Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Favourite's Group (atau juga The Favourite's) adalah grup band Indonesia yang populer pada tahun 1970-an. Grup ini dalam formasi masa jayanya beranggotakan A. Riyanto sebagai motor utama sekaligus pemain keyboard, Mus Mulyadi sebagai vokalis, Is Haryanto sebagai pemain drum, Harry Santoso (Harry Toos) sebagai gitaris, dan Tommy W.S. sebagai pemain bass gitar. Oleh banyak pengamat musik nasional, Favourite's Group dikatakan sebagai wadah berkumpulnya penyanyi, pencipta lagu, dan musisi terhebat sepanjang masa. Mereka bersama-sama mencerminkan akar-akar dan cabang-cabang sebuah musik yang kini memasuki usia sekitar setengah abad. Pemunculannya di blantika musik pop pada waktu itu memang terbilang singkat, tetapi Favourite's Group mampu mengukuhkan keberadaannya sebagai grup musik yang menjadi favorit dan istimewa di hati masyarakat dan dibicarakan selama beberapa dekade kedepan. Mus Mulyadi kemudian keluar dan bersolo karier dan posisi vokalis sempat diiisi oleh Mamiek Slamet dan Rahmat S. Sebagian besar lagu-lagu yang dimainkan adalah ciptaan A. Riyanto dan Is Haryanto. Banyak lagu yang kemudian populer dan menjadi "lagu abadi", seperti Angin Malam (A. Riyanto) dan Mawar Berduri (A. Riyanto), Cari Kawan Lain (Is Haryanto), dll.
The Favourite's Group | |
---|---|
Asal | Jakarta, Indonesia |
Genre | Pop, Pop Religi, Melayu, Pop Jawa, Keroncong |
Label | Golden Hand/Indra Record, Mahkota Records, Remaco, Musica Studio, Sony Music, dll |
Anggota | A. Riyanto, Mus Mulyadi, Is Haryanto, Tommy W.S. |
Mantan anggota | Harry Toos, Nana Sumarna, Eddy Syam, M. Sani, Mamiek Slamet, Rahmat S., B. Hariadi |
A. Riyanto pimpinan dari “Band 4 Nada” (grup Empat Nada), band pengiring di perusahaan rekaman Remaco mempunyai gagasan membentuk sebuah group yang bukan sebagai Grup Band Pengiring. Ia menginginkan sebuah band yang mandiri. Era itu sedang booming group-group band seperti: Koes Plus, Panbers, No Koes, D'Lloyd, dll. Namun pimpinan label Remaco tempatnya bernaung Eugene Timoty, tidak menanggapi dengan serius. Hal itu membuat A. Riyanto mengambil keputusan sepihak untuk hijrah ke studio Golden Hand/Indra Record tempat di mana Mus Mulyadi telah terlebih dahulu bernaung. Mereka sepakat menjaga rahasia tanpa diketahui produser Remaco. Mereka menunjuk recording Musica (Metropolitan) Studio di Pejaten yang terbengkalai lama tidak terpakai, setelah selesai dikontrak Eka Sapta & Bali Record sebagai tempat merekam lagu-lagunya. Selama tiga hari berturut-turut, mereka berkutat di studio itu dibantu oleh Ferry Bule sebagai operator. Dari tangan dingin A. Riyanto sebagai leader sekaligus penggagas, telah menggubah sembilan buah lagu di antaranya: “Seuntai Bunga Tanda Cinta, Carilah Kawan Lain, Kr Selamat Jalan, Kisah terindah, & Setitik Embun”. Di dalam group ini ia bertindak sebagai pencipta dan pembuat aransemen pada hampir semua lagu, yang dinyanyikan oleh Mus Mulyadi sebagai vokalis.[1]
