Søren Kierkegaard
teolog, filsuf, penyair dan kritikus sosial dari Denmark (1813–1855) / From Wikipedia, the free encyclopedia
Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Awalnya, Kierkegaard sendiri melihat dirinya sebagai seseorang yang cenderung religius ketimbang filosofis dan agak membangun jarak terhadap filsafat, tetapi kemudian ia justru dikenal sebagai bapak filsafat eksistensialisme.[6] Kierkegaard menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi eksistensialisme. Oleh karena itu, Kierkegaard menjadi kritikus Hegel pada masanya dan menandai bahwa apa yang dilihatnya sebagai formalisme semu dari Gereja Denmark. Filsafatnya merupakan sebuah reaksi terhadap dialektika Hegel.[7]
Søren Aabye Kierkegaard | |
---|---|
Era | Filsafat Abad ke-19 |
Kawasan | Filsuf Barat |
Aliran | Filsafat Eropa,[1][2] Zaman Keemasan Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dari Eksistensialisme, Pasca-modernisme, Pasca-strukturalisme, Psikologi eksistensial, Neo ortodoksi, dan masih banyak lagi |
Minat utama | Agama, Metafisika, Epistemologi, Estetika, Etika, Psikologi |
Gagasan penting | Dianggap sebagai Bapak Eksistensialisme, kecemasan, keputusasaan eksistensial, Tiga ranah keberadaan manusia, Ksatria iman, Subyektivitas adalah Kebenaran |
Dipengaruhi
| |
Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Karya Kierkegaard sering kali digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial.[8] Karena ia menulis kebanyakan karya awalnya dengan menggunakan berbagai nama samaran, yang sering kali mengomentari dan mengkritik karya-karyanya yang lain yang ditulis dengan menggunakan nama samaran lain, sangatlah sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar diyakini oleh Kierkegaard dengan apa yang dikemukakannya sebagai argumen dari posisi seorang pseudo-pengarang. Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard "sejauh ini, adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19".[9][10]