Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pangeran Pekik (lahir: Surabaya - wafat: Mataram, 1670) adalah putra penguasa Surabaya yang ditaklukkan Sultan Agung tahun 1625, Jayalengkara. Ia kemudian dijadikan Adipati Surabaya dan pernah ditugasi menaklukkan Giri Kedaton di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram tahun 1636. Pangeran Pekik akhirnya meninggal tahun 1670.
Pangeran Pekik | |
---|---|
Panembahan Pekik | |
Adipati Surabaya ke 11 | |
Berkuasa | 1625-1670 |
Pendahulu | Jayalengkara |
Penerus | tidak diketahui |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Pangeran Pekik[1] adalah penguasa Surabaya, ayahnya adalah Panembahan Joyolengkoro.
Sebagai penguasa Surabaya, Panembahan Joyolengkoro adalah keturunan dari ulama besar Surabaya, Susuhunan Ampel atau Sayyid Raden Ahmad Rahmatullah. Menurut silsilah keturunan Sunan Ampel, beliau adalah bagian dari keluarga ahlul-bait, yakni cabang dari keturunan Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Abi Thalib.
Panembahan Joyolengkoro punya empat orang anak, yakni
Istri Pangeran Pekik adalah Ratu Wandansari.
Pangeran Pekik mempunyai tiga orang anak, salah satunya Bagus Joko Umar/ Suromenggolo. Bagus Joko Umar sendiri mempunyai cicit yang bernama Suromenggolo.
Pangeran Pekik memiliki beberapa gelar dan jabatan, di antaranya yakni
Dia mempunyai nama kecil, di antaranya Raden Bagus Pekik atau Raden Muhammad Nur Pekik atau Imam Faqih. Di dalam religi Jawa Pangeran Pekik juga bergelar Panembahan Pekik.
Jayalengkara meninggal dunia beberapa waktu setelah penaklukan Surabaya karena usianya yang sudah tua. Putranya, yaitu Pangeran Pekik oleh Sultan Agung dijadikan sebagai pemimpin ulama di Ampel.
Sekitar tahun 1630 Sultan Agung menjalin persaudaraan dengan Pangeran Pekik. Ia menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari dengan pangeran dari Surabaya tersebut.
Giri Kedaton di Gresik pada tahun 1633 mencoba lepas dari kekuasaan Mataram. Semua perwira Mataram segan menghadapi Panembahan Kawis Guwa yang merupakan keturunan Sunan Giri.
Maka, pada tahun 1636 Sultan Agung memerintahkan Pangeran Pekik, yang merupakan keturunan Sunan Ampel (Sunan Ampel adalah guru Sunan Giri), untuk maju menumpas pemberontakan Giri Kedaton. Panembahan Kawis Guwa dapat dikalahkan dan dibawa menghadap ke Mataram.
Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai Raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik yang merupakan mertuanya sendiri.
Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Oyi, putri Ki Mangun Jaya. Karena masih kecil, Rara Oyi pun dititipkan pada Ki Wirareja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Oyi menarik hati Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri putri Pekik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1663.
Makam Pangeran Pekik berada di Makam Banyusumurup, Imogiri, Bantul, DIY. Kompleks makam yang khusus diperuntukkan bagi keluarga kerajaan yang dianggap membangkang.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.