Loading AI tools
politikus dan penulis asal Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Prof. Muhammad Alwi Dahlan, M.A., Ph.D. (15 Mei 1933 – 20 Maret 2024 )[2][3] adalah salah seorang tokoh politik Indonesia. Sebelum diangkat sebagai Menteri Penerangan dalam kabinet terakhir yang dipimpin oleh Presiden Soeharto (Maret-21 Mei 1998), ia pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Negara bidang Keserasian Kependudukan dan Lingkungan, dan Bidang Kependudukan, di Kementerian Lingkungan Hidup (1979-1993) serta Kepala BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) (1993-1998). Pada 5 Juli 1997, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Muhammad Alwi Dahlan | |
---|---|
Menteri Penerangan Indonesia ke-24 | |
Masa jabatan 16 Maret 1998 – 21 Mei 1998 | |
Presiden | Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Padang, Sumatera Barat, Hindia Belanda | 15 Mei 1933
Meninggal | 20 Maret 2024 90) Jakarta, Indonesia | (umur
Suami/istri | Elita Rivai[1] |
Hubungan | Usmar Ismail (paman)[1] |
Anak | 1 |
Orang tua |
|
Almamater | Universitas Amerika (BA) Universitas Stanford (MA) Universitas Illinois Urbana-Champaign (PhD) |
Sunting kotak info • L • B |
Alwi Dahlan adalah putra Dahlan Sjarif Datuk Djundjung, seorang bupati pada kantor Gubernur Sumatra Tengah dan Siti Noersiah. Dari pihak ibu, kakeknya bernama Datuk Manggoeng atau Soetan Machoedoem adalah pengarang Bidal Melajoe dan neneknya bernama Fatimah Zahra. Pernikahan mereka melahirkan enam anak, dua di antaranya yakni Abu Hanifah dan Usmar Ismail.[4]
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Adabiah Padang, lalu melanjutkan SMP dan SMA Negeri 2 Birugo Bukittinggi.[5][6][7] Setelah menyelesaikan sekolah menengah atasnya, ia masuk ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Ia berangkat ke AS pada 1958 sebelum sempat menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi, karena ia diundang oleh Organisasi Nasional Mahasiswa AS (US National Student Association) dalam posisinya sebagai aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Pada tahun 1961 ia menyelesaikan studi S1-nya di American University, Washington, DC dan memperoleh gelar Bachelor of Arts (BA). Ia melanjutkan studinya ke Universitas Stanford dan mengambil gelar Master of Arts (MA) dalam bidang ilmu komunikasi pada 1962. Pada 1967 Alwi meraih gelar doktor dalam ilmu komunikasi dari Universitas Illinois di kota Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan menjadi orang Indonesia pertama yang memiliki gelar doktor dalam bidang tersebut.[8]
Selama belajar di AS itu, Alwi harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Misalnya, ia pernah bekerja sebagai penjaga malam di gedung Kedutaan Besar RI (KBRI) di Washington, DC.[8]
Alwi Dahlan yang masih merupakan kemenakan dari Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia, memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16 tahun ia sudah aktif mengarang, antara lain, cerita pendek di mingguan nasional Mimbar Indonesia dan majalah Kisah terbitan Jakarta. Ketika duduk di bangku SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Alwi pun menjadi koresponden untuk majalah Siasat dan mengisi rubrik kebudayaan Gelanggang di majalah tersebut. Di bangku SMA ia menulis rangkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Gayo, dan Aceh untuk Siasat. Ia pun aktif menulis dalam Zenith, sebuah majalah kebudayaan yang diterbitkan oleh Mimbar Indonesia.
Di Universitas Indonesia, Alwi mengembangkan kegiatan penulisannya dalam penerbitan kampus; ia menjadi pemimpin redaksi Majalah Forum dan Mahasiswa. Pada 1958, bersama teman-temannya, Emil Salim, Teuku Jacob, Koesnadi Hardjasoemantri, dan Nugroho Notosusanto, ia mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.
Selama periode 1953-1958, Alwi sempat menulis sembilan skenario film, antara lain, Tiga Dara. Harimau Tjampa, film yang ditulisnya sebagai skenario berdasarkan cerita asli Usmar Ismail, memperoleh penghargaan Festival Film Indonesia 1955 sebagai skenario film terbaik. Ia juga memperoleh penghargaan dari Festival Film Asia Pasifik untuk balada pengiring yang memakai teknik randai Minang untuk film Usmar Tamu Agung. Film Jenderal Kancil yang dikerjakan oleh Usmar Ismail dan dibintangi oleh Achmad Albar, dibuat berdasarkan buku cerita anak-anak karangan Alwi Dahlan yang berjudul Pistol si Mancil, terbitan Balai Pustaka.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.