Akhirnya keras leras mereka mampu menyelesaikan rekaman akhir lagu “Mawar Berduri”. Respon pasar ternyata di luar dugaan, suatu capaian yang fenomenal dengan angka penjualan 3000 keping Piringan Hitam & Kaset. Lagu ‘Mawar Berduri’ adalah satu dari sekian lagu pop terbaik yang pernah ada, bahkan sampai hari ini tidak ada yang dapat mengalahkan kepopulerannya. Favourite’s Group mengusung berbagai jenis musik mulai dari Pop Mellow, Klasik, Keroncong, Melayu & Jenaka dan hasilnya terdengar begitu segar dan bertahta di hati pendengarnya. Patut pula mendapat acuan “Cap Jempol” pada vokalisnya ‘Mus Mulyadi’, dengan gaya bernyanyi yang sangat lugas, murni, indah, dan sederhana apa adanya. Mereka pun cukup variatif dalam mengemukakan tema lagu-lagunya, tema Cinta Remaja, Cinta Tanah Air, dan Cinta Musik dirangkumnya dalam berbagai jenis musik pop manis dan tetap terdengar berbeda.[2]
“Favourite’s Group” terbentuk secara spontan tahun 1972, dari “Gabungan Mus Mulyadi dengan '''Band 4 Nada'''”. Ide awal nama Favourite’s, diberikan oleh sang penggagas yang brilian A. Riyanto dengan harapan ‘selalu menjadi band penting di hati masyarakat’. Formasi Favourite's Group pertama diperkuat oleh lima personel, yakni Mus Mulyadi (vokal/Rhythm), A Riyanto alias Kelik (Keyboard/Vokal), '''Nana Sumarna''' (Bass), '''Eddy Syam''' (Gitar) dan '''M. Sani''' (Drum). Mereka sangat modern dalam bermusik, tapi juga sangat maju dengan sentuhan romantisme masa silam. Mereka berhasil menempatkan nilai-nilai musik di kepala mereka sehingga menjadi kekuatan bagi Favourite’s Group.
Mendengar dengan saksama pada album pertama Favourite's Group, ada cabikan bass ‘Nana Sumarna’ peraih The Best Bassist Recording dalam perayaan PUSPEN HANKAM ABRI - 1974, yang sungguh luar biasa pada lagu “Malam Minggu Mesra, Kr. Selamat Jalan, Terlalu & Kisah Terindah”. Begitu pula ‘A Riyanto’ membawakan “Seuntai Bunga Tanda Cinta & Setitik Embun” yang juga ditulisnya mengenai kisah-kasih dua sejoli. Dia juga memahami gaya remaja di masa itu, dan memang Kelik (A Riyanto)lah pakarnya, hampir tak ada yang dapat menandinginya dalam menulis lagu. Hal terpenting dari M. Sani adalah gebukan drumnya mampu memperindah sebuah lagu. Begitu pula cara bermain gitar Eddy Syam bermain instrumen dengan ritme yang unik seakan punya energi yang seimbang. Pengaruh mereka di Favourite's Group ada di mana-mana dan sangat bergantung satu sama lain, memberikan darah dan jiwa mereka untuk hal yang mereka lakukan agar bisa menyatu. Hal itulah membuat mereka menjadi band penting, di situlah letak kekuatan Favourite’s Group. Formasi Baru dibentuk ini melepaskan album perdananya tahun 1972. Favourite's Group dalam waktu singkat berhasil menghimpun massa penggemarnya hingga ke pelosok tanah air dan menghantarkannya menerima “Piringan Emas” dan menjadi “Band Favorit” pilihan PUSPEN HANKAM ABRI 1972-1973. Saat itu grup ini tidak berani memunculkan wajah mereka dalam cover album. Hal ini dikarenakan sebagian besar personelnya masih terikat kontrak dengan label lain.[3]
Kemunculan band tersebut pada akhirnya sampai juga terdengar ke telinga sang produser Remaco. Semua personal formasi pertama dikumpulkan olehnya (kecuali Mus Mulyadi). Diambil jalan keluarnya, Nana Sumarna, M. Sani, & Eddy Syam yang tidak mau ambil risiko dengan tuntutan sang produser akhirnya kembali bernaung di Remaco dan mengaktifkan “Band 4 Nada”. Dalam suatu kesempatan ketika berbincang dengan Nana Sumarna, dia menjelaskan bahwa almarhum mas ’Kelik tidak bermaksud menelantarkan mereka bertiga seperti yang Mass Media beritakan saat itu. mereka berpisah secara baik-baik dan pada akhirnya tetap bekerja sama di musik sampai akhir hayatnya.
