Sodom dan Gomora
Kota-kota yang dihancurkan oleh Tuhan dalam Kitab Kejadian Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Kota-kota yang dihancurkan oleh Tuhan dalam Kitab Kejadian Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Sodom (bahasa Arab: سدوم Sadūm,bahasa Ibrani: סְדוֹם, Modern Sədom Tiberias Səḏôm, Bahasa Yunani: Σόδομα Sódoma) dan Amora (bahasa Arab: عمورة ʿAmūrah, bahasa Ibrani: עֲמוֹרָה, Modern ʿAmora Tiberias Ġəmôrāh Ămôrāh, bahasa Yunani: Γόμορρα Gómorra) atau Gomora (bahasa Ibrani: עֲמוֹרָה, Modern ʿAmora Tiberias Ġəmôrāh/ʿĂmôrāh), dan bahasa Inggris Gomorrah.</ref> adalah dua kota yang dikatakan telah dihancurkan oleh Tuhan karena perbuatan laknat penduduknya.[1] Kisah mengenainya memiliki tema yang mirip dengan air bah Nuh di mana azab ditimpakan akibat Tuhan marah akan dosa manusia.[2] Kedua kota ini disebutkan berulang kali di Kitab Nevi'im dan Perjanjian Baru sebagai simbol dari kelaknatan manusia dan pembalasannya. Al-Qur'an juga berisi bentuk versi ceritanya sendiri atas kedua kota tersebut. Legenda atas kehancuran dua kota ini kemungkinan berasal dari usaha orang-orang dulu untuk menjelaskan mengenai reruntuhan kota-kota kuno dari zaman perunggu (sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi) yang terdapat di daerah tersebut.[1]
Pertama kalinya Sodom dan Gomora dicatat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen sebagai bagian dari wilayah orang-orang Kanaan, keturunan Ham putra Nuh.[3]
Sodom adalah salah suatu kumpulan dari lima kota besar, Pentapolis: Sodom, Gomora, Adma, Zeboim, dan Bela yang juga disebut Zoar (Kejadian 19:22). Daerah Pentapolis secara kolektif juga disebut sebagai "kota-kota Lembah Yordan" (Kejadian 13:12) karena mereka semua terletak di tepi Sungai Yordan, di daerah yang merupakan batas selatan tanah Kanaan.[3] Lot, seorang keponakan dari Abraham (Nabi Ibrahim) memilih untuk tinggal di kota Sodom karena masih banyak lahan untuk merumput bagi ternak-ternaknya. (Kejadian 13:5–11)
Dalam Kejadian 14 dikisahkan bahwa Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi—sebab Lot itu diam di Sodom. Abraham, dalam upayanya menyelamatkan Lot, merebut kembali harta benda kota Sodom dan Gomora dari tangan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia. Ketika raja Sodom menawarkan untuk memberikan hadiah kepada Abraham, Abraham menolak menerimanya.
Dalam Kejadian 18, Allah memberitahu Abraham bahwa sudah ada rencana untuk membinasakan kota Sodom dan Gomora karena kejahatan yang banyak dilakukan di sana.
Lalu dua orang malaikat Tuhan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan (YHWH). Abraham menawar Tuhan untuk tidak membinasakan Kota Sodom, dan Tuhan sepakat untuk tidak membinasakan kota tersebut jika di dalam kota tersebut setidaknya terdapat 50 orang benar, kemudian 45, kemudian 40, kemudian 30, kemudian 20, atau juga 10 orang benar.(Kejadian 18:23–32)
Ternyata kota itu tidak memiliki 10 orang benar, sehingga akhirnya Allah membinasakan kota-kota itu.
