Yekaterina II (bahasa Rusia: Екатерина II, bahasa Inggris: Catherine II; 2 Mei [K.J.: 21 April] 172917 November [K.J.: 6 November] 1796), juga dikenal dengan Yekaterina yang Agung (bahasa Rusia: Екатерина Великая, Yekaterina Velikaya, bahasa Inggris: Catherine the Great) adalah seorang Maharani (kaisar wanita) Rusia yang berkuasa selama 34 tahun, yakni dari tahun 1762 sampai mangkatnya karena stroke pada tahun 1796. Sebelum duduk di takhta, dia adalah seorang permaisuri sebagai istri dari Kaisar Pyotr III.

Fakta Singkat Yekaterina yang Agung Екатерина Великая, Maharani dan Autokrat seluruh Rusia ...
Yekaterina yang Agung
Екатерина Великая
Velikaya (yang Agung)
Thumb
Maharani dan Autokrat seluruh Rusia
Berkuasa9 Juli 176217 November 1796
(34 tahun, 131 hari)
PendahuluPyotr III
PenerusPavel I
Permaisuri Kaisar Rusia
Periode5 Januari 1762 – 9 Juli 1762
KelahiranSophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg
(1729-05-02)2 Mei 1729
Stettin, Pomerania, Prusia
Kematian17 November 1796(1796-11-17) (umur 67)
Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg
Pemakaman
Katedral Pyotr dan Pavel, Sankt-Peterburg
PasanganPyotr III, Kaisar Rusia
Keturunan
Nama lengkap
Sophie Friederike Auguste
WangsaAskania (lahir)
AyahChristian August, Pangeran Anhalt-Zerbst
IbuJohanna-Elisabeth dari Holstein-Gottorp
AgamaOrtodoks Rusia,
sebelumnya Lutheran
Tanda tanganThumb
Tutup

Masa pemerintahan Yekaterina dikenal sebagai masa keemasan kekaisaran dan bangsawan Rusia. Dia membangun banyak kota dan melanjutkan untuk memodernisasi Rusia sejalan dengan Eropa Barat. Pada masa kekuasaannya pula, wilayah Rusia meluas berkali-kali lipat karena penaklukan dan diplomasi. Kekhanan Krimea berhasil ditaklukan menyusul dengan kemenangan Rusia dalam peperangan melawan Kekaisaran Utsmaniyah. Di barat, Yekaterina menjadikan Persemakmuran Polandia-Lituania sebagai negara satelit Rusia dan mengangkat kekasihnya, Stanisław August Poniatowski, sebagai raja di negara tersebut. Di timur, Rusia juga menduduki Alaska.

Masa kecil

Yekaterina lahir di Szczecin, Pommern, Kerajaan Prusia dengan nama Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst-Domburg. Ayahnya adalah Christian August, pangeran Jerman dari wangsa Askania yang memerintah Kepangeranan Anhalt-Dornburg dari tahun 1742 sampai 1747. Ibunya adalah Johanna Elisabeth dari wangsa Holstein-Gottorp. Keluarganya adalah bangsawan papa, dan semasa kecilnya Sophie harus bergantung pada relasi dan keluarga jauh sang ibu untuk pendidikan serta masa depannya.

Pernikahan

Pilihan untuk menjadikan Sophie sebagai istri dari Pyotr merupakan hasil dari hubungan diplomatik antara Jean Armand (petualang Prancis yang memiliki pengaruh besar pada politik luar negeri Rusia pada saat itu), Maharani Yelizaveta (bibi Pyotr dan penguasa Rusia), dan Raja Friedrich II (penguasa Prusia). Sophie dan Pyotr pertama kali bertemu saat berusia sepuluh tahun. Dalam catatannya, dia tidak menyukai Pyotr yang sudah kecanduan alkohol sejak masih muda. Pyotr juga masih memainkan dengan mainan tentara-tentaraan. Sophie kemudian menuliskan bahwa dia tinggal di satu kastil, sementara Pyotr tinggal di kastel yang lain.[1]

Rencana ini sempat gagal karena ibu Sophie, Johanna, turut campur dalam urusan ini. Dalam catatan sejarah, Johanna digambarkan sebagai wanita yang dingin dan suka bergunjing, juga haus akan ketenaran karena peluang putrinya untuk menjadi Permaisuri Rusia. Hal ini membuat Yelizaveta tidak senang dan kemudian melarang Johanna untuk masuk ke Rusia lantaran perannya sebagai mata-mata Friedrich II. Meski begitu, Yelizaveta sudah memiliki ketertarikan sendiri dengan Sophie yang datang ke Rusia tahun 1744 atas usahanya yang tidak hanya berusaha mengambil hati sang maharani, tetapi juga orang-orang Rusia. Sophie sendiri berusaha untuk belajar bahasa Rusia dengan penuh semangat.