A. Riyanto dan Mus Mulyadi tetap melanjutkan Favourite’s Group dengan merekrut beberapa musisi lain. Pada album kedua ini, A. Riyanto dan Mus Mulyadi meneruskan langkah dengan menggandeng Is Haryanto pada drum dan Harry Toos pada gitar. Sementara posisi bass dirangkap oleh Mus Mulyadi sekaligus vokalis. Sementara A. Riyanto tetap sebagai pemencet organ Farfisa.[3] Mereka pun langsung mengusung album keduanya, di antaranya “Mimpi Sedih, Aku Yang Kau Tinggalkan, Cintaku Suci, & Lagu Gembira”. Meski langkah keduanya ini kurang bisa menyamai angka penjualan debut album pertamanya, tetapi perlu diberi ‘score’ plus untuk “Musikalisasi Puisi” pada “Sajak Buat Gadis Yang Sedih” disuarakan Is Haryanto begitu ‘mengharu biru’ mengingatkan kita pada film Pengantin Remaja adegan di mana Julie membaca surat Romie hasil besutan Sutradara film Wim Umboh pada Tahun 1971. Berkat film ini pula pasangan Sophan Sophian & Widyawati menjadi sangat populer. Menurut Is Haryanto, saat diciptakan oleh almarhum’ Kelik (panggilan A. Riyanto), lagu tersebut diperuntukkan bagi konsumsi Radio. Dan sangat tepat karena seluruh radio nasional pada era itu menjadikan lagu ini sebagai standar penutup dan pengantar tidur para pendengarnya.
Memasuki album ketiga, Tommy WS masuk sebagai pemain bass yang terus memantabkan Favourite’s Group sebagai lima personel hingga album keempat. Formasi ketiga yang terdiri dari: A. Riyanto (kyboard), Is Haryanto (Drum), Harry Toos (Gitar), Tommy W.S. (Bass) dan Mus Mulyadi sebagai vocal utama. Dengan formasi berlima ini mereka merilis album baru. Favourite’s Group merilis berturut-turut album Teratai Putih & Oh Kasian (Album’Vol.3) & Aku Tak Berdosa (Album’Vol.4) dan telah memenuhi panggilan show ke daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia dan berkunjung beberapa negara Asia & Eropa. Pada Keempat album tersebut di atas, kita dapat mendengar pengaruh dari musik The Bee Gees & The Beatles yang digabungkan dengan elemen klasik sehingga merupakan komposisi yang sangat serasi. Setiap rincian lagu begitu menarik perhatian di awal-awal lagunya dan berakhir ada perasaan melankolis. Namun, sangat disayangkan album Aku Tak Berdosa merupakan album perpisahan mereka dengan sang vokalis Mus Mulyadi.
Kehilangan vokalis Menjelang pembuatan album ke-lima Cinta Monyet (tahun 1975), membuat personel Favourite’s Group mulai goyah dengan rayuan sang produser Remaco (Eugene Thimoty) untuk hengkang dari Indra Record yang sudah mulai bermarkas di Surabaya. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Mus Mulyadi, karena di saat yang sama masih terikat kontrak dengan Indra Record. Sang produser (dua bersaudara Ing & Ang) ini, berani melipat gandakan nilai kontrak yang ditawarkan Remaco menjadi tiga kali dari yang diterima teman-temannya di Favourite’s Group. Keesokan harinya Mus Mulyadi harus terbang ke Surabaya menyelesaikan kewajibannya dan meluncurkan solo album yang cukup sukses.
