti penting tokoh-tokoh selain Yohanes Kalvin dan Hulderikus Zwingli dalam tahap awal dari pembentukan tradisi Kalvinis. Richard Muller, salah seorang pakar seluk-beluk perkembangan tradisi Kalvinis, mengemukakan bahwa Vermigli, Wolfgangus Musculus, dan Henrikus Bullinger juga sama besar pengaruhnya, bahkan mungkin saja lebih berpengaruh daripada Kalvin dalam perkembangan teologi Kalvinis pada abad ke-16.[135] Vermigli adalah tokoh transisi dari zaman Reformasi Protestan ke zaman Ortodoksi Kalvinis. Pada zaman Ortodoksi Kalvinis inilah teologi yang pertama kali dicetuskan tokoh-tokoh Kalvinis dikodifikasi dan disistematisasi. Para teolog pun kian cenderung memakai metode-metode teologi skolastika dan tradisi filsafat Aristoteles.[136] Vermigli adalah teolog skolastika Kalvinis yang pertama, dan memengaruhi jalan pikiran teolog-teolog skolastika Kalvinis sesudahnya, yakni Teodorus Beza dan Girolamo Zanchi.[137]
Lewat kedekatannya dengan Thomas Cranmer, Vermigli turut memengaruhi gerakan Reformasi Inggris. Sebelum akrab dengan Vermigli, Cranmer menganut pandangan-pandangan Ekaristi Lutheran. Agaknya Vermiglilah yang meyakinkan Cranmer untuk mengadopsi pandangan Ekaristi Kalvinis. Perubahan ini menentukan arah pergerakan Reformasi Inggris, karena Cranmer adalah tokoh utama di balik revisi Buku Doa Umum dan penyusunan Empat Puluh Dua Pasal.[138] Vermigli turut berperan secara langsung dalam perubahan Buku Doa Umum tahun 1552.[139] Ia diduga kuat turut menyumbang pikiran dalam perumusan pasal predestinasi di dalam Empat Puluh Dua Pasal tahun 1553, bahkan mungkin saja ia sendiri yang menulisnya.[140] Di kota Oxford dan Cambridge semasa Ratu Elizabeth I berkuasa, boleh dibilang teologi Vermigli lebih berpengaruh daripada teologi Kalvin.[141] Yang paling istimewa adalah teologi politiknya, yang dijadikan pedoman dalam penyusunan Regulasi Agama Rezim Elizabeth I. Selain itu, karya-karya tulisnya terus-menerus dirujuk dalam kontroversi-kontroversi yang muncul pada zaman itu.[141]
Berbagai karya tulis Vermigli dicetak kira-kira 110 kali antara tahun 1550 sampai 1650.[142] Loci Communes, yang terbit perdana pada tahun 1562, menjadi buku ajar standar bidang studi teologi Kalvinis.[143] Karya-karya tulisnya cukup populer, khususnya di kalangan peminat bacaan teologi di Inggris pada abad ke-17. John Milton mungkin sekali menjadikan kajian Kitab Kejadian yang ditulis Vermigli sebagai rujukan saat menulis Paradise Lost.[144] Loci Communes edisi Inggris dibawa ke Koloni Teluk Massachusetts dan menjadi salah satu buku ajar utama di Kolese Harvard.[95] Jumlah karya tulis Vermigli yang ditemukan di antara kumpulan buku siswa-siswa Sekolah Agama Harvard jauh lebih banyak daripada jumlah karya tulis Kalvin. Selain itu, karya-karya tulis Vermigli sangat dihargai para teolog Puritan New England seperti John Cotton dan Cotton Mather.[144]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.