Remove ads
Instrumen dalam gamelan untuk mengatur irama Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Kendang atau Gendang adalah alat bunyi-bunyian berupa kayu bulat panjang, di dalamnya ada rongga dan salah satu lubangnya atau kedua-duanya diberi kulit yang berasal dari Jawa Timur.[1] Alat musik ini termasuk salah satu bagian dalam gamelan dan karawitan Jawa.
Alat musik perkusi | |
---|---|
Klasifikasi | Membranofon |
Hornbostel–Sachs | 211.252.12 (Membranofon tabung tunggal, dua membran, berbadan kerucut) |
Pencipta | Indonesia |
Kata Kendang (dari bahasa Jawa: ꦏꦼꦤ꧀ꦝꦁ, translit. Kêndhang[2])
Kendang adalah jenis alat musik membranofon yang terbuat dari kulit. Keberadaannya sendiri dipercaya sudah ada sejak zaman logam prasejarah di Indonesia, alias zaman perunggu. Kendang tertua yang ditemukan diyakini berasal dari masa neolitikum. Bentuknya sangat sederhana: sepotong batang kayu berongga yang ujungnya ditutup kulit ikan atau reptil. Alat tersebut dimainkan dengan ditepuk.
Kendang di Indonesia pada abad pertengahan awalnya baru dikenal di Pulau Jawa tepatnya Jawa Tengah, alat musik ini dikenal masyarakat Jawa Kuno sejak pertengahan abad ke-9 Masehi.[3] dengan berbagai nama, seperti: padahi, pataha (padaha), murawaatau muraba, mrdangga, mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendhang. Sumber sastra tertua tentang gendang (padahi dan muraba) ditemukan dalam dua piagam Jawa Kuno masing-masing tahun 821 dan 850 M.[4][5] yang dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada Kakawin Nagarakretagama gubahan Empu Prapañca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan zaman Majapahit.
Pada masyarakat Bali, kendang sudah dikenal sejak zaman dulu, hal ini dibuktikan adanya prasasti Sukawana, berangka tahun 882 M, berbahasa Bali Kuno yang menyebutkan keberadaan dari instrumen kendang. Beberapa istilah karawitan yang ditulis pada lembar IIa baris kedua menyebutkan kata 'parsangkha', 'parpadaha', 'balian' dan 'pamukul' (Roedolff Goris, 1954; Santosa, 2017)[6][7]. Sedangkan pada masyarakat Sunda, kendang berkembang bersama dengan kesenian wayang golek. Pada waktu itu penggarap kesenian wayang golek dilaksanakan oleh para Walisanga.[8]
Penyebutan kendhang dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain: kendhang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang dipegang oleh dewi Saraswati, kendhang ini disebut "Damaru". Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendhang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai berikut:
Kendang yang besar disebut ageng, kendang yg ukurannya menengah disebut ciblon, sedangkan yang kecil disebut ketipung, pasangan ketipung bernama kendang kalih yang dimainkan pada tembang atau gending keling yang berkarakter halus seperti ketawang, gending ketuk kalih dan ladrang irama dadi. Berikut nama-nama kendang beserta asalnya:[12][13]
Bagian kendang terdiri dari:
Kendang yang baik terbuat dari kayu nangka, kelapa atau cempedak. Kulit kerbau sering digunakan untuk bam (permukaan bagian yang memancarkan ketukan bernada rendah) sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang (permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada tinggi). Pada tali kulit yang berbentuk "Y" atau tali rotan, yang dapat dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasar. Semakin kencang tarikan kulitnya, maka semakin tinggi pula suara yang dihasilkannya.
Jenis kendang jika dilihat dari bahan terbagi menjadi dua yaitu: kendang berbahan dasar kayu dan kendang berbahan dasar tembaga. Kendang berbahan dasar kayu lebih populer di masyarakat daripada kendang berbahan dasar tembaga. Banyak tersedianya bahan serta proses pengerjaan yang mudah, menjadi alasan para pengrajin untuk membuat kendang dari bahan dasar kayu, diantaranya kayu Nangka[16][17], Mahoni[18] dan Glugu.[19]
Bahan dasar kayu selama ini dianggap memiliki kualitas paling baik jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Kualitas baik ini menyangkut karakter bunyi yang dihasilkan serta keawetan bahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Adapun kayu yang paling baik untuk membuat kendang adalah kayu nangka karena serat-seratnya lebih jelimet sehingga kendang tidak mudah pecah jika kena panas sinar matahari atau ketika dilaras dalam nada gamelan.
Jenis kendang yang kedua adalah kendang yang terbuat dari tembaga. Pembuatan dan penggunaan kendang berbahan dasar tembaga ini belum banyak dilakukan oleh para pengrajin kendang di Indonesia. Kendang tembaga hadir atas dasar kreativitas seniman karena kebutuhan rasa musikal sehingga kendang tembaga termasuk hasil modifikasi atau perkembangan pada masa sekarang. Modifikasi ini tujuannya untuk mencari alternatif lain dalam rangka menghasilkan warna bunyi dan teknik yang baru. Keberadaan kendang ini terdapat di segelintir para seniman saja seperti halnya yang berada di grup musik Patareman Bandung pimpinan Ubun Kubarsah. Kendang berbahan dasar tembaga ini dinamakan kendang taga dengan bentuk menyerupai kendang kulanter. Meskipun berbahan dasar tembaga, tetapi wangkis (bidangnya) tetap menggunakan bahan kulit hewan kerbau atau sapi.
Kendang berdasarkan ukuran yakni ketegori kendang berdasarkan besar kecilnya. Secara umum, kendang berdasarkan besar kecilnya terdiri dari dua yaitu kendang besar (Ageng; Jw, Indung; Sd) dan kendang anak atau kecil (ketipung; Jw, kulantér; kutiplak; Sd).
Fungsi kendang digunakan sebagai iringan tarian tradisional, adat, wayang, menyambut tamu, lomba budaya, hiburan masyarakat, prajurit perang, dan lain sebagainya.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.