Dalam kitab Kejadian 19, dikisahkan bahwa kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah, dan mengundang mereka untuk bermalam di rumahnya. Kedua malaikat itu menjawab: "Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang." Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan.[4]
Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."[5]
Lot menolak untuk memberikan para tamunya ke penduduk Sodom. Sebagai gantinya, Lot menawarkan mereka dua anak perempuannya yang masih gadis, untuk diperlakukan sesuka mereka akan tetapi mereka menolak dan lebih memilih laki-laki daripada perempuan. Mereka berkata: "Enyahlah!" Lagi kata mereka: "Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih daripada kedua orang itu!" Lalu mereka mendesak orang itu, yaitu Lot, dengan keras, dan mereka mendekat untuk mendobrak pintu. Tetapi kedua malaikat itu mengulurkan tangannya, menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu. Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.[6]
Lalu kedua malaikat itu berkata kepada Lot: "Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya." Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini." Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.[7]
Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." Lot takut kalau harus lari ke pegunungan, pastilah dia dan keluarganya akan tersusul oleh bencana itu, sehingga mati, maka ia memohon agar diizinkan lari ke sebuah kota kecil yang di dekat Sodom. Sahut malaikat itu kepadanya: "Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana." Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar.[8]
Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.[9] Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya.[10]
Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan. Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.[11]
Musa mengingatkan bangsanya dalam pengajaran penghabisannya, agar belajar dari kebejatan Sodom dan Gomora untuk menjauhi yang jahat dan agar mematuhi perintah Allah, dalam dua kutipan:
Sejumlah nabi-nabi Israel juga menggunakan kebinasaan Sodom dan Gomora untuk memperingatkan rakyatnya dan menubuatkan malapetaka bagi mereka yang memusuhi Allah. Nabi-nabi tersebut termasuk: Yesaya,[14] Yeremia,[15] Yehezkiel,[16] Amos,[17] dan Zefanya.[18]
Yesus Kristus beberapa menyebut nama kota Sodom dan Gomora serta merujuk kepada kisah kebinasaannya. Dengan demikian Yesus meyakini kebenaran catatan Kitab Kejadian atas peristiwa ini. Kebinasaan kota Sodom dan Gomora dipakai-Nya menjadi peringatan untuk bertobat, seperti tertulis dalam Injil Matius dan Injil Lukas sebagai berikut:
Rasul Paulus mengutip ayat dari Kitab Yesaya yang merujuk kepada kebinasaan kota Sodom dan Gomora dalam suratnya kepada jemaat di kota Roma:
Simon Petrus, seorang dari keduabelas Rasul pertama Yesus Kristus juga mengacu kepada kebinasaan kedua kota ini dengan api:
Rasul Yudas, saudara Yesus Yesus Kristus, menulis dalam suratnya mengenang kebejatan dan penghukuman atas kedua kota ini:
Rasul Yohanes, yang seperti Simon Petrus, merupakan salah satu yang terkemuka di antara kedua belas Rasul pertama Yesus Kristus, menerima wahyu mengenai masa depan yang merujuk kepada nama kota "Sodom" sebagai nama sandi suatu kota besar yang bejat:
Keponakan dari Nabi Ibrahim yang bernama Luth atau Lot (bahasa Arab: لوط) yaitu seorang rasul. Nabi Luth (atau Lot) telah diutus sebagai seorang nabi untuk memberi peringatan kepada umatnya yaitu, penduduk Sodom (bahasa Arab: سدوم Sadūm) dan Amora (bahasa Arab: عمورة ʿAmūrah) untuk memperbaiki tingkah laku mereka yang menyimpang. Kisah ini tertulis dalam surat Hud, yakni surat ke-11 dalam al-Quran; makna utama dari surat Hud ialah cerita-cerita tentang para nabi yang diutus untuk memberi peringatan dan petunjuk kepada umat mereka untuk menyembah hanya kepada Allah, lalu kemudian Allah menghukum mereka karena keingkarannya.
Al-Quran tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang perincian kisah mengenai kaum Nabi Luth. Namun makna kisahnya adalah Nabi Luth menawarkan anak perempuannya, tetapi mereka tidak berminat dan mengatakan bahwa Nabi Luth "tahu apa yang kami mau", yakni mereka lebih memilih laki-laki daripada perempuan. Digabungkan dengan keterangan Kitab Injil, Sodom dan Amora dalam Islam juga merujuk kepada homoseksual. Informasi lebih lanjut bisa dilihat pada surat Hud:[28][29]
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.
Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak,
dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit."[30]
dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas, dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji.[31] Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan[32] terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki."
Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal,[33] kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?".
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.[34]
Sebagian ahli tafsir Islam[siapa?] menganggap bahwa penawaran anak perempuan Nabi Luth kepada kaumnya selayaknya suatu penawaran wanita kepada lelaki pada umumnya, dan bukan hanya bermakna anak perempuannya saja, tetapi lebih luas dari itu.
Telah diteorikan bahwa jika cerita di kitab-kitab samawi mengenai kedua kota ini memang mempunyai dasar sejarah, maka kota-kota tersebut kemungkinan hancur dikarenakan suatu bencana alam. Salah satu gagasan yang muncul adalah bahwa Laut Mati luluh lantah diakibatkan gempa bumi di sekitar tahun 2100 sampai 1900 SM. Hal ini lalu kemungkinan menyebabkan hujan tar yang panas. Adalah mungkin bahwa kedua kota tersebut dihancurkan oleh gempa bumi yang dimaksud, khususnya kota-kota tersebut terletak di sepanjang patahan besar seperti Lembah Patahan di Yordan, akan tetapi, tidak ada satupun catatan kontemporer tentang aktivitas seismik yang mendukung teori ini.[35]
Hipotesis lain mengatakan bahwa kota-kota tersebut hancur diakibatkan ledakan meteor kosmik di sekitar tahun 1.650 SM. Artikel itu mengatakan bahwa terdapat bukti kalau adanya meteor yang mengenai situs tempat kedua kota tersebut berada, yang kekuatannya serupa dengan meteor yang menyebabkan ledakan di Tunguska di tahun 1908, yang mana saking besarnya meteor tersebut menyebabkannya berubah menjadi bola api yang setara dengan senjata nuklir berkekuatan bermega-mega ton, yang menurut sang pengarang artikel, hal ini dapat memberikan penjelasan untuk cerita di kitab-kitab samawi kalau Sodom dan Gomora diliputi oleh api dan belerang.