Meski ayah Sophie yang seorang Kristen Lutheran taat menentang putrinya berpindah agama, Gereja Ortodok Rusia menerima Sophie sebagai anggota baru mereka pada 28 Juni 1744 dan memberinya nama baru, Yekaterina, dan nama patronimik buatan, Alekseyevna, yang bermakna putri Aleksey. Pertunangan mereka berdua diadakan di keesokan harinya. Pernikahan secara resmi dilangsungkan pada 21 Agustus 1745 di Sankt-Peterburg saat Yekaterina berusia 16 tahun. Ayahnya tidak hadir dalam pernikahannya.

Hubungan Pyotr dan Yekaterina tidak berjalan dengan harmonis. Pyotr memiliki kekasih bernama Elizaveta Vorontsova yang menurut kabar hendak dijadikan istri setelah Yekaterina akan diceraikan.[2] Yekaterina sendiri juga memiliki beberapa kekasih, yaitu Serge Saltykov,[3] Grigory Grigoryevich Orlov (1734–1783),[4][5] Aleksandr Vasilchikov,[6][7] Grigory Potemkin,[6][7][8][9] Stanisław August Poniatowski,[10][11] dan lainnya. Yekaterina juga berteman dekat dengan Putri Yekaterina Vorontsova, saudari Elizaveta Vorontsova, yang kemudian mengenalkan Yekaterina kepada para politikus dan pejabat yang menentang suaminya.

Naik takhta

Masa pemerintahan Pyotr III

Setelah mangkatnya Maharani Yelizaveta pada 5 Januari 1762 (kalender lama: 25 Januari 1761), Pyotr dinobatkan sebagai Kaisar Rusia dengan nama takhta Pyotr III dan Yekaterina menjadi Permaisuri Rusia. Mereka kemudian pindah ke Istana Musim Dingin yang baru di Sankt-Peterburg. Kaisar yang baru segera menarik pasukan Rusia dari Perang Tujuh Tahun dan menandatangani perjanjian damai dengan Prusia pada 5 Mei 1762, menjadikan Rusia yang awalnya menjadi musuh Prusia berubah menjadi sekutu. Langkah ini dipandang sebagai pengkhianatan kepada negara yang sudah mengorbankan banyak hal selama perang.

Dalam masa pemerintahannya, Pyotr juga melakukan berbagai pembaharuan, seperti kebebasan beragama, penghapusan lembaga polisi rahasia, dan pelarangan tuan tanah untuk membunuh hamba sahayanya. Pembaharuan yang dia lakukan dipandang sebagai bentuk pengucilan Gereja Ortodoks dan para bangsawan. Kepribadian dan kebijakannya yang sulit ditebak membuat pihak penentangnya meminta bantuan Yekaterina untuk melancarkan perlawanan. Yekaterina sendiri percaya bahwa Pyotr sendiri akan menceraikannya.

Pemberontakan

Pada Juli 1762, Pyotr berlibur bersama beberapa pejabat di Oranienbaum dan meninggalkan Yekaterina di Sankt-Peterburg. Pada malam 8 Juli,[12] Yekaterina mendapat kabar bahwa salah satu konspiratornya ditahan oleh Pyotr. Yekaterina segera meninggalkan istana menuju Resimen Izmaylovski dan meminta para prajurit untuk melindunginya dari suaminya. Yekaterina kemudian bergerak bersama resimen menuju Barak Semenovsky dan pendeta menunggu di sana, bersiap menahbiskan Yekaterina sebagai penguasa yang baru. Yekaterina menahan Pyotr dan memaksa suaminya untuk menandatangani surat kesediaan untuk turun takhta. 17 Juli 1762, delapan hari setelah kudeta, Pyotr ditemukan meninggal di Ropsha oleh Aleksei Orlov. Para sejarawan tidak menemukan keterlibatan langsung Yekaterina dalam masalah ini.[13]

