Candi Sumberjati
bangunan kuil di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Candi Sumberjati dikenal pula dengan nama Candi Simping. Awalnya, pada tahun 1866 J.E. Teijsmann melaporkan sebuah bangunan suci bernama Soengkoep, dan kemudian disebut Candi Simping oleh F.F.K. Boscj. P.J. Perquin selanjutnya juga menulis tentang Candi Sumberjati/Candi Simping tersebut yang membuat banyak peneliti mulai tertarik untuk mengadakan penelitian tentang candi tersebut.
Candi Sumberjati ꦱꦸꦩ꧀ꦧꦺꦂꦗꦠꦶ | |
---|---|
![]() Candi Simping | |
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Candi Jawa Timuran |
Lokasi | Desa Sumberjati, Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur 7°44′05″S 112°09′40″E |
Kota | Kabupaten Blitar |
Negara | Indonesia |
Rampung | Abad ke -14 |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | Majapahit |
Sayangnya, candi saat ini tinggal bagian kaki candi saja. Kaki candi dihiasi oleh antefiks yang mengelilinginya. Menarik perhatian, karena relief pada antefiks tersebut berupa relief berbagai jenis binatang, termasuk “binatang bulan” (hare/sasa) binatang suci yang banyak ditemukan sebagai relief di candi-candi Jawa Timur.
Candi Sumberjati/Candi Simping menghadap ke barat dan di depan pintu masuk terdapat sebuah bangunan kecil yang berfungsi seperti “aling-aling”. Pada keempat sudut kakinya terdapat bekas-bekas tempat miniatur candi. Arca berbentuk Harihara, sekarang sudah disimpan di Museum Nasional Jakarta.
latar belakang
Ringkasan
Perspektif
Latar belakang pendirian Candi Sumberjati/Candi Simping ada dalam Kakawin Nagarakretagama. Disebutkan baginda Raja Hayam Wuruk yang berkeliling mengunjungi wilayah kerajaannya pada tahun 1283 Saka (1361 Masehi) dari Lodaya, lalu singgah ke Simping. Raja melihat reruntuhan prasada dan juga letaknya terlalu ke barat. Maka pada tahun 1286 saka (1363 Masehi) raja berkunjung ke Simping lagi dan prasada yang rusak pun diperbaiki serta letaknya digeser ke timur. Upacara persajian (widhi-widhana) dan puja dilakukan oleh pengawas (adhyaksa) yaitu Yang Mulia Rajaparakrama. Ia melanjutkan upacara berdasarkan pengetahuannya tentang Tattwopadesa dan Siwagama. Kemudian ia melakukan upcara peresmian arca (adhistana) Raja Krtarajasa Jayawardhana.
Dari cerita tersebut diketahui, Candi Simping adalah pendharmaan Raja Kertarajasa yang rusak dan kemudian diperbaiki kembali oleh Raja Rajasanagara. Mungkin arca Harihara, adalah arca perwujudan Raja Krtarajasa. Yang diresmikan oleh Adhyaksa Rajaparakrama.[1]
Penegasan tentang keberadaan candi Simping atau Sumber Jati ini tertulis dalam Negarakertagama Pupuh XLVII/3 bagian yang ketiga yang berbunyi:[2][3]
... Tahun Saka surya mengitari tiga bulan (1231 Saka), Sang prabhu (Raden Wijaya) mangkat, didharmakan di dalam pura, Antahpura, begitu nama pendharmaan beliau, Dan di pendharmaan Simping ditegakkan arca Siwa, ...
Struktur bangunan
Ringkasan
Perspektif

Saat ini, candi ini hanya berupa lantai pondasinya saja, sementara bangunan utuhnya telah runtuh. Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu andesit, berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di wilayah Trowulan, Mojokerto. Kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi. Pada batur candi setinggi 75 cm, panjang 600 cm dan lebar 750 cm ini terpahat relief berbagai macam binatang. Di antaranya Singa, Angsa, Merak, burung Garuda, Babi hutan dan Kera. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi. Di tengah-tengah batur candi ini terdapat batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cmx 75 cm x 75 cm. Pada bagian atas batu ini dipahat relief kura-kura dan naga yang saling mengkait mengitari batu tersebut. Tak jelas apa guna atau fungsi batu berbentuk kubus ini. Para sejarawan memperkirakan batu ini berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para desa. Pada badan candi yang direkontruksi di halaman candi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai). Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping (slim) sebagaimana bentuk candi-candi Jawa Timur-an. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala yang kelihatan menyeramkan sebagai penjaga pintu Pahatan kepala kala ini, seperti umumnya kepala Kala model Jawa Timur-an, tidak dilengkapi dengan Makara. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat cerukan yang masing-masing di atasnya juga terpahat patung Kala. Pahatan (patung) kepala Kala ini sekarang tampak berserakan di halaman candi. Di halaman candi sebelah timur laut terdapat tiga buah Lingga-Yoni kecil. Tak jelas Lingga-Yoni ini dulu ditempatkan di mana. Hanya saja anehnya, pada bagian bawah Lingga untuk menancapkan ke Yoni ini tidak berbentuk silinder, tetapi segi empat. Sedangkan dibagian atas bersegi delapan. Di dekat Lingga-Yoni ini ada beberapa patung yang tak jelas patung siapa karena kepalanya sudah tidak ada sehingga tidak bisa dikenali. Di sudut tenggara halaman candi terdapat patung singa yang duduk di atas padmasana. Sayang patung singa ini kepalanya sudah tidak ada, tinggalm badannya saja. Sedangkan di sebelah selatan batur candi terdapat sebuah lingga miniatur candi. Diduga kuat di sini ada patung Dewa Harihara yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Kondisi Candi Simping tidak memungkinkan untuk dipugar. karena terlalu banyak bagian candi yang hilang Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan. Akan tetapi, kitab itu juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya diperabukan di Candi Brahu Trowulan. Candi Brahu juga memiliki relief jenis pradasina, relief yang dibaca searah jarum jam. Biasanya relief pradasina tidak digunakan pada candi yang berfungsi sebagai makam. Peneliti di Balai Arkeologi Yogyakarta, Nurhadi Rangkuti menulis bahwa Kitab Kakawin Nagarakretagama mencatat Raden Wijaya atau Sri Kertarajasa meninggal pada tahun Saka 1231 (1309 M) dan di-dharma-kan di Simping dengan sifat Siwaitis dan di Antapura dengan sifat Budhistis. Di Candi Simping itu sebenarnya ada arca setinggi 2 meter yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dalam Negarakretagama disebutkan Sri Rajasa Jayanegara Hayam Wuruk berkunjung beberapa kali, hingga pada tahun Saka 1285 (1363 M) memindahkan candi makam Kertarajasa Jayawardhana.
Lokasi
alamat : Desa Sumberjati, Kademangan, Blitar, Jawa Timur
Koordinat : 8°9' 52,000" LS 112°8' 46,000" BT
ketinggian : 166 mdpl
Pranala luar
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.