Loading AI tools
ulama Muslim Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Ahmad Mustofa Bisri (lahir 10 Agustus 1944 ), atau lebih dikenal dengan Gus Mus, adalah seorang tokoh Islam dari Indonesia dan merupakan Ketua Penasihat Nahdlatul Ulama yang kesembilan. Beliau adalah pemimpin Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Mustofa Bisri, yang dikenal dengan nama Gus Mus, terkenal tidak hanya sebagai seorang kiai dan pemimpin Islam tradisional, tetapi juga sebagai penyair dan pelukis.[1]
Ahmad Mustofa Bisri | |
---|---|
Nama lain | Gus Mus |
Informasi pribadi | |
Lahir | 10 Agustus 1944 Rembang, Jawa Tengah, Indonesia |
Pasangan | Hj. Siti Fatma
(m. 1971; meninggal 2016) |
Anak | 7 |
Orang tua |
|
Almamater | Universitas Al-Azhar |
Pekerjaan | |
Kiprah keagamaan | |
Situs web | https://gusmus.net/ |
Pendidikan Gus Mus dimulai di Sekolah Rakyat (SR) Rembang, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah asuhan K.H. Marzuqi Dahlan dan K.H. Mahrus Aly kurang lebih selama satu setengah tahun. Setelah itu ia melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama empat tahun di bawah asuhan K.H. Ali Maksum dan K.H. Abdul Qadir. Setelah menamatkan di pondok tersebut ia menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Gus Mus pernah menjabat sebagai Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015. Pada mulanya ia adalah seorang wakil Rais 'Aam dan Rais 'Aam saat itu adalah K.H. Sahal Mahfudz, karena K,H. Sahal Mahfudz wafat pada tahun 2014, maka kedudukan Rais 'Aam dijabat oleh K.H. Mustafa Bisri (Gus Mus).
Gus Mus adalah seorang pemuka agama atau ulama pertama kali yang memperoleh penghargaan "Yap Thiam Hien" pada tahun 2017 karena ia dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia.
Selain itu, saat Gus Mus menimba ilmu di Universitas Kairo, ia pernah menjadi pengurus HPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) bersama K.H. Syukri Zarkasyi sekaligus menjadi aktivis pengelola majalah organisasi berdua dengan K.H. Abdurrahman Wahid.
Lukisan Zikir Bersama Inul dilukis oleh Mustofa Bisri sebagai bentuk pembelaan kepada Inul Daratista. Lukisan ini dianggap kontroversial karena menampilkan sekelompok kiai yang mengenakan sarung, jubah putih dan serban, sambil duduk berzikir mengelilingi seorang perempuan bertubuh bahenol yang sedang bergoyang.[3] Karena lukisan tersebut, Mustofa Bisri yang memperoleh dukungan dari Abdurrahman Wahid saat itu, gagal terpilih sebagai salah satu kandidat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama di akhir tahun 2004.[4]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.