Loading AI tools
salah satu film Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Habibie & Ainun 3 adalah film biografi percintaan Indonesia tahun 2019 yang disutradarai Hanung Bramantyo dan ditulis Ifan Ismail. Film ini adalah kelanjutan dari Rudy Habibie (2016), prekuel dari Habibie & Ainun, sekaligus film ketiga dari seri Habibie & Ainun. Apabila Rudy Habibie mengisahkan Habibie muda, maka Habibie & Ainun 3 mengisahkan Ainun muda. Maudy Ayunda tampil sebagai pemeran utama, Reza Rahadian kembali membintangi film ini, dan Jefri Nichol bergabung sebagai pemeran baru dalam seri ini. Film ini ditayangkan pada 19 Desember 2019 di Indonesia dan 26 Desember 2019 di Malaysia. Film ini mendapatkan sambutan yang positif baik dari kalangan penonton maupun pengkritik.
Habibie & Ainun 3 | |
---|---|
Sutradara | Hanung Bramantyo |
Produser | Manoj Punjabi |
Skenario | Ifan Ismail |
Pemeran | |
Penata musik | Tya Subiakto |
Sinematografer | Yudi Datau Galang Galih |
Penyunting | Wawan I. Wibowo |
Perusahaan produksi | |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 121 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Pendapatan kotor | Rp84 miliar (perkiraan) |
Film ini dibuka dengan kenangan produser Manoj Punjabi terhadap B. J. Habibie yang meninggal pada 11 September 2019.
Pada 22 Mei 2011, Habibie (Reza Rahadian) pergi ke kuburan Ainun untuk mengenang setahun kematian istrinya. Setelah berziarah, Habibie yang masih berduka sedang meratapi kematian istrinya, sementara keluarga Habibie menyiapkan makan malam. Habibie lewat Thareq menginginkan suasana bahagia ketika makan malam. Habibie atas keinginan cucu-cucunya menceritakan "Eyang Putri", panggilan Hasri Ainun Besari.
Habibie kemudian menceritakan perjalanan hidup istrinya. Semasa Habibie bersekolah di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago, Habibie pernah menyebut Ainun (Maudy Ayunda) berkulit hitam dan gelap. Pada suatu hari, Ainun bersama kawannya bertanding kasti yang ditonton Habibie dan kawannya. Dalam pertandingan itu, kaki Ainun terluka dan sepatunya sobek. Ainun kembali bertanding dan membalikkan keadaan, sehingga tim Ainun menang. Sementara tim Ainun merayakan kemenangan, Ainun justru mendapati Habibie tidak berada di sana. Ketika Ainun pulang, ia memeriksa kotak surat dan tidak kunjung mendapati surat dari Universitas Indonesia; Ainun berencana mendaftar di Fakultas Kedokteran. Ia tidak sengaja melihat suratnya berada di tangan abangnya selama beberapa hari, sehingga ketika ia langsung merampasnya saat itu juga, ia kaget karena dinyatakan diterima. Malam harinya, Ainun pergi ke pesta tarian dan berjumpa dengan Habibie. Habibie menyebut dirinya lulus di RWTH Aachen serta dibiayai ibunya, sembari menyebut beasiswa lebih pantas untuk orang yang lebih membutuhkan.
Dalam kilas balik pada 1944 di Sadeng, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, ketika keluarga Besari harus mengungsi karena pendudukan Jepang, beberapa penduduk bersembunyi di rumah keluarga Besari dari kejaran tentara Jepang. Ibu Ainun yang merupakan seorang bidan tiba di rumah menyelamatkan diri. Setelah merasa aman, ibu Ainun melanjutkan pekerjaannya dan Ainun menyatakan keinginannya untuk pergi bersama ibunya, yang disetujui walau awalnya ditolak. Mereka berdua pergi secara sembunyi-sembunyi ketika hujan deras dan petir menyambar. Namun, keberadaan mereka hampir diketahui tentara Jepang yang melintasi kawasan itu, yang akhirnya tentara Jepang teralihkan oleh sesuatu yang lain. Mereka berhasil mencapai rumah orang yang hamil dan proses persalinan berlangsung lancar. Beberapa tahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, keluarga Besari menempati rumah yang lebih besar dan layak.
