Paus Yohanes Paulus II
Paus Gereja Katolik Roma Ke-264 / From Wikipedia, the free encyclopedia
Paus Yohanes Paulus II[lower-alpha 1] (18 Mei 1920 – 2 April 2005 ), yang bernama asli Karol Józef Wojtyła, adalah Paus, Uskup Roma, dan kepala Gereja Katolik Roma sejak 16 Oktober 1978 hingga kematiannya pada 2 April 2005. Ia terpilih sebagai paus pada usia 58 tahun melalui Konklaf Kepausan Oktober 1978, yang diadakan setelah Paus Yohanes Paulus I, yang terpilih pada konklaf bulan Agustus, meninggal dunia 33 hari setelahnya. Ia terpilih pada hari ketiga konklaf dan memilih nama kepausan seperti pendahulunya untuk menghormatinya.[1] Dia adalah Paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI, yang menjabat untuk sesaat antara tahun 1522-1523.
Yohanes Paulus II | |
---|---|
Awal masa kepausan | 16 Oktober 1978 |
Akhir masa kepausan | 2 April 2005 |
Pendahulu | Yohanes Paulus I |
Penerus | Benediktus XVI |
Imamat | |
Tahbisan imam | 1 November 1946 oleh Adam Stefan Sapieha |
Tahbisan uskup | 28 September 1958 oleh Eugeniusz Baziak |
Pelantikan kardinal | 26 Juni 1967 oleh Paulus VI |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Karol Józef Wojtyła |
Lahir | (1920-05-18)18 Mei 1920 Wadowice, Republik Kedua Polandia |
Wafat | 2 April 2005(2005-04-02) (umur 84) Istana Apostolik, Vatikan |
Kewarganegaraan | Polandia (juga kewarganegaraan Vatikan) |
Denominasi | Katolik Roma (Gereja Latin) |
Jabatan sebelumnya |
|
Semboyan | Totus Tuus (Sepenuhnya milik-Mu) |
Tanda tangan | |
Lambang | |
Orang kudus | |
Hari heringatan | 22 Oktober |
Venerasi | Gereja Katolik Roma |
Beatifikasi | 1 Mei 2011 Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan oleh Benediktus XVI |
Kanonisasi | 27 April 2014 Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan oleh Paus Fransiskus |
Paus lainnya yang bernama Yohanes Paulus |
Paus Yohanes Paulus II selama masa kepausannya memerangi komunisme, kapitalisme yang tak terkendali dan penindasan politik. Ia secara signifikan meningkatkan hubungan Gereja Katolik dengan Yahudi, Islam, dan Gereja Ortodoks Timur. Ia juga menjunjung tinggi ajaran Gereja berkenaan dengan hal-hal seperti hak untuk hidup, pengaturan kelahiran, penahbisan imamat, dan imam yang hidup selibat, serta dengan tegas melawan aborsi dan membela pendekatan Gereja Katolik Roma yang lebih tradisional terhadap seksualitas manusia. Meskipun ia medukung reformasi Gereja yang terjadi setelah Konsili Vatikan II, ia dianggap sebagai seorang yang konservatif dalam kepausannya menurut orang banyak.[2][3]
Paus Yohanes Paulus II telah melakukan lawatan ke 129 negara, termasuk Indonesia, selama menjadi Paus dan menjadi pemimpin dunia yang paling banyak melawat dalam sejarah.[4][5] Pada tahun 1989, ia mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatera Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah, dan DIY) dan Dili (Timor Timur). Setelah berkunjung ke Indonesia, komentarnya ialah: "Tidak ada negara yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi." [sic]
Ia berbicara dalam bahasa-bahasa Italia, Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugis, Ukraina, Rusia, Kroasia, Esperanto, Yunani Kuno dan Latin selain bahasa ibunya, bahasa Polandia.[6] Sebagai bagian dari wewenang panggilan sucinya yang universal, ia telah melakukan beatifikasi terhadap 1.340 orang dan melakukan kanonisasi 483 santo/santa,[7][8][9] lebih banyak dari gabungan beatifikasi dan kanonisasi yang dilakukan pendahulunya selama lima abad terakhir.[9][10][11][12][13][14]
Paus Yohanes Paulus II memiliki masa tugas ketiga terlama dalam sejarah, setelah Paus Pius IX dan Santo Petrus. Ia meninggal pada tanggal 2 April 2005, dan dikebumikan di pemakaman di bawah Basilika Santo Petrus. Pada 19 Desember 2009, Yohanes Paulus II telah mendapat gelar venerabilis dari penerusnya Paus Benediktus XVI.[15][16][17][18] Ia dibeatifikasi pada tanggal 1 Mei 2011,[19] setelah Kongregasi bagi Penyebab Penganugerahan Gelar Santo-Santa mengonfirmasi mukjizat pertama yang terjadi dengan perantaraan doanya, yaitu sembuhnya seorang biarawati Prancis bernama Marie Simon Pierre dari penyakit Parkinson. Mukjizat kedua disetujui pada tanggal 2 Juli 2013, dan dikonfirmasi oleh Paus Fransiskus dua hari kemudian. Paus Yohanes Paulus II dikanonisasi pada tanggal 27 April 2014 bersama dengan Paus Yohanes XXIII.[20] Pada 11 September 2014, Paus Fransiskus menambahkan peringatan fakultatif untuk kedua paus tersebut ke dalam Kalender Gereja Roma bagi Santo-Santa. Khusus untuk Paus Yohanes Paulus II, hari perayaannya sebagai seorang santo pada tanggal 22 Oktober tidak berdasarkan pada hari kematiannya melainkan pada hari pelantikannya sebagai paus.[21][22] Setelah meninggal, banyak umat Katolik yang menjulukinya sebagai "Santo Yohanes Paulus Agung", meskipun gelar tersebut tidak diakui secara resmi, sama seperti paus-paus lainnya yang mendapat julukan "Agung".[23][24][25][26]