Loading AI tools
tokoh dalam Al-Qur'an Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Dzulqarnain[lower-alpha 1] (bahasa Arab: ذُو ٱلْقَرْنَيْن, , IPA: [ðuː‿l.qar.najn]) adalah seorang tokoh dalam Al-Qur'an. Dia juga disebutkan dalam berbagai hikayat dan legenda rakyat. Kisah Dzulqarnain biasanya berpusat pada masalah pembangunan dinding yang menghalangi jalan masuk Ya'juj dan Ma'juj dan pengembaraannya ke berbagai belahan dunia.
Beberapa penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri Dzulqarnain dengan beberapa tokoh sejarah. Pendapat paling masyhur menyebutkan bahwa Dzulqarnain adalah Aleksander Agung, sedangkan beberapa ulama Muslim modern mengidentifikasikannya dengan Koresy Agung ataupun Sargon Agung, seorang Raja Akkadia Kuno yang menguasai Mesopotamia Kuno meliputi Sungai Eufrat dan Sungai Tigris yang sezaman dengan Nabi Ibrahim.[1] Pada umumnya telah disepakati kedudukan Dzulqarnain sebagai raja dan sifatnya yang saleh, tetapi masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status kenabiannya.
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, 'Akan kubacakan kepadamu kisahnya.' Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu."
— Al-Kahfi (18): 83-84
Dzulqarnain bukanlah nama pribadi, melainkan sebuah julukan. Kata Dzulqarnain sendiri sering dimaknai sebagai "pemilik dua tanduk." Terdapat beberapa pendapat dari para ulama tafsir mengenai asal-usul atau alasan penggunaan julukan ini.
"Qarn" juga dapat diartikan sebagai "periode" atau "abad", dan nama Dzulqarnain oleh karena itu memiliki makna simbolis sebagai "Dia dari Dua Zaman".
Al-Qur'an menyebut nama Dzulqarnain sebanyak tiga kali.[lower-alpha 2] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Kahfi (18): 83-102.
Al-Qur'an tidak memberikan penjelasan tersurat mengenai asal-usul Dzulqarnain, waktu dia hidup, atau nama negeri-negeri yang dia kunjungi. Secara garis besar, kisahnya dalam Al-Qur'an dibagi menjadi empat bagian:
Awalan
(83) Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Akan kubacakan kepadamu kisahnya.” (84) Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu,
Perjalanan ke barat
(85) Maka dia pun menempuh suatu jalan. (86) Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.” (87) Dia (Zulkarnain) berkata, “Barangsiapa berbuat zalim, kami akan menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras. (88) Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.”
Perjalanan ke timur
(89) Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain). (90) Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu, (91) demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Zulkarnain).
Qatadah menyebutkan bahwa kaum yang ditemui Dzulqarnain dalam perjalanan ke timur tinggal di tanah yang tidak bisa menumbuhkan sesuatu apapun. Apabila matahari telah terbit, mereka bersembunyi di liang-liang. Mereka keluar dan bekerja saat matahari terbenam.[5]
Membangun benteng untuk kaum yang terancam Ya'juj dan Ma'juj
(92) Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). (93) Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. (94) Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” (95) Dia (Zulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. (96) Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).” (97) Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. (98) Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.” (99) Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya.
Disebutkan bahwa Dzulqarnain sampai di suatu tempat yang terdapat dua gunung berdampingan. Di antara kedua gunung tersebut terdapat celah yang digunakan Ya'juj dan Ma'juj untuk masuk. Ya'juj dan Ma'juj (disebut Gog dan Magog dalam Yahudi dan Kristen) sendiri adalah kaum yang disebutkan suka berbuat kerusakan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Yafits bin Nuh. Kaum yang mendapat kezaliman dari Ya'juj dan Ma'juj kemudian meminta tolong Dzulqarnain untuk membuatkan sebuah dinding pembatas di antara mereka agar Ya'juj dan Ma'juj tidak bisa keluar mengganggu mereka.[6]
Selain dari Al-Qur'an, kisah Dzulqarnain yang biasanya terdapat dalam literatur Islam biasanya juga mengambil sumber dari Roman Aleksander, sebuah kumpulan legenda dan tradisi penjelajahan dan kehidupan Raja Aleksander Agung. Naskah awal dari roman berbahasa Yunani yang selamat menandakan bahwa roman tersebut disusun pada abad ketiga masehi di Iskandariyah. Selama periode sejarah saat Roman Aleksander ditulis, sedikit yang diketahui tentang sejarah Alexander Agung yang sebenarnya karena sebagian besar sejarah penaklukannya telah dilestarikan dalam bentuk cerita rakyat dan legenda. Baru pada masa Renaisans (1300–1600 M), sejarah sebenarnya dari Aleksander ditemukan kembali.[7]
