Kendang atau Gendang adalah alat bunyi-bunyian berupa kayu bulat panjang, di dalamnya ada rongga dan salah satu lubangnya atau kedua-duanya diberi kulit yang berasal dari Jawa Timur.[1] Alat musik ini termasuk salah satu bagian dalam gamelan dan karawitan Jawa.
Fakta Singkat Alat musik perkusi, Klasifikasi ...
Tutup
Kata Kendang (dari bahasa Jawa: ꦏꦼꦤ꧀ꦝꦁ, translit. Kêndhang[2])
Kendang adalah jenis alat musik membranofon yang terbuat dari kulit. Keberadaannya sendiri dipercaya sudah ada sejak zaman logam prasejarah di Indonesia, alias zaman perunggu. Kendang tertua yang ditemukan diyakini berasal dari masa neolitikum. Bentuknya sangat sederhana: sepotong batang kayu berongga yang ujungnya ditutup kulit ikan atau reptil. Alat tersebut dimainkan dengan ditepuk.
Kendang di Indonesia pada abad pertengahan awalnya baru dikenal di Pulau Jawa tepatnya Jawa Tengah, alat musik ini dikenal masyarakat Jawa Kuno sejak pertengahan abad ke-9 Masehi.[3] dengan berbagai nama, seperti: padahi, pataha (padaha), murawaatau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendhang. Sumber sastra tertua tentang gendang (padahi dan muraba) ditemukan dalam dua piagam Jawa Kuno masing-masing tahun 821 dan 850 M.[4][5] yang dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada Kakawin Nagarakretagama gubahan Empu Prapañca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan zaman Majapahit.
Pada masyarakat Bali, kendang sudah dikenal sejak zaman dulu, hal ini dibuktikan adanya prasasti Sukawana, berangka tahun 882 M, berbahasa Bali Kuno yang menyebutkan keberadaan dari instrumen kendang. Beberapa istilah karawitan yang ditulis pada lembar IIa baris kedua menyebutkan kata 'parsangkha', 'parpadaha', 'balian' dan 'pamukul' (Roedolff Goris, 1954; Santosa, 2017)[6][7]. Sedangkan pada masyarakat Sunda, kendang berkembang bersama dengan kesenian wayang golek. Pada waktu itu penggarap kesenian wayang golek dilaksanakan oleh para Walisanga.[8]
Penyebutan kendhang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain: kendhang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewi Saraswati, kendhang ini disebut "Damaru". Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendhang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai berikut:
- Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam-macam bentuk kendhang seperti bentuk: silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut (Haryono, 1985; 1986).
- Candi Prambanan di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan candi, kendhang ditempatkan dibawah perut dengan menggunakan semacam tali.
- Candi Tegowangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14), dijumpai relief seseorang membawa kendhang bentuk silindris dengan tali yang dikalungkan pada kedua bahu.
- Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14, relief kendhang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan menggunakan pemukul berujung bulat. (Kunst, Jaap (1968: 35-36) menyebut instrumen musik ini "dogdog", Ada hal yang menarik mengenai asal muasal kendhang ini, yaitu adanya kesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa Kuno dengan sumber tertulis di India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi kontak budaya antara keduanya, termasuk dalam bidang seni pertunjukan. Namun, dalam sejarah alat musik gendang, tidak dapat disimpulkan bahwa gendang Jawa mempunyai pengaruh dari India. karena jenis alat musik membranofon ini diperkirakan sudah ada sebelum adanya kontak budaya dengan India. Sebab, kendang yang bersifat membranofon diyakini telah ada sebelum terjadinya kontak dengan India. Misalnya, telah dikenal Moko dan Nekara sejak zaman perunggu sebagai genderang. Selanjutnya, terdapat jenis alat musik lain yang berkaitan dengan selaput kulit, seperti trebang dan bedug.[9][10] Dalam kitab yang lebih muda, Kidung Malat, terdapat istilah bedug. Instrumen ini pun disebut dengan istilah tipakan dalam Kakawin Hariwangsa, Ghatotkacasraya, dan Kidung Harsawijaya.[11]
Kendang yang besar disebut ageng, kendang yg ukurannya menengah disebut ciblon, sedangkan yang kecil disebut ketipung, pasangan ketipung bernama kendang kalih yang dimainkan pada tembang atau gending keling yang berkarakter halus seperti ketawang, gending ketuk kalih dan ladrang irama dadi. Berikut nama-nama kendang beserta asalnya:[12][13]
Jawa Timur
- Kendang sentul, gendang yang terbuat dari kayu mahoni dan tutupnya menggunakan kulit sapi.