Atas dukungan kekasihnya, Gregori Orlov, Yekaterina mengumpulkan pasukan untuk mendukungnya dan menyatakan dirinya sebagai Yekaterina II, penguasa Rusia yang baru, dan menetapkan putra sulungnya, Pavel, sebagai pewaris, meskipun Yekaterina sama sekali bukan merupakan keturunan dari penguasa Rusia sebelumnya dari wangsa Romanov. Yekaterina dinobatkan secara resmi sebagai maharani (kaisar wanita) pada pemahkotaannya di Katedral Dormisi, Moskwa.[14] Dia adalah maharani kedua yang naik takhta menggantikan suaminya. Maharani pertama yang melakukannya adalah Yekaterina I.

Masa pemerintahan

Thumb
Monogram istana
Thumb
Yekaterina yang Agung

Politik luar negeri

Pada masa kekuasaannya, Yekaterina memperluas tapal batas Rusia di selatan dan barat dengan menduduki Novorossiya (Rusia baru), Krimea, Kaukasus Utara, tepi kanan Ukraina, Belarusia, Lituania, dan Kurzeme. Dia menambahkan wilayah seluas 520.000 km persegi ke dalam wilayah Rusia.

Yekaterina menjadikan Rusia sebagai kekuatan dominan di Eropa tenggara setelah perang pertamanya dengan Kekaisaran Utsmaniyah pada tahun 1768-1764. Kemenangan ini membuat Rusia memiliki akses ke Laut Hitam. Rusia juga kemudian menjadi penjaga Kristen Ortodoks di Utsmaniyah. Rusia juga menduduki Kekhanan Krimea pada 1783 setelah negara itu melepaskan diri dari Utsmaniyah sembilan tahun sebelumnya.

Yekaterina juga melancarkan peperangan dengan Persia pada tahun 1796 saat mereka, di bawah kepemimpinan Mohammad Khan Qajar, kembali menduduki Georgia pada tahun 1795. Tujuan utama pemerintah Rusia adalah untuk menggulingkan syah (raja) yang sedang berkuasa dan menggantinya dengan saudara tirinya, Morteza Qoli Khan, yang memiliki pandangan politik pro-Rusia.[15][16]

Pada tahun 1746, Yekaterina menempatkan mantan kekasihnya, Stanislawa August Poniatowski, ke takhta Polandia. Tahun 1768, Yekaterina secara resmi dinobatkan sebagai pelindung dari Persemakmuran Polandia-Lituania yang mengakibatkan munculnya pemberontakan anti-Rusia. Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, Yekaterina membentuk Rzeczpospolita yang merupakan sistem pemerintahan yang sepenuhnya dikendalikan oleh Kekaisaran Rusia.

Ekonomi dan keuangan

Pembangunan ekonomi di Rusia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara di Eropa Barat. Yekaterina sangat menganjurkan migrasi petani Volga Jerman dari Jerman yang kebanyakan tinggal di Lembah Sungai Volga. Mereka membantu memodernisasi sektor yang benar-benar mendominasi ekonomi Rusia, Mereka memperkenalkan beberapa penemuan terkait produksi gandum dan penggilingan tepung, tembakau, perawatan domba, dan manufaktur skala mikro.[17][18]

Tahun 1768, bank diberi tugas untuk mengeluarkan uang kertas pemerintah untuk pertama kalinya. Bank tersebut buka di Sankt Peterburg dan Moskwa. Beberapa cabangnya kemudian didirikan di kota-kota lainnya.

Seni dan pendidikan

Yekaterina dikenal akan pelindung seni, literatur, dan pendidikan. Tahun 1764, dia mendirikan Institut Smolny yang merupakan tempat pendidikan untuk para putri bangsawan. Yekaterina percaya bahwa pendidikan dapat mengubah hati dan pikiran masyarakat Rusia dan dapat bangkit dari keterbelakangan. Ini berarti pengembangan individu, baik secara moral maupun ilmu, dapat memberi mereka pengetahuan dan keterampilan, dan mendorong rasa tanggung jawab kewarganegaraan.[19]