Meski telah lenyap, naskah aslinya telah menjadi sumber dari sekitar delapan puluh versi berbeda yang ditulis dalam dua puluh empat bahasa berbeda. Beberapa bagian dari roman ini memuat kisah populer seperti Aleksander yang naik ke langit, pergi ke dalam lautan, dan melakukan perjalanan ke Tanah Kegelapan untuk mencari Air Kehidupan. Lantaran kemasyhurannya selama berabad-abad, Roman Aleksander diadopsi oleh berbagai bangsa dan kelompok yang kemudian memberi penafsiran ulang sesuai nilai dan tradisi masing-masing. Sosok Aleksander yang dicitrakan penguasa yang sembrono atau tamak yang mengabaikan kebenaran spiritual kemudian digambarkan sebagai sosok raja penganut monotesime yang saleh dalam tradisi Yahudi.[8]
Roman Aleksander berbahasa Yunani kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan juga diadopsi umat Kristen menggunakan bahasa Suryani. Versi bahasa Suryaninya, ditulis sekitar tahun 629-630 M, kemudian menyebar jauh di timur, seperti Asia Tenggara dan Tiongkok.[9] Versi Suryani menambahkan berapa hal yang tidak terdapat dalam versi Yunani awal, seperti Aleksander yang membangun gerbang untuk menahan Gog dan Magog (Ya'juj dan Ma'juj), kaum yang juga disebutkan dalam Alkitab (kitab suci Kristen).[10]
Lantaran Aleksander kerap dipandang sebagai orang yang sama dengan Dzulqarnain dalam Al-Qur'an, kisah Dzulqarnain dalam berbagai literatur Islam juga memasukkan bahan dari Roman Aleksander. Dari versi bahasa Suryani, dibuatlah adaptasi roman ini dalam bahasa Arab yang berjudul Qishash Dzulqarnain[11] dan dalam bahasa Persia dengan judul Iskandarnamah.[12] Sebagaimana dalam tradisi Yahudi, tradisi Muslim juga melakukan penafsiran ulang terkait romansa Aleksander, seperti mengganti nama-nama dewa dengan Allah. Sosok Aleksander, yang disamakan dengan Dzulqarnain, juga dicitrakan sebagai penyebar ajaran monoteisme.[13]
Beberapa kisah dalam Roman Aleksander juga menjadi bagian tak terpisahkan dengan kisah Dzulqarnain, di antaranya adalah perjalanan Dzulqarnain yang mencari Air Kehidupan. Dalam kisah ini, Dzulqarnain biasanya disebutkan mencari air tersebut bersama Khidir, sosok yang kerap diidentikkan dengan hal ghaib dan mistis dalam tradisi Islam. Ada juga kisah Dzulqarnain bertemu dengan malaikat yang memberinya "batu ajaib" yang beratnya lebih dari batu mana pun, tapi juga seringan debu. Batu ajaib ini dimaksudkan untuk menegur Dzulqarnain karena ambisinya dan menunjukkan bahwa nafsu untuk menaklukkan dunia dan mencari kehidupan kekal tidak akan berakhir sampai kematiannya. Kisah batu ajaib tidak ditemukan dalam legenda versi Kristen Suryani, tetapi ditemukan dalam tradisi Talmud Yahudi serta dalam tradisi Persia.[14][15]
Dalam versi Yaman atau Arab Selatan, Dzulqarnain bukanlah Aleksander Agung, tetapi Raja Yaman kuno. Namun kisahnya tetap memuat bahan dari Roman Aleksander, seperti pencarian Air Kehidupan. Versi tersebut juga menyebutkan bahwa Dzulqarnain mengunjungi sebuah kastil dengan dinding kaca dan mengunjungi para Brahmana di India.[15]
Dunia kesusastraan Melayu Klasik melahirkan dua versi Roman Aleksander dengan nama Hikayat Iskandar Zurkarnain, yakni versi Sumatra dan versi Semenanjung. Naskah tertua versi Sumatra kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dengan kode naskah Or. 1970. Aleksander Agung dikenal dengan nama Raja Iskandar dari negeri Mukadunia, anak Raja Darab, murid Aristatalis, dan memiliki penasihat Nabi Khidir.[16] Versi Sumatra berakhir pada kisah perkawinan Raja Iskandar dengan Putri Nuraini, sementara versi Semenanjung masih ditambahi lagi dengan cerita-cerita lain, seperti cerita perkawinan Iskandar dengan anak gadis Nabi Khidir, cerita petualangan Iskandar ke alam bawah laut, dan cerita Iskandar mencari air kehidupan.[17]
Al-Qur'an tidak menyebutkan secara tersurat mengenai asal-usul Dzulqarnain, waktu dia hidup, atau nama-nama negeri yang dia kunjungi. Beberapa penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri Dzulqarnain dengan beberapa tokoh sejarah.
Pendapat paling masyhur menyebutkan bahwa Aleksander Agung adalah Dzulqarnain yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Namanya biasanya dieja sebagai 'Iskandar' dalam literatur Muslim dan dia sering juga disebut dengan Iskandar Dzulqarnain. Aleksander Agung adalah Raja Makedonia yang berkuasa pada 336–323 SM dan menjadi penguasa atas kawasan Balkan selatan, Anatolia, Syam, Iran, sebagian Asia Tengah, Mesir, dan India barat laut.