- Kendang janger, digunakan untuk mengiringi kesenian Janger.
- Kendang jimbe, kendang yang digunakan pada musik reggea Jamaika.[15]
Jawa Tengah
- Kendang ageng, digunakan untuk mengiringi musik karawitan atau kesenian yang dipadukan dengan harmonis. Selain itu, kendang ageng juga dimainkan untuk mengisi musik dangdut.
- Kendang ciblon, digunakan untuk mengiringi musik klenengan dan iringan tari, karena memiliki karakteristik suara yang lebih tinggi dibanding kendang jenis lainnya.
- Kendang penuntung, digunakan secara khusus untuk gending bonangan dan bedayan, penggunaannya sering dipadukan dan saling berjainan dengan kendang ageng.
- Kendang kalih, digunakan untuk mengiringi berbagai macam kesenian utamanya yang karakternya halus. Seperti gendhing kethuk kalih, ketawang maupun ladang irama dadi. Kendang ini dimainkan sebagai opening lagu irama cepat seperti lancaran.
- Kendang sabet, digunakan untuk mengiringi gending-gending sabet (gerakan perang) dalam wayang.
Jawa Barat
- Kendang jaipongan, digunakan untuk mengiringi tarian jaipongan.
- Kendang kiliningan, digunakan untuk mengiringi tarian kiliningan.
- Kendang ketuk tilu, digunakan untuk mengiringi tarian ketuk tilu.
Kepulauan Riau
- Kendang panjang, alat musik tradisional dari Kepulauan Riau, digunakan bersama alat musik lain untuk mengiringi lagu daerah atau menyambut tamu dalam pesta pernikahan.
Sumatera Barat
- Kendang tambua, dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua pemukul tambua, semacam pemukul yang terbuat dari bahan kayu.
- Kendang tasa, berbentuk setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit.
NTB
- Kendang belek, alat musik tradisional Lombok, digunakan bersama alat musik lain untuk mengiringi prajurit perang, acara kesenian, adat, perlombaan budaya dan hiburan masyarakat.
Kalimantan
- Kendang beriak, alat musik tradisional suku Dayak, yang dipakai dalam pertunjukan bernama sama, dan dimainkan oleh dua orang laki-laki yang memakai pakaian adat Dayak. Juga digunakan untuk menyambut tamu agung atau saat panen raya.
Gorontalo
- Kendang marwas, kendang tepuk yang dimainkan bersama rebana dan gambus dalam pertunjukkan marawis.
Riau
- Kendang gedombak, alat musik yang terbuat dari kayu, kulit hewan, dan rotan, digunakan untuk mengiringi teater Mak Yong yang populer di Riau.
- Kendang silat, berbentuk kepala ganda, terbuat dari kayu, rotan, dan kulit binatang, digunakan untuk mengatur irama dalam mengiringi suatu lagu.
Melayu
- Kendang nobat, alat musik tradisional khas Melayu.
Bagian kendang terdiri dari:
- Urung (badan kendang yang terbuat dari kayu nangka atau jati),
- Tebokan (kulit sapi yang dibentangkan pada kedua sisi urung),
- Janget (tali dari rotan atau kulit untuk memancang kedua tebokan), dan
- Suh ( pengait antar janget yang berfungsi untuk mengencangkan/mengendurkan tebokan)
Kendang yang baik terbuat dari kayu nangka, kelapa atau cempedak. Kulit kerbau sering digunakan untuk bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah) sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada tinggi). Pada tali kulit yang berbentuk "Y" atau tali rotan, yang dapat dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasar. Semakin kencang tarikan kulitnya, maka semakin tinggi pula suara yang dihasilkannya.
Bahan
Jenis kendang jika dilihat dari bahan terbagi menjadi dua yaitu: kendang berbahan dasar kayu dan kendang berbahan dasar tembaga. Kendang berbahan dasar kayu lebih populer di masyarakat daripada kendang berbahan dasar tembaga. Banyak tersedianya bahan serta proses pengerjaan yang mudah, menjadi alasan para pengrajin untuk membuat kendang dari bahan dasar kayu, diantaranya kayu Nangka[16][17], Mahoni[18] dan Glugu.[19]
Bahan dasar kayu selama ini dianggap memiliki kualitas paling baik jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kualitas baik ini menyangkut karakter bunyi yang dihasilkan serta keawetan bahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Adapun kayu yang paling baik untuk membuat kendang adalah kayu nangka karena serat-seratnya lebih jelimet sehingga kendang tidak mudah pecah jika kena panas sinar matahari atau ketika dilaras dalam nada gamelan.