Favourite’s Group minus Mus Mulyadi tetap melaju, mereka mampu tampil istimewa. Mereka bertekad bekerja secara profesional. Sebuah tantangan secara total dalam melahirkan album-album yang mengejutkan. Selain itu juga tak kalah ‘bersuka citanya’ para personelnya. Mereka kini tidak hanya sebagai pencipta lagu saja, tapi sudah mendapat mandat dari sang juragan Favourite’s Group untuk ‘menyenandungkan’ sendiri suaranya. Tergambar pada pemunculan album kejutan berikutnya Layu Sebelum Berkembang (Album’Vol.6), Kejepit Pintu (Album’Vol.7) & Boneka India (Album’Vol.8) dan akhirnya sampai pada Album ke 11 mereka. Sebelumnya juga sempat merilis sebuah Album Lagu Natal yang dikemas dalam piringan hitam yang dibawakan oleh The Favourites group, salah satunya dengan judul Silent Night, dengan genre keroncong.[4]
Pada album terakhir inilah Favourite’s Group sudah menunjukkan sinyal-sinyal masa rehatnya setelah tiga tahun membius blantika musik Indonesia. Kevakumannya benar-benar dirasakan sebagai suatu kehilangan, karena keempat personel Favourite’s Group disibukkan dengan kepentingan masing-masing. Di antaranya: mengorbitkan sejumlah penyanyi baru & mengorbitkan Anak-anak mereka (Vien Is Haryanto & Ari A Riyanto) dan bersolo karier, atau menjadi Guest Star di Group 4 Nada (Band 4 Nada) dan membentuk band pengiring The Favourite’s, The Heart, The Meicy, Two face’s & Penata musik di Musica Studio. A. Riyanto, yang dalam band ini bertindak sebagai pimpinan, juga sukses berat mendampingi laju beberapa karier penyanyi solo. Tetty Kadi, Grace Simon, maupun Broery Pesolima merupakan contoh kesuksesan tangan dingin dia dalam memoles bibit-bibit penyanyi baru. Saat itu perusahaan rekaman Remaco sering mempercayakan lagu-lagu dia untuk dinyanyikan oleh penyanyi atau grup lain yang berada dalam naungan label yang sama.
Is Haryanto sempat mengajak Harry Toos membentuk grup duet yang fenomenal yaitu Two Faces. Selain itu Is Haryanto juga sukses memoles artis-artis baru di bawah naungan label Remaco. Bersama band pengiring yang dibentuknya yaitu De Meicy. Is Haryanto pun berhasil mengangkat nama-nama baru dalam jagad pop musik Indonesia melalui lagu-lagu karya ciptanya. Sepanjang Jalan Kenangan, Setulus Hatiku Semurni Cintamu, Sepanjang Lorong Gelap, dan Rek Ayo Rek merupakan contoh kemahiran dia dalam berolah lagu.
Hanya Tommy WS yang kurang terlalu menonjol eksistensinya di luar Favourite’s Group. Meskipun begitu, Tommy adalah sosok personel yang setia yang tidak pernah meninggalkan Favourite’s Group sejak dia bergabung pada album ketiga.[3]
Menghilangnya Favourite’s Group beberapa tahun sempat membuat pencinta musik merasa kehilangan dan risau. Pada tahun 1977 kelompok ini mencoba bangkit kembal dengan nama New Favourite's 77.[5] Kali ini mereka hadir dengan memunculkan wajah baru yang cukup meyakinkan '''Mamiek Slamet''' sebagai vokalisnya. Saat itu Mamiek sedang melejit sebagai seorang penyanyi pendatang baru yang mengawali debut dengan sebuah hits “Liku-Liku Hidup” ciptaan Is Haryanto. Is Harianto merekomendasikan pada rekan-rekannya di Favourite’s Group untuk menggandeng Mamiek mengisi kekosongan posisi vokalis.[6] Mamiek Slamet digamit secara resmi ke dalam Favourite's Group saat mengisi acara di Taman Ria Monas. Ia langsung mengisi formasi vokal menggantikan Mus Mulyadi yang telah memutuskan bersolo karier. Ketika melihat penampilan Mamiek Slamet, semua penikmat musik indonesia ‘bersorak’. Hal itu menandakan Favourite’s Group belum kehilangan kharismanya. Mereka langsung menciptakan musik romantis yang menjadi inspirasi Favourite’s Group, bercerita tentang ‘kejujuran, rasa bahagia, dan romansa cinta’ yang dirangkainya ke dalam musik yang diusungnya.
