GSK plc
perusahaan asal Britania Raya / From Wikipedia, the free encyclopedia
GSK plc, sebelumnya bernama GlaxoSmithKline plc, adalah sebuah perusahaan farmasi multinasional yang berkantor pusat di London, Inggris.[2] Didirikan pada tahun 2000 melalui penggabungan Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham, GSK adalah perusahaan farmasi terbesar keenam di dunia menurut Forbes hingga tahun 2019, setelah Pfizer, Novartis, Roche, Sanofi, dan Merck & Co.[n 1][3] GSK adalah perusahaan farmasi terbesar kesepuluh dan menempati peringkat ke-296 dalam daftar Fortune 500 tahun 2019, di bawah China Resources, Johnson & Johnson, Roche, Sinopharm, Pfizer, Novartis, Bayer, Merck, dan Sanofi.[4]
Sebelumnya | GlaxoSmithKline (2000–2022) |
---|---|
Perusahaan publik | |
Kode emiten | LSE: GSK NYSE: GSK Komponen FTSE 100 |
Industri | Farmasi Bioteknologi Barang konsumen |
Pendahulu |
|
Didirikan | Desember 2000; 23 tahun lalu (2000-12) |
Kantor pusat | London, Inggris, Britania Raya |
Wilayah operasi | Seluruh dunia |
Tokoh kunci | Jonathan Symonds (Chairman) Emma Walmsley (CEO) |
Produk | Farmasi, vaksin, perawatan kesehatan mulut, produk nutrisional, obat bebas |
Pendapatan | GB£34.099 milyar[1] (2020) |
GB£7,783 milyar[1] (2020) | |
GB£5,749 milyar[1] (2020) | |
Total aset | GB£80,431 milyar[1] (2020) |
Total ekuitas | GB£20,808 milyar[1] (2020) |
Karyawan | 99.437 (2019) |
Anak usaha |
|
Situs web | www |
Saham perusahaan ini diperdagangkan di Bursa Saham London dan merupakan komponen dari Indeks FTSE 100. Hingga August 2016[update], perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar £81 milyar (sekitar US$107 milyar), terbesar keempat di Bursa Saham London.[5] Saham perusahaan ini juga diperdagangkan di Bursa Saham New York.
Perusahaan ini mengembangkan vaksin malaria pertama, RTS,S, yang mereka katakan pada tahun 2014 akan dijual dengan harga lima persen di atas biaya produksi.[6] Sejumlah produk yang dikembangkan oleh GSK pun masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, seperti amoksisilin, merkaptopurin, pirimetamin, dan zidovudin.[7]
Pada tahun 2012, GSK terbukti bersalah mempromosikan obat untuk tujuan yang tidak disetujui, gagal melaporkan data keselamatan, dan menyuap dokter di Amerika Serikat, sehingga setuju membayar uang damai sebesar US$3 milyar (£1,9 milyar). Kasus tersebut adalah penipuan perawatan kesehatan terbesar pada saat itu dan merupakan perdamaian terbesar oleh sebuah produsen obat.[8]
Di Indonesia, GSK beroperasi dengan nama PT Glaxo Wellcome Indonesia.