Terjemahan sebuah puisi berbahasa Akkadia oleh Archibald Sayce yang menggambarkan kota-kota yang dihancurkan oleh hujan api, ditulis dari pandangan seseorang yang selamat dari peristiwa tersebut, tetapi nama dari kedua kota tersebut tidak disebutkan.[36] Sayce kemudian menyebutkan bahwa cerita ini lebih mirip dengan malapetaka tuan rumah Sanherib.[37]
Seorang Historiografer Yunani Kuno, Strabo menyatakan bahwa penduduk yang menempati daerah dekan Moasada (bukan Masada) mengatakan bahwa "dulu ada 13 kota berpenghuni di daerah tersebut di mana Sodom adalah kota metropolisnya".[38] Strabo mengklaim bahwa situs dari kota Sodom adalah reruntuhan yang berada di dekat sebuah bukit kapur dan garam di ujung barat daya Laut Mati, dan Kharbet Usdum (Bahasa Ibrani: הר סדום, Har Sedom atau dalam Bahasa Arab: جبل السدوم, Jabal(u) 'ssudūm).[39]
31.18333°N 35.38333°ESeorang sejarawan Yahudi, Josephus mengklaim Laut Mati berada dalam daerah sekitar kota kuno Sodom. Dia merujuk danau itu dengan nama Yunani-nya, Asphalitites.[40]
Di tahun 1973, Walter E. Rast dan R. Thomas Schaub menemukan atau mengunjungi beberapa tempat yang kemungkinan dulunya adalah kota Sodom dan Gomora, salah satunya adalah Bab edh-Dhra, yang aslinya telah di-ekskavasi di tahun 1965 oleh arkeologis Paul Lapp, dan kemudian diselesaikan oleh Rast dan Schaub setelah kematian Lapp. Beberapa kota lain yang mereka anggap memungkinkan dan pernah mereka kunjungi adalah Numeira, al-Safi, Feifa (atau Fifa, Feifah), dan Khirbet al-Khanazir. Menurut Schaub, Numeira hancur ddi tahun 2.600 SM, yang mana pada periode waktu yang berbeda dengan Bab edh-Dhra (2350–2067 SM).[41]
Pada tahun 1993 Nancy Lapp, dari Pittsburgh Theological Seminary, melaporkan bahwa Feifa bukanlah situs tempat tinggal yang berasal dari Zaman Perunggu dan hanya merupakan kuburan pada Zaman Perunggu Awal dengan tembok-tembok yang identik dengan Zaman Besi. Dia melaporkan:
Dalam musim terakhir dari seri rangkaian ekskavasi dalam ekspedisi ke Dataran Laut Mati (1990-1991 M), situs berdinding Feifa telah di-investigasi dan pemakaman EB yang membantang ke timur juga telah di-ekskavasi. Survei terkini menunjukkan bahwa struktur yang tampak dari situs berdinding ini berasal dari zaman besi atau periode Romawi.[42]
Dinding-dinding di Khirbet al-Khanazir yang pada tahun 1973 diklaim oleh Rast dan Schaub sebagai rumah-rumah pada faktanya hanyalah sebuah ruang tempat penyimpanan kerangka-kerangka manusia yang menunjukkan situs tersebut adalah makam-makam corong dari periode awal perunggu IV dan bukanlah tempat tinggal.[43][44][45]
Univesitas Trinitas Barat Daya di Amerika telah mengklaim bahwa Tall el-Hammam sebagai kandidat yang kemungkinan dulunya adalah kota Sodom. Situs tersebut berlokasi di lembah sungai di Yordan selatan yang berada di sekitar 14 kilometer di bagian timur laut dari Laut Mati, dan menurut Collins kota tersebut cocok dengan kota Sodom yang dideskripsikan di Alkitab.[46][47] Profesor Eugene Merrill menulis bahwa akan membutuhkan restrukturisasi yang tidak dapat diterima atas periode awal dari kronologi alkitabiahnya bila Tall el-Hammam diklaim sebagai kota Sodom.[48][49][50]
Pada tahun 1976, Giovanni Pettinato mengklaim bahwa sebuah lempengan berhuruf paku yang ditemukan di Perpustakaan di Ebla berisi nama-nama kota yang sesuai dengan yang tertulis di Alkitab (Sodom, Gomorrah, Admah, Zeboim, and Bela). Nama si-da-mu [TM.76.G.524] dan ì-ma-ar [TM.75.G.1570 dan TM.75.G.2233] diklaim mewakili Sodom dan Gomora. Hal ini memperoleh beberapa penerimaan pada saat itu.[51] Akan tetapi, Alfonso Archi menyatakan bahwa, dilihat dari nama-nama kota di sekitarnya dalam daftarnya ditulisan huruf paku aslinya, si-da-mu terletak di Suriah utara dan tidak dekat Laut Mati, dan ì-ma-ar adalah bentuk varian dari ì-mar, yang kata ini dikenal mewakili kota Emar, sebuah kota kuno yang terletak di Ebla.[52] Sekarang, para sejarawan bersepakat bahwa "Ebla tidak ada hubungannya dengan ... Sodom dan Gomora."[53]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.