Mamiek Slamet yang semula adalah seorang penyanyi solo dapat dengan mudah berbaur dalam grup ini dengan mengandalkan suaranya yang eksotis. Ia langsung mengisi barisan lagu-lagu hits di album ini: “Romantika, Patung Emas Bermata Intan, Hutang Budi, Akhir Cintaku”. Mereka menghadirkan nuansa yang benar-benar baru seperti terdengar “bunyi” Koor di beberapa singelnya, contoh: “Kau” dinyanyikan oleh Is Haryanto yang biasanya digunakan pada era Vokal Grup tahun 60-an atau kelompok Vokal Grup Gospel di Gereja-gereja. Lagu yang berhasil mengangkat mereka kembali adalah Romantika.
Kemantaban vokal arek Sidoarjo ini melalui lagu yang menyentuh hati karya A. Riyanto yang berjudul “Patung Emas Bermata Intan” sebuah karya lagu yang cukup membuat penasaran pendengarnya. Lantunan vokal khas Mamiek Slamet inilah yang mampu membuat dirinya menjadi seorang penyanyi yang patut diperhitungkan dan patut disejajarkan dengan vokalis yang lebih senior terjun di dunia hiburan populer Indonesia. Mamiek juga menyediakan diri menyajikan Hutang Budi (A.Riyanto) dan Akhir Cintaku (Is Haryanto) yang membuat album ini makin terasa menawan. Kehebatan Harry Toos dalam meracik nada dan irama benar-benar patut diacungi jempol.
Pada era Remaco, semua personel Favourite’s Group mulai berani unjuk suara dan karya, sesuatu yang tak wajar kita jumpai saat mereka masih dalam naungan Golden Hand. Karena itu dalam album ini pun semua personel mendendangkan suara emasnya. Album yang bertajuk New Favourite’s Group 1977 ini benar-benar fresh sampai di telinga penggemarnya. Baru namun tidak terasa asing bagi yang menikmatinya. Is Haryanto yang bersuara berat mengajak untuk menikmati lagu yang bertajuk “Kau” yang dia nyanyikan secara koor. Lagu ini kelihatannya memang tidak bergaya Favourite’s Group namun memang bergaya Is Haryanto yang selalu mencoba bereksperimen dalam setiap karyanya.
Selanjutnya sang pemetik bass dan bersuara sayu yaitu Tommy WS mencoba memperkenalkan sosok seorang gadis bernama “Maria” yang disajikan secara melankolis. Sebuah lagu sederhana yang bila didengarkan kala sendiri di tengah malam disertai hujan rintik-rintik, membuat terhanyut pada situasi yang dibangun pria dari Solo ini. A.Riyanto (Mas Kelik) pada album ini juga menyumbangkan vokalnya yaitu pada tembang yang berjudul “Pesta Ajojing”. A. Riyanto mencoba mempopulerkan perilaku trend anak muda masa itu yang mulai gandrung dengan gerakan ajojing.
Harry Toos, karyanya mengawali dan menutup komposisi pada album yang berseri RMC-1075 ini. Sebagaimana biasanya, bila Harry Toos bernyanyi selalu terkesan unik, nakal, dan menggemaskan pada syair lagu yang dibuatnya. Pendengar msuik diajaknya tertawa melalui karyanya yang berjudul “Asal Makan”. Kala itu banyak slogan yang dibuat oleh anak-anak muda sebagai lelucon dalam percakapan. Slogan itu dibuat semaunya dan asal jadi. Harry Toos menangkap fenomena itu dan merekamnya pada sebuah lagu yang sangat menggelitik namun tetap dikemas secara dewasa, hal inilah yang membedakan karya Harry Toos dengan lagu yang berbau komedi yang populer masa itu.
Merekapun tak kalah indahnya melantunkan ’Lagu Jawa’ dengan cara modern tanpa mengesampingkan cita rasa etnis-nya, dijumpai pada album “Ireng Manis, Arekku Jalek Kawin, Cangkriman & Rumangsaku, dll”. Namun sangat disayangkan, Mamiek Slamet pun lebih berkonsentrasi dengan sejumlah album solonya. Sehingga keberadaannya di Favourite’s Group tidak bertahan lama. Ia pun kemudian memilih mundur dari band ini.