Keagamaan

Yekaterina melakukan beberapa pendekatan berbeda dengan Islam pada masa kekuasaannya. Umat Muslim ditekan untuk berpindah keyakinan menjadi Ortodoks, baik melalui bantuan keuangan[20] maupun pemberian pengampunan bagi narapidana.[21] Meski begitu, Komisi Legislatif tahun 1767 menawarkan beberapa kursi kepada umat Muslim dan menjanjikan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak beragama mereka. Masyarakat Ortodoks yang erasa terancam dengan perubahan ini membakar masjid-masjid sebagai bentuk penolakan.[21] Yekaterina lebih memilih mengasimilasi umat Muslim daripada menyingkirkan mereka. Setelah maklumat mengenai toleransi terhadap semua kepercayaan tahun 1773 dikeluarkan, umat Muslim diperkenankan membangun beberapa masjid dan melakukan ibadah haji yang sebelumnya dilarang.[22] Yekaterina juga menyetujui pemberian bantuan untuk pembangunan masjid-masjid dan kota-kota baru untuk kaum Muslim. Dengan ini, sang maharani berharap dapat untuk mendorong masyarakat nomad di kawasan selatan untuk menetap. Dengan demikian, pemerintah Rusia dapat mengendalikan lebih banyak orang, terlebih bagi mereka yang sebelumnya tidak jatuh dalam yurisdiksi hukum Rusia.[23]

Sedangkan bagi umat Yahudi, pemerintah menganggap mereka sebagai kesatuan yang terpisah, yang memiliki sistem birokrat dan hukum yang terpisah. Yekaterina membebankan umat Yahudi pajak dua kali lebih besar daripada umat Kristen Ortodoks dan pajak tersebut akan dihilangkan bila mereka berpindah keyakinan menjadi Ortodoks. Demi mengasimilasi Yahudi ke dalam ekonomi Rusia, Yekaterina memasukkan hak dan undang-undang mereka ke dalam Piagam Kota 1782.[24] Banyak kaum Ortodks Rusia yang tidak menyukai keterlibatan Yahudi, terutama karena masalah ekonomi, dan Yekaterina tetap menjaga agar umat Yahudi agar tetap jauh dari beberapa bidang ekonomi tertentu. Pada tahun 1785, Yekaterina menyatakan umat Yahudi sebagai warga asing yang diberi perlakuan layaknya warga asing lainnya.[25]

Pada masa kekuasaan Yekaterina, terjadi pengambilalihan lahan gereja. Anggaran biara dan keuskupan diatur oleh pemerintah.[26] Dia menutup 569 dari 954 biara dan hanya 161 yang mendapat tunjangan pemerintah. Saat umat agama lain mendapat kursi di legislatif, pemuka agama Ortodoks tidak mendapat hak serupa.[27] Pendidikan agama juga ditinjau ulang dengan ketat. Yekaterina juga meniadakan semua agama dan pendidikan rohani dari pendidikan umum.[28]

Kehidupan pribadi

Semasa hidupnya, Yekaterina memiliki 22 kekasih dan sering dari mereka diberikan kedudukan tinggi.[29] Dia mengambil kekasih yang berusia muda, meski saat Yekaterina sudah berusia senja. Perilaku seksualnya ini memicu berbagai rumor dan beberapa menyebut Yekaterina dengan "Messalina dari Newa."[30] Messalina sendiri adalah nama permaisuri Kaisar Romawi yang dikenal memiliki hubungan dengan beberapa lelaki.

Anak

  • Pavel (1754 - 1801). Beberapa saat menjelang mangkatnya, Yekaterina berencana untuk mengeluarkan Pavel dari daftar pewaris. Karakter Pavel memunculkan rasa ketidakpercayaan politik Yekaterina terhadap putranya tersebut dan dia semi-menahan Pavel di Gatchina dan Pavlovks, dan tidak mengizinkan Pavel untuk berbagi kekuasaan dengannya. Meski begitu, Pavel kemudian naik takhta sepeninggal ibunya dan dinobatkan sebagai Pavel I.
  • Anna Petrovna (1757 -1759), kemungkinan anak Yekaterina dengan Stanisław Poniatowski.
  • Aleksei Grigorievich Bobrinsky (1762 - 1813), ayahnya adalah Grigory Grigoryevich Orlov.
  • Yelizaveta Grigoryevna Temkina (1775 - 1854)

Rujukan

Pranala luar

Daftar pustaka

Wikiwand in your browser!

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.

Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.