![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Deventer%252C_C._Th_van.jpg/640px-Deventer%252C_C._Th_van.jpg&w=640&q=50)
Conrad Theodor van Deventer
ahli hukum Hindia-Belanda / From Wikipedia, the free encyclopedia
Conrad Theodor "Coen" van Deventer (29 September 1857 – 27 September 1915 ) adalah seorang pengacara Belanda, penulis tentang Hindia Belanda dan anggota Dewan Negara Belanda. Ia dikenal sebagai juru bicara Gerakan Politik Etis Belanda. Dia tinggal di Surinamestraat 20, Den Haag (1903–1915), bekas kediaman John Ricus Couperus, putranya penulis Louis Couperus dan anggota keluarganya yang lain (1884–1902).
Conrad Theodor van Deventer | |
---|---|
![]() Conrad Theodor van Deventer dalam studinya (1915) | |
Lahir | (1857-09-29)29 September 1857 Dordrecht, Belanda |
Meninggal | 27 September 1915(1915-09-27) (umur 57) Den Haag, Belanda |
Kebangsaan | ![]() |
Almamater | Universitas Leiden |
Pekerjaan | Politikus, pengacara, dan penulis |
Tahun aktif | 1877–1915 |
Suami/istri | Elisabeth Maria Louise Maas |
Van Deventer dikenal sebagai seorang ahli hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.
Dia pada usia muda bertolak ke Hindia Belanda. Dalam waktu sepuluh tahun, Deventer telah menjadi kaya, karena perkebunan perkebunan swasta serta maskapai minyak BPM yang bermunculan saat itu banyak membutuhkan jasa penasihat hukum.
Pada sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan untuk orang tuanya, Deventer mengemukakan perlunya sebuah tindakan yang lebih manusiawi bagi pribumi karena mengkhawatirkan akan kebangkrutan yang dialami Spanyol akibat salah pengelolaan tanah jajahan.
Lalu pada 1899 Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan), berjudul Een Eereschuld (Hutang kehormatan). Pengertian Eereschuld secara substansial adalah "Hutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat dituntut di muka hakim". Tulisan itu berisi angka-angka konkret yang menjelaskan pada publik Belanda bagaimana mereka menjadi negara yang makmur dan aman (adanya kereta api, bendungan-bendungan, dst) adalah hasil kolonialisasi yang datang dari daerah jajahan di Hindia Belanda ("Indonesia"), sementara Hindia Belanda saat itu miskin dan terbelakang. Jadi sudah sepantasnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.
Ketika Deventer menjadi anggota Parlemen Belanda, ia menerima tugas dari menteri daerah jajahan Idenburg untuk menyusun sebuah laporan mengenai keadaan ekonomi rakyat pribumi di Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun, Deventer berhasil menyelesaikan tugasnya (1904). Dengan terbuka Deventer mengungkapkan keadaan yang menyedihkan, kemudian dengan tegas mempersalahkan kebijakan pemerintah. Tulisan itu sangat terkenal, dan tentu saja mengundang banyak reaksi pro-kontra. Sebuah tulisan lain yang tak kalah terkenalnya adalah yang dimuat oleh De Gids juga (1908) ialah sebuah uraian tentang Hari Depan Insulinde, yang menjabarkan prinsip-prinsip etis bagi beleid pemerintah terhadap tanah jajahannya.