Tidak lama kemudian posisi vokal yang kosong diisi oleh Rahmat S. (Mat’s) salah seorang karyawan Bank. Konon, menurut rekan-rekan di Favourite’s Group keindahan suaranya adalah ‘reinkarnasi’ dari sosok Mus Mulyadi. Lagi-lagi kehadiran vokalis baru ini tidak dapat membagi waktu antara karier bernyanyi atau tetap menjadi karyawan Bank. Sebagai seorang artis, harus memenuhi panggilan untuk show ke daerah-daerah bersama Favourit’s Group. Hal inilah yang membuatnya mengundurkan diri dari Favourite’s Group dan lebih memilih menekuni menjadi seorang Bankir hingga sekarang.
Patut dicatat bahwa uniknya, para penyanyi pengganti tersebut memiliki kemiripan vokal dengan Mus Mulyadi. Sebuah usaha yang dengan wajar dilakukan untuk meraih kembali kesuksesan kala bersama Mus Mulyadi pada album-album awal mereka.[3]
Pada tahun 1978 group band yang beranggotakan penyanyi, musisi, dan pencipta yang sudah populer pada masa itu ‘rujuk’ lagi. Formasi mereka tidak berubah tetap seperti beberapa tahun lalu bedanya hanya mereka andil jadi vokalis “Mus Mulyadi (Rhythm/Vokal), Is Haryanto (Drum /Vokal), A. Riyanto (Keyboard/Vokal), Harry Toos (Gitar/Vokal) dan Tommy WS (Bass/Vokal)”. Tahun 1978, mereka mencoba memukau lewat kecantikan aransemennya dengan materi lagu yang berlirik puitis–romantis yang mereka suguhkan, antara lain: “Satu Kisah Lagi, Saat Yang Terindah, Melody Patah Hati, Kamar Bisu, & Engkau Yang Terakhir”. Lewat album ‘reuni’ mereka ini setelah berpisah sejak tahun 1975, sebagai pengobat rindu ‘menyapa’ para pencinta dan pengamat musik Indonesia.
Kemudian mereka kembali hadir tahun 1982, dengan nomor-nomor lainnya, “Nusantara Jaya, Terima Kasih Musik, Bunga Yang Terindah, Hai Pemuda, dan Selamat Jalan” dengan perusahaan rekaman Mahkota Records. Melalui kehadiran album ini, Favourite’s Group mencoba menawarkan ragam tema musik yang selama ini belum terjamah oleh pemusik negeri ini. Mereka juga menunjukkan bahwa Favourite’s Group masih “solid” dengan kumpul bareng di setiap kesempatan latihan maupun tampil lengkap di pertunjukan show di dalam maupun luar daerah Jakarta.
Sampai awal tahun 1989, Favourite's Group secara resmi masih berdiri, tetapi dengan anggota berbeda. Pada penampilannya tahun 1988, anggotanya terdiri dari A. Riyanto pada keyboard, Is Haryanto pada gitar, Tommy W.S. pada bass gitar, Y. Rizal pada drum, Mus Mulyadi sebagai vokalis, plus Bartje van Houten yang juga penggawa group D'Lloyd pada melodi gitar. Harry Toos memutuskan mengundurkan diri dari dunia musik dan memilih beristirahat bersama keluarganya. Posisis gitar diambil alih Is Haryanto, posisi drum diisi oleh additional player Y. Rizal dan Bartje menjadi additional player untuk posisi lead guitar.[5]
Namun kebersamaan ini seolah menyiratkan akan duka yang dalam atas kepergian sang penggagas Favourite’s Group untuk selamanya. Penampilan Favourite’s Group di kota Surabaya pada 9 Oktober 1993 di Plaza Tirta Swimming Pool (kini di tempati Monkasel), tampaknya merupakan penampilan terakhir grup ini bersama A. Riyanto menyambangi penggemarnya di Kota Pahlawan.