Terdapat perbedaan pendapat terkait Aleksander dan julukan Dzulqarnain. Ath-Thabari menyatakan bahwa Aleksander dijuluki Dzulqarnain dalam Al-Qur'an lantaran dia pergi dari satu ujung (tanduk) dunia ke ujung yang lain.[18] Namun sangat mungkin lantaran hal ini berasal dari gambar Aleksander mengenakan tanduk dewa domba jantan Zeus-Amon yang terpatri pada koin yang digunakan di kawasan Timur Dekat pada masa Helenistik.[19] Perjalanan Dzulqarnain ke barat sampai ke laut berlumpur hitam disebutkan memiliki kemiripan dengan "laut beracun" yang dijumpai Aleksander dalam Roman Aleksander.[20]
Namun sebagian penafsir Muslim menolak bahwa Aleksander adalah Dzulqarnain, seperti Ibnu Katsir,[21]:100-101 Ibnu Taimiyyah,[21]:101[22] dan Naser Makarem Syirazi.[23] Hal ini lantaran Dzulqarnain menyembah satu Tuhan, sedangkan Aleksander jelas seorang politeisme, dan dengan bangga menyebutkan dirinya sebagai putra Ra dan putra Zeus.[24] Di antara akademisi Barat, Brannon Wheeler berpendapat bahwa dugaan kesamaan antara Roman Aleksander dan kisah Dzulqarnain sebenarnya didasarkan pada penafsiran Al-Qur'an dan bukan dari Al-Qur'an itu sendiri.[25]
Pada masa modern, beberapa ulama berpendapat bahwa Dzulqarnain adalah Koresy Agung, Kaisar Iran yang berkuasa atas Iran, Syria, Anatolia, India barat, dan Asia Tengah. Dia wafat pada tahun 1020 SM, atau sekitar dua abad sebelum Aleksander berkuasa. Di kalangan Muslim, pendapat ini disuarakan pertama kali oleh Abul Kalam Azad[23][26] dan semakin diterima dari waktu ke waktu.[27]
Koresy terkemuka, baik atas perannya sebagai negarawan maupun prajurit. Perjalanan penaklukan Koresy juga mirip dengan perjalanan Dzulqarnain, yakni ke barat, kemudian ke timur, dan ke utara. Dia menghormati adat istiadat dan agama di tanah yang dia taklukkan,[28] menjadi percontohan yang berhasil untuk administrasi terpusat dan pembangunan pemerintahan yang bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya.[29] Koresy juga terkenal karena capaiannya dalam hak asasi manusia, politik, dan strategi militer, serta pengaruhnya terhadap peradaban Timur dan Barat. Koresy juga mengembalikan bangsa Yahudi kembali ke Palestina setelah mereka diasingkan selama beberapa tahun. Bangsa Yahudi menghormatinya sebagai raja yang bermartabat dan adil. Dalam satu bagian Tanakh (kitab suci Yahudi), Koresy disebut sebagai Al-Masih/Mesiah.[30]
Beberapa identifikasi atau pendapat lain mengenai kesejarahan Dzulqarnain:
Diriwayatkan Waqi dari Israil dari Jabir dari Mujahid dari Abdullah bin Amr, dia berkata: “Żulkarnain seorang nabi”, diriwayatkan al-Hafid bin Asakir dari hadits Abi Muhammad bin Abi Nasr dari Abi Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad bin Abi Duaib, berkata Muhammad bin Hamad, bercerita Abdu Razzaq dari Muammar dari Ibnu Abi Duaib dari Muqbiri dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah bersabda: Aku tidak tahu atau tidak, aku tidak tahu khudud itu menghapus dosa pelakunya atau tidak dan aku tidak tau Żul Qarnain itu seorang nabi atau bukan, dan ini garib dari sisi ini.
Berkata Ishaq bin Basyar dari Ustman bin as-Syaj dari Khusoif dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata: “Żulkarnain adalah seorang raja yang sholeh, Allah meridhoi amalnya” dan memuji dalam kitabnya. Dia adalah orang yang ditolong, Khidir adalah menterinya, dan disebutkan bahwa Khidir adalah pemimpin tentaranya, dia orang yang diajak bermusyawarah oleh sang raja sebagai menterinya dalam rangka memperbaiki masyarakat saat itu.
Berkata sebagian ahli kitab, karena dia raja Persia dan Romawi, dan dikatakan: Karena dia sampai pada dua ujung matahari barat dan timur dan menguasai keduanya, dan ini menyerupai kesalahannya yaitu perkataan az-Zuhri. Berkata Hasan al-Bashri: Dia memiliki dua jalinan rambut yang melingkar maka dinamakan Żul karnain. Berkata Ishaq bin Abdillah bin Basyar dari Abdillah bin Ziyad bin Sam’an dari Umar bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata: Dia memanggil raja yang zalim kepada Allah kemudian memukul tanduknya, mematahkanya dan meremukkannya, maka dinamakan Żulkarnain.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.