Lie Kim Hok
penulis Tionghoa-Indonesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Lie Kim Hok (Hanzi: 李金福; Pinyin: Lǐ Jīnfú; Pe̍h-ōe-jī: Lì Kim-hok, 1 November 1853 – 6 Mei 1912 ), adalah seorang guru, penulis, dan pekerja sosial berlatar belakang Tionghoa peranakan yang aktif di Hindia Belanda dan disebut sebagai "bapak sastra Tionghoa Melayu". Ia lahir di Buitenzorg (sekarang Bogor), Jawa Barat, lalu menempuh pendidikan formal di sekolah-sekolah misionaris sehingga pada dekade 1870-an, ia telah fasih untuk berbicara dalam bahasa Sunda, Melayu, dan Belanda, tetapi belum dapat memahami bahasa Mandarin. Pada pertengahan dekade 1870-an, Lie menikah dan mulai bekerja sebagai editor di dua majalah yang diterbitkan oleh guru dan mentornya, yakni Dirk Johannes Van der Linden. Pada tahun 1880, Lie berhenti dari pekerjaan tersebut, dan setahun kemudian, istrinya meninggal. Pada tahun 1884, Lie menerbitkan buku-buku pertamanya, termasuk syair Sair Tjerita Siti Akbari dan buku tata bahasa Malajoe Batawi. Setelah van der Linden meninggal pada tahun 1885, Lie membeli perusahaan percetakan milik van der Linden dan mendirikan perusahaannya sendiri.
Lie Kim Hok | |
---|---|
Lahir | (1853-11-01)1 November 1853 Buitenzorg, Hindia Belanda |
Meninggal | 6 Mei 1912(1912-05-06) (umur 58) Batavia, Hindia Belanda |
Sebab meninggal | Tifus |
Pekerjaan | Penulis, jurnalis |
Tahun aktif | 1870-an – 1912 |
Karya terkenal | |
Gaya | Realisme |
Suami/istri |
|
Anak | 4 |
Mulai tahun 1885 hingga 1887, Lie pun menerbitkan sejumlah buku, termasuk Tjhit Liap Seng, yang dianggap sebagai novel Tionghoa Melayu pertama. Ia juga mengakuisisi hak untuk mencetak Pembrita Betawi, sebuah surat kabar yang berbasis di Batavia sehingga ia pindah ke kota tersebut. Setelah menjual perusahaan percetakannya pada tahun 1887, Lie bekerja di berbagai bidang hingga akhirnya menemukan pekerjaan tetap pada tahun 1890 di sebuah penggilingan gabah yang dioperasikan oleh seorang temannya. Pada tahun 1891, Lie menikahi Tan Sioe Nio dan kemudian dikaruniai empat orang anak. Pada dekade 1890-an, Lie menerbitkan dua buku dan pada tahun 1900, Lie menjadi anggota pendiri dari Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Lie lalu keluar dari THHK pada tahun 1904. Lie kemudian fokus melakukan penerjemahan dan kerja sosial hingga akhirnya meninggal akibat tifus pada usia 58 tahun.
Lie dianggap memberikan pengaruh pada jurnalisme, linguistik, dan sastra di Hindia Belanda, serta paling dikenal berkat karya sastranya. Sejumlah tulisannya juga telah dicetak beberapa kali. Sair Tjerita Siti Akbari bahkan telah diadaptasi menjadi drama panggung dan film layar lebar. Namun, akibat politik bahasa di Hindia Belanda dan Indonesia, karya-karyanya menjadi terpinggirkan. Saat sejumlah tulisannya terungkap sebagai adaptasi dari karya yang telah ada tanpa menyebutkan nama penulis aslinya, Lie pun mendapat kritik karena karyanya tidak asli. Walaupun begitu, kritikus lain menemukan bukti adanya inovasi dalam gaya penulisan dan penanganan alurnya.