Pada 17 Juni 1995 A Riyanto sang “Legenda” menghembuskan napas terakhirnya, dengan penyakit komplikasi Ginjal & Kencing Manis yag sudah lama diidapnya. Kepergiannya membuat insan musik & bangsa Indonesia berduka, sahabat-sahabatnya di Favourite's Group merasa kehilangan gairah dan menjadi mati suri. Akhirnya, seperti yang dicita- citakannyIs Haryanto yang masih memiliki hubungan saudara dengan almarhum lebih berjiwa besar untuk melanjutkan cita-cita A. Riyanto untuk tetap membawa Favourite's Group menjadi bagian dari sejarah musik pop di Indonesia, pada saat memberi nama Favourite’s untuk bandnya. Hal itu disetujui oleh rekan-rekannya, mereka bersedia melanjutan eksistensi band ini. Is Haryanto juga pernah mengungkapkan bahwa almarhum Kelik diibaratkan seorang pendekar yang memberontak menyuarakan yang tidak pernah terungkap dalam memerangi pelanggaran hak cipta & Pembajakan.
Tahun 2008 ditandai dengan era kebangkitan Kembali beberapa group band era '60 dan 70-an yang masih bertahan ataupun memutuskan ‘comeback’, antara lain Panbers, Noor Bersaudara, The Singers, Ayodhia, & The Steps, dan tak ketinggalan Favourite’s Group. Semuanya kembali meramaikan dunia rekaman dan panggung musik nasional dengan segala upayanya. Meskipun tertatih, Favourite’s Group terus melangkah di beberapa panggung hiburan. Bersama tiga personel yang tersisa yaitu Is Haryanto, Mus Mulyadi, dan Tommy WS mereka mencoba hadir memenuhi kerinduan penggemar terhadap lagu-lagu hits grup ini. Dibantu oleh beberapa additional player seperti Yul Cristal, Pius, Denny Sammy dan Raharjo mereka kerap tampil di beberapa acara televisi yang menghadirkan lagu-lagu nostalgia. Menurut Mus Mulyadi, mereka merancang sebuah kejutan terkait dengan momen pemunculan baru namun tetap memiliki pesona tersendiri dan berharap makin dikenal tentunya. Mereka akan selalu tidak kehabisan akal untuk melanjutkan amanah almarhum Kelik.
Salah satu amanah dari Alm. A. Riyanto adalah penunjukan B. Hariadi alias “Harry Lelur” adik kandung Alm. A. Ariyanto sebagai pemain keyboardnya. Ia resmi bergabung ke dalam kelompok Favorite's Group yang diawaki Mus Mulyadi, Is Haryanto, Tommy W.S., dan Harry Toos. Namun ia pun juga tidak bertahan lama dalam band ini, karena kemudian terserang penyakit stroke. Pada hari Minggu 30 November 2008 ia pun berpulang untuk selamanya setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit St. Caroulous Jakarta.[7] Sebelum bergabung ke Favorite's Group, B. Hariadi telah banyak menuliskan komposisi musik pop yang dinyanyikan oleh Andi Meriem Mattalatta, Harvey Malaiholo, Rafika Duri, Hutauruk Sisters, Hetty Koes Endang, dan banyak lagi. Pada paruh era 70-an B. Hariadi sempat tergabung dalam kelompok "Fantastique" bersama Albert Sumlang, Deddy Dorres, J. Sarwono, Yanto Sudjono, Benny Soebardja.[8]
Sepeninggal B. Hariadi, posisinya formasi Keyboardist Favorite's Group yang kembali kosong kemudian digantikan oleh additional player “Denny Sami”. Tak lama berselang, Tommy W.S. pun mengalami sakit stroke berat, hingga ia tak bisa mengikuti aktivitas bermusik bersama favourite Group. Kehilangan Tommy tak membuat Favourite's Group terhenti. Mereka lalu mengajak “Nana Sumarna” sebagai additional player untuk kembali mengisi posisi Bassist Favourite’s Group yang pernah ditinggalkannya sekitar 4 dekade yang lalu.