Jenis kendang yang kedua adalah kendang yang terbuat dari tembaga. Pembuatan dan penggunaan kendang berbahan dasar tembaga ini belum banyak dilakukan oleh para pengrajin kendang di Indonesia. Kendang tembaga hadir atas dasar kreativitas seniman karena kebutuhan rasa musikal sehingga kendang tembaga termasuk hasil modifikasi atau perkembangan pada masa sekarang. Modifikasi ini tujuannya untuk mencari alternatif lain dalam rangka menghasilkan warna bunyi dan teknik yang baru. Keberadaan kendang ini terdapat di segelintir para seniman saja seperti halnya yang berada di grup musik Patareman Bandung pimpinan Ubun Kubarsah. Kendang berbahan dasar tembaga ini dinamakan kendang taga dengan bentuk menyerupai kendang kulanter. Meskipun berbahan dasar tembaga, tetapi wangkis (bidangnya) tetap menggunakan bahan kulit hewan kerbau atau sapi.
Ukuran
Kendang berdasarkan ukuran yakni ketegori kendang berdasarkan besar kecilnya. Secara umum, kendang berdasarkan besar kecilnya terdiri dari dua yaitu kendang besar (Ageng; Jw, Indung; Sd) dan kendang anak atau kecil (ketipung; Jw, kulantér; kutiplak; Sd).
Fungsi
Fungsi kendang digunakan sebagai iringan tarian tradisional, adat, wayang, menyambut tamu, lomba budaya, hiburan masyarakat, prajurit perang, dan lain sebagainya.
Kendang kiliningan.
Kendang tambua.
(1) kêndhang : 1 two-headed gamelan drum held horizontally and beaten with the fingers. 2 480-sheet ream (of paper). [x]-an 1 drumbeat; drum playing. 2 to drum idly, for one's own amusement. [x]-an dhêngkul to sit around taking it easy. [x]-an kuping ear drum. ng/di-[x]-(i) to play a drum. pa-ng-[x] 1 gamelan drummer. 2 act or way of drumming. [x] batang-an a certain medium sized gamelan drum. Sumber: Javanese-English Dictionary, Horne, 1974, #1968. (2) kêndhang : KN. 1. een langwerpige trom, die bij de gamělan gebruikt wordt; de groote trom bij de Europeesche muziek (vrg. bêdhug. en kêtipung). BG. 90 als maat (met sa, er voor) voor de dikte v. e. slang. — ngêndhang, op de kêndhang, slaan. — ngêndhangi, met de kêndhang, accompagneeren; ook kadhělé in schoven binden SG. — kêndhangan. het ribbevlies, buikvlies; ook het tromvel; zich amuseeren met op de kêndhang, te slaan. ° cangkêm. met den mond de kêndhang, nadoen Wk.; ook het trommelvlies van het gehoor, vgl. silir, Dj. M. 1867, n°. 11, 3. kêndhanganing utêk, het hersenvlies, vgl. kanthong. — 2. met een telwoord er vóor: riem papier. Sumber: Javaansch-Nederlandsch Handwoordenboek, Gericke en Roorda, 1901, #918. (3) Etimologi Kendang
Kunst, Jaap (1968) Alat Musik Hindu-Jawa
Kunst, Jaap (1968) Alat Musik Hindu-Jawa
Kunst, Jaap (1968) Alat Musik Hindu-Jawa
Kunst, Jaap (1968) Alat Musik Hindu-Jawa
McPhee, Colin. 1960. Tabuh-Tabuhan: Toccata for Orchestra and 2 Pianos. New York: Assciated Music.
Gendang Punya Beragam Nama, Bisa Dilihat di Relief-relief Candi, di Antaranya Borobudur & Prambanan
10 Alat Musik Kendang: Asal-Usul, Jenis, dan Cara Memainkannya
Berpacu dalam Kendang Kempul
Geliat Kendang Jimbe Kota Blitar Menembus Pasar Ekspor
Kayu Nangka, Bahan Terbaik untuk Kendang Jawa
Menengok Pengrajin Gendang yang Kian Langka di Gianyar
Kendang Daerah Banyuwangi untuk Jaranan Buto dan Kesenian Janger