Sulaiman dari Banjar
Pahlawan Revolusi Kemerdekaan, Sultan Kerajaan Banjar / From Wikipedia, the free encyclopedia
Sulaiman Saidullah II[12][13][14] atau yang lebih dikenal dengan nama regnalnya Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah (1761 – 1825) adalah Sultan Banjar ke-11 yang memerintah antara tahun 1801 hingga tahun 1825.[15][16] Kesultanan Banjar terletak di Kalimantan Selatan, Indonesia. Adiknya Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai mangkubumi dengan gelar Ratu Anum Mangkubumi Sukma Dilaga atau Ratu Anom Ismail (Pangeran Ismail). Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.[3][17]
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Sulaiman dari Banjar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sultan[1][2] Rahmatullah Pangeran Ratu Sultan Muda Panembahan Sepuh[3] | |||||
Sultan Banjar | |||||
Berkuasa | 1801–1825 (23–24 tahun) | ||||
Pendahulu | Sunan Nata Alam | ||||
Penerus | Adam dari banjar | ||||
Informasi pribadi | |||||
Kelahiran | 16 Januari 1761 Kesultanan Banjar | ||||
Kematian | 3 Juni 1825(1825-06-03) (umur 63–64) desa Lihung | ||||
Wangsa | Dinasti Banjarmasin | ||||
| |||||
Ayah | Sunan Sulaiman Saidullah | ||||
Ibu | Putri Lawiyah binti Muhammad[4][5] | ||||
Pasangan | Permaisuri Ratoe Siti Gading (isteri tertua) Nyai Ratu Intan Sari (ibu suri) Nyai Rumangi Nyai Unangan[3] Nyai Ratna Nyai Ratu Kencana Kamala Sari[3] Nyai Sari/Argi[3] Nyai Minah[3] Nyai Taesah Nyai Cina[3] | ||||
Anak | Sultan Adam, anak Nyai Ratu Intan Sari/Nyai Ratu Sepuh binti Kiai Adipati Singasari)[6] Pangeran Mangkoe Boemi Nata, anak Nyai Ratu Intan Sari Ratoe Hadji Moesa (Salamah), anak Nyai Ratu Intan Sari Pangeran Perbatasari/Prabusari, anak Nyai Ratu Intan Sari Pangeran Kassir, anak Nyai Ratu Intan Sari[7] Ratoe Soengging Anoem, anak Nyai Ratu Intan Sari Pangeran Dipati di Mahang (HST) Pangeran Ahmad, anak Njahi Siti Gading Pangeran Wahid Pangeran Muhammad Pangeran Kusairi Pangeran Hasan Pangeran Achmid[8][9] Pangeran Kasoema Widjaja (Berahim)[8][10] Pangeran Tasin/Thasin[8] Pangeran Singa-Sarie[8] Pangeran Hamim[8] Ratu Kartasari Ratu Syarif Marta diperistri Pangeran Syarif Hasyim Al-Qudsi bin Tengku Sayyid Muhammad Zain Al-Qudsi Ratu Salamah Ratoe Sjerief diperistri Pangeran Syarif Husein bin Awwad Bahasyim (Goestie Oemie), anak Njahi Siti Gading Ratu Hadijah( di peristri Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah Muhammad dari Banjar, Berputra Pangeran Antasari [11] |
Pengangkatan Putra Mahkota di Kesultanan Banjar: Gelar Pangeran Ratu
-Pengangkatan Pangeran Sulaiman Saidullah II
Pada tahun 1767, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam mengangkat putranya yang berusia 6 tahun lahir pada tahun 1761 yang merupakan tahun mangkatnya Sultan Muhammad Aminullah 16 Januari 1761.Pangeran Sulaiman Saidullah II dengan gelar Pangeran Ratu Putra Mahkota Sulaiman Saidullah II sebagai penggantinya kelak.Pangeran Ratu Sulaiman yang dianggap sebagai pewaris Ratu Lawiyah Putri Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Jadi Sunan Nata Alam atau Tahmidillah II merupakan Anak Mantu Sultan Muhammad dari Banjar Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / Hamidullah dari Banjar (Sultan Kuning). Pengangkatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa penerus tahta Kesultanan Banjar tetap berada dalam garis keturunan langsungnya.Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kemudian memberi gelar kepada putera sulungnya Pangeran Ratu Sultan Soleman menjadi Sulthan Sleeman Schahidullach / Sultan Sulaiman Saidullah II dan ia sendiri selanjutnya bergelar sunan yang dianggapnya sebagai gelar yang lebih tinggi sehingga menjadi Sunan Sulaiman Saidullah I [18][19]
-Pengangkatan Pangeran Adam al-Watsiq Billah
Lima belas tahun kemudian, pada tahun 1782, Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kembali mengangkat cucunya yang baru lahir 1782 dengan gelar Pangeran Ratu Adam al-Watsiq Billah. Gelar ini diberikan kepada Pangeran Adam sebagai pewaris atau Putra Mahkota Banjar sejak tahun 1782.[20]
Proses pengangkatan Pangeran Ratu ini menunjukkan pentingnya menjaga keberlanjutan dan kestabilan dinasti dalam Kesultanan Banjar, dengan memastikan bahwa penerus tahta telah dipersiapkan sejak dini.