Alphonsius Is Haryanto wafat pada hari Selasa 26 Mei 2009 sekitar pukul 23.00 WIB di Jakarta. Pria kelahiran 22 Agustus 1940 ini meninggal di kediaman pribadi di kawasan Cipete, Jakarta Selatan setelah tak kuat melawan penyakit yang diderita, yakni Kanker Rectum. Mendiang mengidap kanker rectum sejak setahun sebelumnya. Sebelum meninggal, Is Harianto sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Pertamina (RSPP). Namun pada hari Senin 25 Mei 2009, pencipta lagu Rek Ayo Rek dan Sepanjang Jalan Kenangan itu akhirnya dibawa pulang, hingga akhirnya wafat keesokan harinya di rumahnya.[9]
Tak lama berselang, Tommy WS yang telah cukup lama mengalami sakit stroke hingga akhirnya meninggal di Jakarta, pada hari Minggu 21 April 2013.
Pada tahun 2005, mereka sempat mengeluarkan dua album yang ternyata saat ini bisa dikatakan merupakan album terakhir mereka dalam berkarya di blantika musik Indonesia. Album tersebut adalah Pop Indonesia berjudul “Katakanlah Ya Ya Ya” yang kemasan cover kasetnya menyerupai album yang dirilis oleh Coklat band. Hal ini mungkin saja terjadi karena kedua album tersebut direkam di bawah label Sony Music. Album kedua yaitu sebuah album berbahasa Jawa yang diberi judul “Favourite’s Group Pop Jawa Campursari”. Kedua album tersebut masuk kategori album terakhir Favourite’s Group, karena setelah itu hingga kini tak pernah dijumpai lagi mereka merilis album. Apalagi pada tahun 2009, goncangan melanda Favourite’s Group setelah ditinggal oleh Is Haryanto menghadap Yang Maha Kuasa. Setahun setelah itu, Mus Mulyadi mengalami kebutaan yang diakibatkan oleh parahnya penyakit gula yang dideritanya. Bahkan belakangan diketahui pula Tommy WS dilanda stroke berkepanjangan sehingga tidak mampu menyandang bass gitar lagi hingga wafat pada tahun 2013.
Dalam beberapa kesempatan, Favourite’s Group masih tampil di beberapa event. Dibantu oleh Mamiek Slamet dan Nana Sumarna (eks bassis Empat Nada), Mus Mulyadi masih sempat eksis mengibarkan bendera grup yang didirikannya bersama A. Riyanto ini. Adapun Harry Toos sudah lebih dulu menghindari hingar bingar gemerlapnya industri musik Indonesia, dengan memilih fokus membina keutuhan keluarga. Penampilan besar mereka sempat dilihat publik sekitar tahun 2010 dalam acara “Zona Memori” Metro TV dan konser The Legend di Istora Senayan Jakarta pada tahun 2011. Saat itu Mus Mulyadi tampil dalam kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, tak bisa melihat sekelilingnya yang hadir. Namun begitu tak sedikit pun dia kehilangan semangat sebagai seorang penghibur.[3] Inti kekuatan Favourite’s Group sebagai grup vokal adalah, tetap mengusung romansa pop yang berseni dan romantis, Diharapkan mereka bisa menjadi salah satu grup vokal terbaik selamanya dan musik mereka bertahan sepanjang masa.[2]
Pada akhir tahun 1970-an saat booming lagu-lagu favourite's Group, atas ide Is Harianto, beberapa anak personel Favourite's Group sempat membuat sebuah kelompok penyanyi anak-anak wanita bernama Favourite's Junior. Anggotanya adalah: Vien Is Haryanto, Lia A. Riyanto, Irene Mus Mulyadi, dan Tia Tommy WS. Mereka sempat merilis sebuah album keroyokan berjudul Cari Kawan Lain cipt. Is Harianto. Namun selepas peluncuran album tersebut, kelompok yang digadang sebagai pelanjut Favourite's Group ini tak berlanjut.[10]
(belum lengkap, silakan lengkapi)
Kompilasi
EP
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.