Ketika menjadi mahasiswi baru di Universitas Indonesia, Ainun sempat mendapat perlakuan kekerasan ketika mengikuti ospek, serta mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari dua kakak kelas, yaitu Agus (Arya Saloka) dan kawannya, ketika pertama kali mengikuti perkuliahan. Namun, perkuliahan Ainun berlangsung dengan lancar dan Ainun berhasil menjadi sosok yang dikagumi banyak mahasiswa di fakultasnya dan lainnya, termasuk Ahmad dari Fakultas Hukum. Ketika Ahmad menjumpai Ainun yang sedang melakukan praktik di rumah sakit, Ahmad sempat menyebut Ainun menjadi sorotan banyak mahasiswa fakultas Ahmad, tetapi Ainun memilih mengabaikannya. Ainun risi, kemudian Ahmad berhadapan dengan kawannya Soelarto (Kevin Ardilova) dalam peraduan judo yang tidak disenangi Ainun, yang kemudian batal dilanjutkan karena dibubarkan kawannya, Arlis (Aghniny Haque)
Ketika Ainun sedang menjalani kuliah kerja praktik di perumahan kumuh, Ainun mendapati seorang ibu miskin yang kesusahan membeli obat untuk mengobati ketiga anaknya yang sakit-sakitan. Ketika ia berangkat ke rumah sakit untuk mendapatkan obat-obatan, ia dicegat dua orang bermasalah. Dua orang itu mencoba merogol Ainun sembari mengambil tas, tetapi Ahmad berhasil melumpuhkan keduanya. Polisi kemudian mengamankan mereka. Ainun terus melakukan pengabdian kepada masyarakat dan mendapatkan sambutan yang baik di sana.
Beberapa hari kemudian, dosen Belanda yang pernah mengusir Agus dan kawannya yang mengganggu Ainun diusir ke Belanda dengan alasan mahasiswa perlu diajarkan dosen bangsa lainnya. Pengumuman itu menuai kekecewaan dari kalangan mahasiswa. Ainun dan Ahmad memilih berlibur ke pantai. Karena hujan, Ainun dan Ahmad pulang ke rumahnya. Ainun terkejut dengan kehadiran Husodo yang ternyata adalah ayah Ahmad. Ainun berbicara sebentar, lalu pulang ke kos bersama Ahmad yang mengantar. Ahmad mengantar Ainun hingga ke pintu kamar, lalu mengajaknya ke luar rumah dan Ainun terkejut dengan 3 pemain biola. Ahmad langsung melamarnya, yang ditanggapi kawan kosnya yang keluar dari pengintipan mereka. Ahmad mengajak Ainun bermain di pasar malam. Semua orang terkejut dengan ledakan di kincir ria. Seorang anak terpelanting ke luar, sementara ayahnya terluka di kursi. Ainun langsung cepat memberikan pertolongan pertama dan kemudian membawa anak dan ayahnya ke rumah sakit. Dokter menyebut anak itu tidak bisa diselamatkan karena pneumotoraks dan ibunya menyebut Ainun sebagai pembunuh. Husodo menenangkan Ainun dengan menyebut manusia tidak kuasa menolak takdir Tuhan.
Keesokan harinya, Ainun pulang ke Bandung. Kedua temannya ketika mengunjungi kos Ainun, mendapati Ainun tidak ada di tempat karena pulang kampung. Ayahnya menenangkan Ainun. Ketika Ainun kembali dan ikut serta dalam pesta tarian, Ainun, Ahmad, dan Agus berbalas pantun. Ketika Agus mulai mengucapkan pantun yang merendahkan Ainun, Ahmad tidak terima dan mereka berkelahi, yang kemudian Agus berhasil dilumpuhkan Ahmad. Ahmad meminta maaf kepada Ainun, tetapi ia menyatakan akan meninggalkan Indonesia karena tidak kuasa dengan pengalaman buruk yang diterimanya dan Ainun. Ketika Ainun sedang pergi ke perpustakaan rumah sakit, Husodo menemuinya serta menyebut Ainun dan anaknya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada 1961, Husodo mengumumkan Ainun sebagai lulusan terbaik, sehingga Agus tidak terima dalam hati. Ainun membawakan pidato mengenai emansipasi wanita, yang kemudian mendapat tepuk tangan berdiri yang meriah, termasuk Agus yang mengisyaratkan kekalahannya. Suatu hari, Habibie yang sudah menyelesaikan pendidikannya mencium Ainun, menyiratkan Ainun kini berpacaran dengan Habibie.
Film ini ditutup dengan kutipan Habibie dan potongan salah satu episode Mata Najwa yang dibintangi Habibie sendiri.
Sebagaimana dalam Rudy Habibie, produser Manoj Punjabi juga terlibat sebagai cameo.
Pada 25 Juni 2016, Manoj Punjabi menyebut produksi film ini bermula pada 2017 dan akan ditayangkan pada tahun yang sama.[1] Pada 30 April 2017, B. J. Habibie menyebut film ini akan kembali disutradarai Hanung Bramantyo dan musik akan digarap Melly Goeslaw.[2] Produksi film ini tertunda hingga pada 4 April 2019, MD Pictures mengumumkan dengan resmi bermulanya produksi Habibie & Ainun 3 sekaligus pengumuman tanggal penayangan yaitu 19 Desember.[3]
Dalam proses produksi, proses periasan Reza dilakukan selama enam jam.[4] Penggunaan CGI juga digunakan untuk membuat rupa Reza terlihat lebih muda.[5]
Hanung menuturkan bahwa untuk memerankan Habibie muda, pemeranan Reza harus didukung dengan menggunakan postur tubuh orang lain agar terlihat lebih nyata. Efek ini murni mengandalkan tim yang beranggotakan orang Indonesia alih-alih luar negeri.[6]
Jalur suara resmi film ini adalah "Kamu & Kenangan" yang dibawakan Maudy sendiri.[7] Terdapat pula "Denganmu" yang dibawakan Adiva Ramadhani.[8] Ada pula Bidadari Surgaku oleh Yakop Ferdinand, Mawar Melayu oleh Borock N Roll, Denganmu Hanya Dirimu oleh Adrian Martadinata & Adiva Ramadhani, Hey Hey Hey Hey oleh Borock N Roll, Amarah Ahmad oleh Tya Subiakto, dan Meraih Prestasi oleh Tya Subiakto.
No. | Judul | Pencipta | Penyanyi | Durasi |
---|---|---|---|---|
1. | "Kamu & Kenangan" | Melly Goeslaw | Maudy Ayunda | 4:45 |
2. | "Denganmu" | Adrian Martadinata, Adiva Ramadhani | Adiva Ramadhani | 3:09 |
Habibie & Ainun 3 ditayangkan pada 19 Desember 2019, bersamaan dengan Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan. Karena penayangan semua film secara bersamaan, Reza Rahadian menjadi artis ketiga yang membintangi film yang ditayangkan pada hari yang sama setelah Lukman Sardi lewat film Sweet 20, Jailangkung, dan Surat Kecil untuk Tuhan pada tahun 2017 serta Tatjana Saphira lewat Hit & Run dan Ghost Writer. Pencapaian Reza disebut Wayan Diananto dari Liputan 6 melampaui Keanu Reeves yang baru membintangi film tahun yang dijadwalkan pada tahun 2021 berjudul John Wick: Chapter 4 dan The Matrix 4.[9][10] Namun, meskipun kembali terlibat dalam produksi film ini, Habibie sendiri wafat pada 11 September sebelum film ini ditayangkan.[11] Film ini juga ditayangkan pada 26 Desember 2019 di Malaysia.
Trailer pertama Habibie & Ainun ditayangkan sebelum penayangan Danur 3: Sunyaruri dan diluncurkan secara daring pada 26 September,[12] setelah ditunda dari jadwal semula yakni 11 September karena bertepatan dengan wafatnya Habibie.[13] Trailer ini sudah ditonton lebih dari 2,8 juta kali di YouTube hingga 1 November, menjadikan trailer ini menempati peringkat 41 video paling banyak ditonton di YouTube.[14] Trailer terakhir diluncurkan pada 11 November.[15] Sebelum wafat, Habibie sempat melihat kedua trailer ini.[16]
Teaser poster pertama diluncurkan pada 11 Agustus.[17] Teaser poster kedua yang direncanakan diluncurkan pada 11 September dibatalkan karena wafatnya Habibie,[18] sehingga baru diluncurkan bersamaan dengan trailer pada 26 September.[13] Poster resmi diluncurkan pada 31 Oktober dan poster berukuran 21x26 m dibentangkan di Gedung MD Place selama tiga minggu berturut-turut.[19]
Habibie & Ainun 3 memperoleh 218.253 penonton pada hari pembukaan,[20] sehingga menempati peringkat ketiga 10 besar film Indonesia terlaris pada hari pembukaan tepat di bawah Danur 3: Sunyaruri yang juga diproduksi MD Pictures.[21] Film ini ditonton 401.985 penonton pada hari kedua.[22] Hingga akhir pekan pembukaan, film ini meraih 715.338 penonton.[23] Pencapaian film ini pada minggu pembukaan menyebabkan film ini berhasil merebut peringkat pertama di tangga film Indonesia terlaris minggu 16-22 Desember, bersama Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan yang menempati peringkan kedua menjungkalkan Jeritan Malam ke peringkat ketiga.[24] Pada hari kelima, film ini menyusul menjadi film Indonesia ke-14 yang menyentuh sejuta penonton.[25] Film ini ditonton 1.423.758 penonton hingga hari kedelapan.[26] Hingga hari kesebelas, film ini ditonton 1.729.172 penonton. Pada hari keempat belas, film ini menyentuh 2 juta penonton, dengan angka pasti 2.015.079 penonton. Hingga hari kelima belas, film ini ditonton 2.077.414 penonton. Pencapaian film ini juga diandalkan MD Pictures untuk menaikkan kinerja keuangan di Bursa Efek Indonesia.[27] Hingga saat ini, film ini ditonton 2.242.782 orang dan menduduki peringkat 5 film Indonesia terlaris 2019.
Penilaian profesional | |
---|---|
Skor ulasan | |
Sumber | Nilai |
Montase Film | [28] |
Menulis untuk Liputan 6, Wayan Diananto menyebut Habibie & Ainun 3 adalah salah satu calon film terlaris yang diharapkan menjadi penutup manis akhir tahun, sembari menyebutkan film ini sangat mungkin menjadi nomine di sejumlah festival film tahun berikutnya dengan menilik aspek efek visual, artistik, dan pemeranan.[29] Indira Ardanareswari dari Tirto menyebut film ini sangat jauh dari kesan dramatisasi perjuangan yang menggebu-gebu untuk ukuran film biografi Indonesia, dibuktikan dengan ketiadaan obrolan tentang nasionalisme yang menggurui penonton.[30] Mengulas untuk Montase Film, Miftachul Arifin menyebut tempo lambat yang mendominasi film ini berhasil memaksimalkan kesempatan bagi penonton untuk mendalami ciri-ciri dari para tokohnya. Miftachul juga membandingkan film ini dengan film sebelumnya karya Hanung yang ditayangkan pada tahun yang sama Bumi Manusia lewat banyaknya eksplorasi yang dilakukan. Namun, ia menyoroti film ini tidak bisa memelihara ketersambungan dengan Habibie & Ainun dengan baik, sementara ketersambungan dengan Rudy Habibie justru sebaliknya.[28] Tasya Paramitha dan Wahyu Firmansyah dari Viva menilai gaya penceritaan film ini seperti sosok Habibie langsung yang sedang bercerita.[31]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.